Assalamu’alaikum wr.wb
Shahabat saya yang baik. Semoga sapaan salam saya tadi, menyapa Anda dalam keadaan sehat penuh rasa bahagia. Mudah-mudahan bagi shahabat yang telah menjadi orang tua, hari ini merupakan hari kegemilangan dan usaha maksimal untuk membimbing para raja yang masih kecil (Putra dan putrinya).
Setiap kali jalan-jalan bersama istri, sering saya bertemu dengan pasangan muda-mudi yang sedang jalan atau sambil makan di Cafe dan Mall. Dari struktur wajah masih remaja dan bahkan terkadang ada yang masih berseragam sekolah. Kadang-kadang saya iseng memberi tahu ke istri. Lihat cara mereka gandengan tangan. Itu gaya orang belum menikah, kalau menikah gandengannya agak berbeda, seperti kita ini. Saya sampaikan.
Terkadang juga istri bilang ”Kalau orang tuanya tau anaknya berdua dan seperti itu di Mall, bagaimana kak ya?” pertanyaan itu membuat saya menyongsong masa depan. Istilahnya terjadi future pacing. Tumbuh pertanyaan dan perenungan dalam diri. Bagaimanakah kehidupan dan pergaulan anak-anak generasi masa mendatang. Dan pertanyaan yang membuat saya terus berfikir sampai sekarang ”Mampukah nanti tatkala aku diamanahkan oleh Allah menjadi orang tua. Sanggupkah aku belajar seperti apa yang dipelajari anak-anakku nanti?”
Sekolah orang tua
Seorang teman praktisi hypnoterapist membuat blog tempat berkumpul orangtua peduli anak. Sampai dia menamakan situsnya sebagai sekolah orang tua. Berbicara sekolah orang tua, tatkala mendapat kesempatan untuk sharing bersama para guru dan orang tua murid disekolah-sekolah. Terdapat fenomena, dimana ada beberapa anak/siswa belajar atau bersekolah karena mengikuti keinginan orang tua. Sehingga adapun dampak yang terjadi sama siswa tersebut, layaknya robot hidup. Gurupun terkadang mengeluh ”Jasadnya dikelas, fikirannya entah kemana?”.
Ada juga model siswa yang memiliki orang tua yang kurang peduli terhadap apapun yang ia pelajari disekolah. Karena bagi orang tuanya yang penting anak sekolah. Bahkan ada fenomena, pemikiran-pemikiran Ayah dan ibu (orang tua) pada zaman dulu, diaplikasikan lagi pada kehidupan anak-anaknya dizaman ini. (Hal yang sudah tidak relevan).
Era digital era visual
Namun, ada juga orang tua yang sangat sadar. ”Anak saya hidup di zaman dimana era yang sangat jauh bila dibandingkan dari zaman saya”. Terutama dalam hal tehnologi digital. Sehingga ada pakar pendidikan berargumen. ”Perkembangan tehnologi zaman sekarang, membuat perkembang otak anak-anak di era inipun berbeda dengan zaman dulu. Karena, anak-anak zaman sekarang sudah sering hidup di zaman serba visual. Ini semestinya disikapi dengan kemampuan komunikasi dan pengajaran visual pula”.
Oleh sebab itu pula. Beberapa teman-teman praktisi IT turut membantu dalam hal cara memamfaatkan IT dalam dunia belajar mengajar. Ini semua bertujuan untuk memudahkan pembelajaran agar gampang terserap oleh siswa, seperti kecendrungan perkembangan otaknya.
Kembali beranjak ke sekolah orang tua. Dengan perkembangan zaman saat ini, sudahkah aku saat menjadi orang tua, juga mempersiapkan diri untuk menyeimbangkan pemahaman sebagaimana pemikiran anak-anaknya?
Cingajur, 17 Februari 2011
Bagikan