Sabtu, 30 Juni 2012

Ultimate Achievement 2

Bunda Tati duduk 3 dari kiri

Rela meninggal menjalankan misi

Dalam kriteria tersebut tercantum. Usia tidak boleh 57 tahun ke atas. Sehingga, pihak panitia meminta maaf kepada Bunda Tati, bahwa beliau tidak bisa mengikuti misi kemanusiaan ini.

Nah, yang menginspirasi saya adalah, pernyataan beliau untuk meyakinkan panitia. Meskipun beliau sudah tidak muda lagi. Tetapi beliau mempunyai modal semangat ingin membantu itu saja. Bahkan, bunda Tati sampai mengucapkan, 

Saya rela, seandainya Aceh tempat peristirahatan saya. Dan saya ikhlas, selama saya menjalankan misi ini, saya meninggal di sana. Tolong, kirim saya ke sana”. 

Mendengar cerita beliau ini. Saya merinding. Haru. Karena jiwa kemanusiaan dalam diri beliau. Padahal, kalau menggunakan logika. Orang-orang yang akan beliau tolong, bukan keluarganya. Bertemupun tidak pernah. Tetapi, ini atas nama kemanusiaan. Dan keinginan melakukan hal terbaik semasa hidupnya.

Tiba di Aceh

Akhirnya, pihak panitia mengizinkan Bunda Tati untuk ikut rombongan. Sebanyak 200 pelamar, panitia hanya bisa mengirim 20 orang. Bantuan kemanusiaan ini berlangsung tiga minggu setelah tsunami. 

Kemudian, setelah mendarat di Banda Aceh. Beliau bersama relawan lainnya langsung di kirim ke Nagan raya. Wilayah tempat kelahiran pahlawan Aceh Teuku Umar, Aceh Barat.

Banyak hal yang beliau lakukan di sana. Bermain bersama anak-anak. Melakukan proses terapi lewat bercerita. Menemani para lansia. Mendengarkan keluh kesah mereka dan sebagainya. 

Sehingga, terjalinlah hubungan harmonis antara relawan dengan penduduk di sana. Saya yakin, hal ini karena kepiawaian beliau dalam berkomunikasi dan membangun hubungan baik dengan orang. 

Bahkan sampai saat ini, masih terjalin silaturahim. Seperti pada saat anak kepala desa menikah. Bunda tati mendapat undangan untuk menghadiri pernikahan tersebut.

Ultimate Achievement

Oh ya, satu hal lagi. Setelah beliau selesai menjalankan misinya dan kembali ke Jakarta. Bunda Tati bilang sama saya. “Rahmad, saya belum pernah mengalami kebahagiaan dalam hidup, melebihi ketenangan, kedamaian, dan kepuasan hidup. Seperti setelah selesai menuntaskan misi kemanusiaan di Aceh”. Ucap beliau dengan nada suara penuh dalam.

Ungkapan beliau, seolah menguatkan opini saya. Bahwa, kepuasan hidup tidak bisa di dapatkan dari rumah mewah. Karir bagus. Jabatan tinggi. Bahkan kekayaan sekalipun. Kecuali berbuat baik, menolong, dan membantu sesama tanpa pamrih. 

Kebahagiaan, kedamaian, ketentraman dan kepuasan hidup ini. Saya menyebutnya dengan Ultimate Achievements.

Ciganjur, Rabu, 23 Mei 2012
Bagikan

Jumat, 29 Juni 2012

Ultimate Achievement 1


kepuasan hidup tidak bisa di dapatkan dari rumah mewah. Karir bagus. Jabatan tinggi. Bahkan kekayaan sekalipun. Kecuali berbuat baik, menolong, dan membantu sesama tanpa pamrih.

#NasehatDiri

Bunda Tati

Cerita saya sekarang ini lanjutan dari catatan saya sebelumnya—Mengukir Jejak Di Semesta—bersama mahasiswa psikologi Universitas Bayangkara Bekasi. Pada tulisan itu, saya sudah menyebutkan kepada Anda tentang seorang dosen yang menjabat posisi sebagai Dekan fakultas psikologi Unibajaya, Ibu Tati Marmono.

