Jumat, 25 Mei 2012

Tuhan Izinkan Aku Belajar Di Finlandia


Mimpiku boleh tidak masuk akal. Tetapi, rencanaku harus tersusun rapi.

#NasehatDiri

Sekolah tanpa UN

Menjelang Ujian National SMU senin 16 April kemarin. Stasiun TV swasta menampilkan sistem sekolah tanpa UN di belahan dunia Amerika Utara, Finlandia. Sungguh sangat menarik, tatkala menyaksikan informasi tersebut. Saya langsung menetapkan impian dan berdoa kepada sang Maha Kuasa. Agar saya bisa belajar di sana. Saya berharap bisa merasakan langsung, suasana di kelas yang di asuh oleh guru-guru yang mencintai pekerjaannya.

Bukan hanya tanpa UN. Bahkan di Finlandia di segmen berita tersebut disampaikan—bahwa ujian bukanlah penentu kecerdasaan seorang siswa—sehingga terkotak dalam pintar dan bodoh. Akan tetapi, ujian merupakan tolak ukur keberhasilan seorang guru dalam mengajar. Sementara test kepada siswa, hanya satu mata pelajaran saja. Itupun, materinya sesuai dengan siswa itu sukai dan kuasai. Artinya, si siswa sendiri yang menentukan materi yang akan ditest.

Miskin DO

Sehingga sangatlah wajar, bila di Finlandia tidak ada istilah siswa yang DO. Tidak seperti Negara yang saya cintai. DO merupakan kosa kata wajib disampaikan oleh pihak sekolah dan kampus. Kata DO pengganti cambuk untuk menyemangati agar kuliah cepat selesai dan lulus dengan nilai terbaik.
Hal yang menambah motivasi saya untuk bisa duduk dalam ruang kelas sebagai voluntir di sekolah-sekolah Finlandia, setelah saya membaca artikel di mizan.com; Sekolah di Finlandia terbaik di Dunia, walau tanpa UN. 

Dalam artikel tersebut, mizan.com merilis informasi aksi-aksi kejutan Finlandia dengan pencapaian anak-anak sekolah di sana. Yakni, siswa terbaik dalam hal bidang ilmu pengetahuan di kancah dunia. Minat membaca masyarakatnya luar biasa sekali. Sehingga tidaklah heran, bila di Mall ada perpustakaan. Dan di titik tertentu terdapat perpustakaan keliling. Agar masyarakt dekat dengan buku dan mudah membacanya.

Tanpa ada tugas rumah (PR)

Hal menarik lainnya yang jauh berbeda dengan Indonesia. Siswa di Finlandia tidak harus menggunakan baju seragam. Mereka bebas menggunakan pakaian casual. Bukan hanya mereka, tetapi gurunya juga. Supaya mendukung suasana santai dan mengkondisikan atmosfer nyaman. 

Selain itu, sesi tatap muka di kelas hanya berdurasi 4 jam. Dan siswa tanpa ada tugas pribadi yang harus dikerjakan di rumah. Alasanya, agar siswa benar-benar memperoleh masa-masa remajanya secara sempurna. Lebih menariknya lagi, siswa belajar tanpa ada pemisahan tingkatan. Kecuali belajar pendidikan dasar selama 9 tahun di tingkatan awal. Di tambah tidak ada kata gori kelas unggulan atau reguler.

Bangga menjadi guru

Terkait tenaga pengajar. Guru-guru di sana adalah orang-orang pilihan. Rata-rata telah mendalami pembelajaran sesuai kemampuan mereka hingga ke level master. Dan seleksi agar bisa menjadi guru, harus ditempuh dengan amat ketat. Karenanya, pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang terhormat dan bergengsi di sana. Setara dengan pengacara dan dokter. Serta, Negara juga mendukung penuh.

Kemudian, pemerintah memiliki kebijakan untuk menumbuhkan minat dan kultur membaca di negaranya, yakni dengan hadiah berupa buku bergambar untuk para orang tua yang baru saja memiliki anak. Dan salah satu bentuk nyata dukungan pemerintah untuk memajukan pendidikan. Pemerintah Finlandia bahkan menganggapmengambil dana pendidikan dari siswanya adalah hal yang tidak terpujikarena pendidikan adalah hak bagi semua warga negara dan jadi kewajiban bagi pemerintah untuk memenuhinya.

Inilah alasan saya sangat menginginkan, suatu saat nanti saya bisa berada di sana. Bagaimana dengan Anda?

Ciganjur, Sabtu, 28 April 2012
Bagikan