”Semesta tidak sempat memperdulikan orang yang biasa-biasa saja”.
Obrolan bersama Om Bas
Tahun 2006 adalah masa-masa awal
saya melangkahkan kaki di kota Bogor. Karena, pada tahun tersebut saya
melanjutkan kuliah tingkat pertama di STEI Tazkia. Dan juga, saya masih sering
berjumpa dengan orang tua angkat saya. Bapak H. Ibnu Baskoro. Beliau donatur
yang memberi beasiswa kepada saya.
Setiap bertemu dengan Om Bas—saya
sering memanggil beliau demikian—pembicaraan mengenai beasiswa lazim menjadi
topik yang kami diskusikan. Tidak hanya itu. Om Bas juga menceritakan manis
pahit menjadi seorang karyawan. Pengalaman pribadi beliau berkarir di
perusahaan pembuat sepatu dan sandal di daerah Kalibata.
Di antara beberapa cerita yang
berkesan bagi saya adalah, cerita tentang seorang lulusan SLTA yang ahli di
bidang perkaratan. Orang yang beliau cerita, merupakan kerabat dekatnya. Ada
pun yang membuat saya menaruh perhatian besar pada cerita tersebut, sehingga
terekam kuat di memori bawah sadar saya, karena...?
Mereka dibayar mahal
Sementara itu, saya yakin bahwa Anda
setuju dengan saya. Di mana-mana orang ahli itu sedikit. Dan bila kita meninjau
dari sisi keuangan. Biasanya, orang yang ahli itu cenderung mendapat bayaran
lebih tinggi dibandingkan yang umum-umum saja. Contoh; kalau kita berobat ke
dokter umum biasanya rupiah yang kita keluarkan lebih sedikit dibandingkan ke
dokter spesialist, betulkan?
Faktor uang ini menjadi alasan,
mengapa kita sepatutnya menjadi seorang ahli? Selain itu, kalau kita lihat cara
kerja semesta. Alam sepertinya lebih berfokus untuk menampilkan kepermukaannya
orang-orang spesialist / ahli,
dibandingkan yang biasa-biasa saja.
Bahkan, pak Jamil Azzaini pernah
bercerita, orang tua angkat beliau merangkap mentor bisnis beliau pernah
berpesan. ”Mil, jangan sekali-kali kamu
berniat menjadi orang baik. Tetapi, berusaha menjadi yang terbaik. Karena alam
tidak sempat memperdulikan orang yang biasa-biasa saja”.
Apa contohnya? Perhatikan saja para
pemain sepak bola. Anda dan saya mungkin juga bisa bermain olah raga ini.
Namun, secara alamiah, para pemain yang selalu mendapat perhatian adalah,
mereka yang memang berbeda dari kebanyakan. Perbedaan ini karena mereka lebih
ahli dari yang lain.
Kembali ke cerita obrolan bersama Om
Bas. Ada pun yang berkesan bagi saya, tatkala Om Bas bercerita. Bahwa
saudaranya itu kini sering diminta saran oleh para peneliti karat. Bahkan disewa
oleh perusahaan tertentu untuk menganalisa karat pada besi dan logam di
prabriknya. Padahal, beliau hanya lulusan SMA saja.
Lets be an Expert
Jika saya menggabungkan cerita pak
Jamil dan Om Bas, seakan menambah catatan, bahwa semesta hanya berfokus kepada
mereka yang memang serius secara terus-menerus mengasah keahliannya. Hingga,
dunia memberitahu kepada penduduknya, bahwa mereka adalah orang-orang ahli.
Oleh sebab itu, tidak ada alasan
lagi sekarang, kecuali kita sama-sama berusaha untuk menjadi ahli pada bidang
yang kita cintai (passion) saat
melakukannya. Dan kita juga menguasai (mastery)
bidang tersebut. Terakhir—selalu ingat yang satu ini—kita mendapat dampaknya
berupa bayaran (dibayar).
Jika
Anda mau tau bagaimana cara menjadi Expert, saya mengajak Anda untuk menghadiri
kelas Explore Your Potentials with NLP yang selenggarakan pada 25-26 Desember 2012. Hubungi
0815.1144.8147
Ciganjur,
17 Desember 2012