Saya memanggil beliau dengan sebutan Bunda Tati. Karena, bila merujuk ke usia, jarak antara saya dengan beliau jauh sekali. Jadi, bila saya panggil Bunda, saya kira panggilan yang sangat-sangat tepat. 

Orangnya sangat humble. Nada suara saat berbicara, tidak terlalu tinggi dan rendah, sedang. Tapi mempunyai ketegasan. Pokoknya, bila Anda bertatap wajah dan berkomunikasi dengan beliau. Saya jamin. Anda betah berlama-lama menikmati kisah kehidupan beliau. Seperti saya alami. 

Inspirasi hidup

Mungkin sudah menjadi kelumrahan bagi manusia yang telah duluan menapaki sejarahnya di atas bumi ini. Yaitu, gemar membagi pengalaman kepada generasi penerusnya. Bukan dalam rangka membanggakan diri. Akan tetapi, lebih kepada mengayomi berupa inspirasi hidup, kepada anak-anaknya. Dan hal seperti ini, sangat-sangat saya sukai.

Bunda Tati banyak bercerita kepada saya. Tentang keluarga, teman-teman seperjuangannya. Kehidupan anak dan cucu beliau. Termasuk cerita merintis cikal bakal terbentuknya fakultas Psikologi di Universitas Bayangkara Bekasi.

Sekali lagi saya ingin menegaskan. Kisahnya sungguh menginspirasi. Dan yang sangat mengesankan di antara pengalaman hidup beliau, hikayat saat beliau menjadi relawan untuk korban tsunami Aceh 2004.

Menjadi relawan Aceh

Nenek dari 9 cucu ini, menceritakan kepada saya. Bahwa, setelah tsunami Aceh terjadi pada hari minggu, 26 Desember 2004. Dalam diri beliau secara spontan ingin membantu. Naluri kemanusiaannya berkata “Apa yang bisa aku lakukan?”. 

Kemudian, Bunda Tati mencari-cari informasi relawan kemanusiaan untuk Aceh. Beliau mendapat kabar, bahwa di Psikologi UI bekerjasama dengan NGO luar negeri berencana mengirimkan relawan ke Aceh.

Langsung saja, beliau mengirim cv ke alamat informasi tersebut. Selang dua hari kemudian, Bunda Tati mendapat panggilan. Dan beliau menghadiri undangan tersebut. 

Sampai di sana, beliau ikut rapat bersama para panitia pengiriman relawan. Pihak panitia menyampaikan mengenai misi kemanusiaan dan syarat-syarat yang akan lulus seleksi. Meski relawan, namun tetap ada pengkondisian siapa saja boleh berangkat. 

Bersambung...
Bagikan

Kamis, 28 Juni 2012

Steve Jobs: Jangan Berpuas Diri


Steve Jobs
Orang-orang yang berpuas diri itu seperti menyatakan diri kalah sebelum berperang.

#NasehatDiri

Nasehat Steve Jobs

Carmine Gallo, menceritakan kisah kehidupan inovasi mendiang Steve Jobs dalam bukunya “Rahasia Inovasi Steve Jobs”. Buku ini diterjemahkan oleh penerbit Erlangga dari judul aslinya, “The Innovation Secrets of Steve Jobs Insanely Different Principles for Breakthroughs Success”. 

Dalam buku tersebut, Carmine gallo menjelaskan nasehat pendek dari sang inovator Steve jobs. “Jangan berpuas diri”. Karena, berpuas diri merupakan musuh utama  dari inovasi. 

Dan salah satu rahasia yang dimiliki oleh Steve jobs sehingga Apple bisa terus melahirkan produk-produknya adalah, rasa tidak pernah puas mengalir dalam aliran darah Steve. Hal ini terbukti, dari produk fenomenal Apple. Sebut saja, IPod, Ipad, Mac book pro dan lainnya.

Juri Indonesia Idol

Demikian pula nasehat-nasehat yang sering sekali Anang hermansyah sampaikan kepada para Idol. Seingat saya, setiap minggunya. Anang pasti melontarkan mantranya itu. Dari cara dia mewanti-wanti para Idol, seolah pesannya itu azimat keberhasilan karir idol di dunia musik Indonesia. Bahkan, dunia. 

