Air yang digunakan untuk berwudhu dengan syarat harus
suci. Karena sesuatu yang suci bisa menyucikan. Begitulah bayi yang damai—sehingga,
siapa yang mendekatinya merasakan kedamaian jiwa.
Training Visi Hidup
Kamis, 8
Maret 2012. Saya mendapat kesempatan memberikan training tentang Visi Hidup
dengan teman-teman Agent baru di Pru Power Vision, Sudirman. Seperti biasa,
setiap training berlangsung, bila training sehari seperti yang saya laksanakan
pada kamis kemarin. Biasanya acara selesai jam 17.00wib. Dan paling lambat
sampai jam 18.00. Setelah training usai, sering juga terjadi diskusi personal
dengan beberapa peserta pelatihan.
Kebiasaannya,
saya baru pulang dari tempat pelaksanaan training, setelah melaksanakan shalat
maqrib. Sebab, terlalu tangung bila langsung pulang. Sudah pasti tidak sempat
shalat di rumah. Jadi, kalau bukan di ruang tunggu (lobby kantor), seringnya
menanti shalat maqrib di Musholla perusahaan.
Setelah
menunaikan ibadah shalat maqrib. Baru saya pulang kembali bertemu dengan istri
dan anak tercinta. Selama dalam perjalanan, istri menanyakan kabar lewat sms. “Ayah, sudah di mana posisinya? Nanti, di
depan, tolong beli kapas satu buat Lyna ya?”.
Dari
sudirman, saya menuju ke Halte Busway Dukuh Atas. Saya bersama penumpang lain
menanti busway yang akan mengangkut kami menuju ke Ragunan. Setelah 15 menit
menanti, busway tiba di dukuh atas. Selang satu jam kemudian. Saya tiba di
halte busway pertanian. Saya turun melanjutkan lagi ke Ciganjur dengan angkot
M20. Syukur angkotnya cepat penuh. Dan perjalananpun tidak terlalu macet. Jadi,
dari pertanian 30 menit sampai di gang syarpa.
Biasanya
saya langsung pulang tanpa membeli apapun, kecuali aqua gelas di warung
terdekat. Namun, malam itu istri menitip pesan selain beli kapas, supaya saya
membeli ayam goreng untuk lauk makan malam. Sayapun memesan ayam goreng satu
potong di warung depan. Si penjual mengenal saya dan keluarga istri. Lalu
beliau bertanya “Kok sendiri? Biasa
bareng ma Ita (istri)?”. Sambil memanaskan minyak goreng di atas kompor.
Anak pelepas lelah
“Ita gak ikut, baru melahirkan, tiga minggu”.
Jawab saya sembari duduk menanti ayam selesai digoreng. Selanjutnya, penjual
bilang sama saya “Oh selamat ya. Anaknya
laki atau perempuan? Kok Ibu gak sampaikan apa-apa, padahal tadi ketemu di
pasar?”. “Alhamdulillah perempuan”
Jawab saya. Lalu, beliau melanjutkan komunikasinya “Alhamdulilah, mau laki atau perempuan, yang penting lahir dengan
selamat. Kalau sudah punya anak sudah aman mas. Karena, anak bisa menjadi aspek
pendamai bila orang tua sempat bertikai. Selain itu, habis pulang kerja, capek
dan lelah rasanya hilang, saat melihat bayi. Mengendongnya, adalah terapi
melepaskan beban”.
Ayam yang
saya pesanpun, sudah matang dan terbungkus rapi. Saya keluarkan sejumlah uang
dari kantong sesuai harga ayam tersebut. Dan saat jalan kaki dari depan syarpa
hingga ke rumah. Kalimat penjual tadi terus terngiang dalam diri saya. Anak adalah pendamai. Dan anak merupakan
terapi pelepasan beban. Sampai di rumah saya cerita sama istri. Lalu, saya
menatap lama wajah putri saya sedang tertidur lelap. Sungguh, melihatnya
tertidur pulas. Damai rasanya jiwa ini.
Ternyata
memang benar. Anak selain amanah dan memperlancar rezeki. Juga mendamaikan
batin serta melepaskan beban lelah seharian berkerja. I love you Nur Avelyna.
Ciganjur,
Kamis 8 Maret 2012
Bagikan