Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik pada usia anak secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlakmulia, sertaketerampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pemenuhan Hak Pendidikan Anak pasal 1UUS sisdiknas No.20/2003
Motivasi
Guru SMAN 4 Tanggerang
Sebulan yang
lalu, saya membaca pesan di inbox dari seorang bapak Guru sekolah menengah atas
kota Tanggerang. Beliau bermaksud mengadakan pelatihan motivasi kepada
rekan-rekan guru yang ada di sana. Agenda ini, sudah menjadi kegiatan rutin setiap
tahunnya. Tahun ini, beliau bermaksud mengajak saya untuk menjadi pembicara
pada agenda tahunan tersebut.
Kemudian,
kami terus berkomunikasi, sampai menetapkan tanggal untuk pelaksanaannya.
Yaitu, Rabu, 8 februari 2012. Sementara tempat pelaksanaan, bertempat di aula
STMIK Raharja depan Tanggerang City. Peserta yang menghadiri pelatihan ini,
sebanyak 50 orang guru. Sementara yang lainnya, berhalangan karena ada jadwal
jam pelajaran. Dan training berlangsung mulai jam 08.45 – 11.50 wib.
Setelah
selesai training, untuk sesi pertama dengan saya. Para guru-guru akan
mendapatkan sesi selanjutnya, dengan pembicara yang berbeda pada jam 13.00.
Sebelum itu berlangsung, sebagaimana lumrahnya, jam 12.00 adalah sesi istirahat
untuk memberi jatah perut sekaligus shalat dhuhur.
Pengamen
& pengemis
Selepas shalat,
saya langsung pamitan. Karena, malam harinya harus ke dokter, untuk pemeriksaan
mingguan istri menanti proses melahirkan. Dari depan STMIK, saya menunggu jasa angkutan
umum, Tanggerang - Pasar Rebo & Rambutan. Tatlama kemudian, saya menumpangi
Mayasaribakti rute ke Rambutan. Sebenarnya saya berharap ada bis yang melewati
(singgah) Cilandak. Tapi tidak ada satupun yang keluar Cilandak kemudian
melanjutkan kembali ke Pasar Rebo. Jadi, memang itulah pilihan satu-satunya.
Begitu
sampai di Pasar rebo, saya langsung pindah angkutan menuju Koantas bima 509,
yang menuju Lebak bulus. Karena, angkutan ini keluar lewat tol mampang
cilandak. Bukan kebetulan, saat saya naik, baru 2 penumpang yang ada di dalam.
Mungkin, karena siang, jadi tidak begitu banyak penumpang. Sebab, biasanya,
kalau sore hari, jarang sekali bisa mendapatkan tempat duduk, seringnya adalah
berdiri.
Taklama
kemudian, setelah penumpang mulai bertambah. Ada seorang anak kecil menaiki
mobil sedang ngetem menunggu penumpang itu. Usianya menurut saya baru 5 atau 6
tahun. Dia menggenakan topi, baju berwarna kuning, sandal jepit dan celana
pendek berwarna merah. Di tangannya, ada satu pak amplop kecil berwarna putih. Biasanya
diedarkan ke penumpang.
Bang,
tulis… tulis…
Tapi,
tatkala dia memberikan amplopnya tersebut kepada saya. Sang anak langsung
menarik bolpen dari kantong saya. Perilakunya tersebut, membuat saya terkejut.
Namun, saya membiarkan saja, mengamati tanpa mengatakan apapun. Lalu, dia
membuka tutup bolpen tersebut, matanya melihat ke ujung pena di tangannya. Saya
memperhatikan, ada gelagat ingin memegang bolpen tersebut dan menulis sesuatu.
Tapi tidak tau caranya. Setelah itu, dia ambil tangan kanan saya, dan
meletakkan bolpen yang telah dicabut tutupnya, ke tangan saya.
“Bang, bang, tulis bang, tulis bang” Dia
sampaikan kepada saya sambil menujuk ke amplop kecil yang diberikan kepada
saya. Lalu, saya tanya kepada dia “Mau
abang tulis apa?”. Pertanyaan saya ini ternyata membuat dia bingung. Dia
diam sejenak, dan langsung menunjuk ke arah kaca belakang Koanta tertulis angka
509. “Tulis seperti itu”. Lalu saya menulis
angka yang dia inginkan. Sambil saya menulisnya, anak kecil tersebut melangkah
ke penumpang lain untuk mengedarkan amplop kecilnya.
Setelah
selesai menulis, saya pikir selesai sudah. Dan saya ambil selembar uang dalam
kantong baju kemeja bergaris yang saya kenakan. Akan tetapi, saat dia kembali
lagi ke belakang, mengambil kembali amplop yang dia edarkan kepada saya. Dia meminta
saya supaya menuliskan lagi “Bang, bang,
tulis lagi bang, tulis lagi bang”.
Terharu
Saya mau
menulis, akan tetapi, saya sadari, suara mesin Koantanya mulai membesar. Itu pertanda,
pak sopir mau menjalankan kendaraannya. Lalu, saya sampaikan ke anak kecil itu
“Ini buat kamu, coret-coret sendiri saja
ya”. Saat saya memberikan kepada dia, sungguh ekspresinya membuat saya surprise.
Sebab, anak kecil tadi menerima bolpen
seperti sesuatu yang sangat berharga. Dia menaikkan alisnya, dan melihat ke
wajah saya, seolah-olah ingin berucap “Benar
ini buat saya?” Lalu diapun turun dari koantas.
Sungguh,
saya sangat tersentuh. Selama dalam perjalanan, peristiwa dia meminta saya
menuliskan sesuatu terus terbayang dalam ingatan saya. Karena, saya merasakan,
energi ingin mengetahui cara menulis pada anak tersebut. Mungkin demikian juga
dengan teman-temannya yang lain hidup di jalanan. Mereka mau sekolah. Mereka
mau juga memakai seragam sekolah. Dan belajar sebagaimana lazimnya seorang anak
kecil.
Mereka juga mau belajar
Kemudian,
saya teringat dengan teman-teman saya yang memiliki aktifitas sosial,
memberikan pengajaran sekolah non formal untuk anak-anak di bawah kolong
jembatan, pemulung di bantar gebang bekasi, dan tempat lainnya. Apa yang
mendorong mereka melakukan itu? Karena, ingin berbagi, mewujudkan mimpi
adik-adik yang memegang gitar kecil, atau gencrengan itu. Supaya mereka bisa belajar.
Adik kecil
yang tak saya ketahui namamu. Terima kasih banyak pengalaman yang kau berikan
untuk saya.
Ciganjur, Rabu, 7 februari 2012
Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist BB 270fe9b7
Bagikan