Pesannya itu terbukti, jika ada Idol yang mencoba meremehkan lagu wajib mereka nyanyikan. Sungguh, saya hanya bisa menikmati semua Idol itu. Namun, mereka para juri, memang memiliki kelihaian dalam hal suara, nada, gesture, penjiwaan lagu, dan setiap liriknya. 

Sehingga, jika penyanyi terlambat masuk, kecepatan atau ada nada tinggi tapi kurang tarikannya. Maka, mereka sangat jeli menyadarinya. Seperti, quality control memeriksa setiap produk jadi di pabrik.

Mama dan Aa

Mama & Aa Curhat Dong @ Indosiar
Sementara itu, alangkah terkejutnya saya. Tadi pagi, sambil mengetik beberapa paragraf. Saya mendengar ceramah mamah Dedeh di Indosiar. Seorang hadirin di studio bertanya tentang apa saja shalat sunnah setelah shalat wajib. 

Mamah Curhat Dong”. Ungkap peserta di studio. Kemudian, seorang ibu majelis ta’lim itu bertanya. “Begini mah. Saya pernah mendengar, katanya shalat sunnah sebelum magrib itu tidak dianjurkan. Apakah benar Ma?”. 

Lalu Mamah Dedeh menjawab, bahwa shalat sunnah setelah atau sebelum shalat wajib itu sangat dianjurkan. “Ibu, shalat sunnah sesudah atau sebelum itu di sebut sunnah muakad, dan qhairu muakad”. Jawab Mamah Dedeh. 

Setelah itu mamah melanjutkan, “Shalat sunnah yang muakad itu, dua rakaat sebelum shubuh. Dua atau empat rakaat sebelum dan sesudah dhuhur. Dua rakaat ba’da maqrib. Dan setelah shalat isya”. 

Lalu mamah meneruskan, “Sementara shalat sunnah qhairu muakad, sebelum ashar, magrib dan isya”. 

Menurut Mamah Dedeh, shalat sunnah ini sebagai penunjang terhadap shalat wajib yang ummat muslim lakukan. Jadi, jika shalatnya kurang sempurna. Amalan ini bisa menjadi pendukung. Ibarat ban serap pada mobil. 

Kalau dalam permainan bola. Jika pemain utama kelelahan, cedera, atau mungkin permainannya mulai kurang bagus. Maka, pelatih akan segera memasukkan pemain cadangan.

Penjelasan ini senada dengan kalimat yang sering-sering diulang oleh ustadz saya di Aceh dulu. Bahwa, menunaikan shalat sunnah muakad, sama halnya mempersiapkan cadangan bagi amalan shalat wajib yang kurang sempurna. Namun, bukan berarti—memperbanyak shalat sunnah muakad—boleh meninggalkan shalat yang fadhu. 

Tersirat dalam sunnah muakad

Setelah  mendengar penjelasan Mamah Dedeh. Saya teringat dengan pesan Steve jobs dan Anang hermansyah. “Jangan berpuas diri”. Rupanya, konsep ini sudah tersirat dalam ibadah shalat sunnah muakad. Mengapa saya mengatakan demikian? 

Karena, saya merasa, kegirangan mendirikan sunnah muakad, karena menganggap shalat saya belum sempurna. Maka, saya berharap, amalan ini menjadi penambalnya.

Namun, akhir-akhir ini saya kurang melakukannya lagi. Selesai shalat wajib, duduk berdzikir sebentar. Lalu segera bergegas kembali ke aktifitas saya. Kemudian, sang bijak bertutur, “Segera tunaikan kesadaran ini dalam perilakumu. Dan jadikan ini bukan hanya dalam hal ibadah. Tetapi juga aspek kehidupanmu yang lain. Seperti orang-orang yang mengamalkan prinsip ini. Oleh karena itu, jangan pernah berpuas diri”.

Apakah Anda sudah puas dengan kehidupan Anda saat ini? 

Ciganjur, Selasa, 22 Mei 2012
Bagikan

Rabu, 27 Juni 2012

Ikat Pinggang Tali Rapia 3 (Habis)


Nah, akhirnya kita ketemu lagi, ini merupakan cerita terakhir dari ikat pinggang dari tali rapia sesudah tsunami. Bagi yang baru mampir, sila membaca cerita 1 dan 2 terlebih dahulu, biar nyambung ya.

Menyiasati ikat pinggang

Nah, untuk menyiasati celana yang lebar bisa memuat satu orang lagi itu. Maka saya melipat celana tersebut seperti lipatan mengenakan sarung. Jadi, ukuran besar itu, pertama-tama saya tarik ke depan. Kemudian saya ambil ruang lebar sisi kiri merapati perut hingga ke sisi kanan. Setelah itu, sisi yang saya tarik ke depan, saya lipatkan ke sisi kiri. 

Terus, bagaimana supaya celana itu tetap berada sesuai siasat saya? Dalam kamar mandi, saya melihat kiri dan kanan, apa kira-kira bisa saya gunakan untuk mengikat pinggang saya. Sayang, tidak satupun saya temukan. Namun, selama mata menerang seisi ruangan itu, terbesit ide mencari tali.

Mengapa mesin kreatif saya tidak mencetuskan ide ikat pinggang. Saya yakin, saat itu, pikiran bawah sadarku, sangat-sangat sadar. Kalau saya baru saja melewati bencana besar yang meninggalkan jejaknya. Berupa puing-puing kehancuran dan lumpur nya. Maka, saya keluar kamar mandi sambil memegangi lipatan siasat saya.

Saya mengelilingi mesjid, dan jalan halaman tempat yang akan saya jadikan tanah berisi rumput kecil dan bebatuan sebagai alas untuk merebahkan punggung (baca; tidur). Setelah mencari-cari sementara tangan kiri tetap dipanggang pada lipatan tadi. Akhirnya ketemu juga. Saya sungguh bersyukur mendapat tali rapia depan sebuah kios dekat mesjid. 

Ikat pinggang tali rapia

Tali rapia itu, meringankan beban ibu jari, telunjuk dan tengahku, memegangi lipatan celana yang saya siasati. Sungguh, rasanya jari jemari mengucapkan terima kasih, karena saya mengakhiri duka mereka. Dan yang paling bersyukur adalah saya. Sebab, celana sedekah pak Bukhari, menenangkan batin saya menunaikan ibadah. Celananya menutupi aurat dan bersih. 

Selain itu, saya bersyukur, karena tubuh saya tertutupi dengan celana bagus, dibandingkan celana puntung seukuran lutut, hasil ngesot mendaki dan menuruni bukit-bukit terjal. Jangan Anda tanya seperti apa bentuknya? Tetapi, jika Anda mau tau. Boleh mencoba mengetes ukuran celana paling besar lalu melipatkannya di pinggang Anda.

Oh ya, celana sedekah itu, menemani saya hampir sebulan lebih. Setelah akhirnya saya menemukan celana lain dari bantuan para dermawan. Bisa jadi itu pakaian hasil sedekah Anda. Saya mengucapkan ribuan terima kasih. 

Sementara celana hadiah dari Pak Bukhari, saya serahkan lagi ke orang yang tepat. Yang saya anggap, pinggangnya cocok. Karena saya jarang melihat celana berukuran besar pada tumpukan pakaian bantuan.

Antara hopeless dengan hope to survive

Lalu, bagaimana nasib tali rapia mengikat pada pinggang saya? Dia menemani hanya tujuh hari. Sebab, seminggu sekali saya menukar nya dengan yang lain. Sampai saya menemukan celana yang sesuai dengan pinggang saya. 

Sekarang, setiap melihat orang mengikat tali rapia di pinggangnya. Saya bukan melihat kelucuan pada orang tersebut. Akan tetapi, film dalam pikiran saya, langsung memutar gambar seperti cerita saya ketik di atas. Di mana saat itu yang terpikir antara hopeless dan hope to survive

Terima kasih ya Allah. Engkau telah mengizinkan hamba menjalani ini semua. Hamba bersyukur setiap takdir ketentuan-Mu. 

Ciganjur, Senin, 21 Mei 2012
Bagikan