Sekuat apapun kamu berusaha bahkan berdoa, matahari akan
tetap berada di atas kepalamu. Hingga dia mengganti harimu menjadi malam. Sesuai
kodratnya.
#NasehatDiri
Impian
saya tercapai
Seorang teman pakar brain menagement and memory berkata, “Pengalaman pertama yang penuh emosi, akan
selalu terkenang dan tertanam kuat dalam bawah sadar kita”. Bukankah Anda
pernah mengalaminya? Sementara Anda mencoba mengingat-ngingat peristiwa itu,
mata Anda terus tertuju pada kata-kata selanjutnya, dengan penuh rasa ingin
tahu, sekarang.
Mungkin Anda sudah mengingat
pengalaman itu, iyakan? Seperti 26 februari 2005, merupakan hari pertama dalam
hidup saya, duduk di ruang tunggu keberangkatan Bandara Sultan Iskandar Muda.
Waktu itu, saya menggunakan maskapai Adam Air. Serasa bagaikan mimpi, tapi
itulah mimpi yang telah menjadi kenyataan. Allah wujudkan mimpi saya, sehingga bisa
mengalami perjalanan dengan besi yang melayang di udara.
Sudah menjadi sifat dasar manusia,
setelah keinginan yang satu tercapai, maka segera tercipta keinginan
selanjutnya. Seperti, saya ingin mengalami perjalanan domestik selain dengan
maskapai Adam air. Alhamdulillah, berkat izin Allah, itupun terwujud, dalam
rangka perjalanan kerja ke luar kota.
Melihat
pesawat di atas awan Aceh
Berbicara mengenai pesawat
terbang. Saya yakin Anda sudah tau benda tersebut, kan? Setidaknya, Anda pernah
mendengar suara pesawat terbang di atas awan sana. Dulu, semasa masih kecil, saat
saya masih sekolah dasar. Setiap ada pesawat yang terbang melintasi Aceh, yang
terdengar hingga ke kampung saya, desa Lambadeuk. Maka, kebiasaan saya bersama
teman-teman adalah mencari tau dari mana arah suara itu, kemudian berusaha
memperhatikan ke udara, di mana benda tersebut? Hingga tidak terlihat lagi oleh
mata, dan suaranya menghilang terbawa angin. Masa kecil memang sangat
mebahagiakan, betulkan?
Belajar menata keinginan
Sebagaimana yang kita ketahui
bersama, bahwa penciptaan yang ada di bumi, semua ada makna dan manfaatnya.
Seperti penjelasan ”rabbana ma khalaqta
haza baathila, subhanaka faqina ’azabannar”. Demikianpula dengan cerita
pesawat di atas. Pasti ada sesuatu yang bisa kita jadikan perumpaan. Anda pasti
setujukan? Dan di antara perumpamaan tersebut ialah belajar menata keinginan.
Mungkin saja Anda bertanya, ada
apa dengan keinginan, sehingga kita harus menatanya? Padahal, bukankah sudah
kita fahami, tidak ada yang keliru dengan keinginan? Seperti cerita saya pada managemen
keinginan (baca managemen keinginan.pen). Perumpaan pesawat ini sekedar untuk melengkapi
kesadaran sebelumnya. Sehingga, pemahaman tersebut menjadi lebih kokoh. Bagaimana
semestinya kita bijak dalam bersikap, berlatih diri menyadari dan memahami,
setiap keingian yang timbul tenggelam, Mau?
Hargai proses; Cara meng”nol”kan keinginan
Inilah metafora yang sangat bagus
untuk menjelaskan cara mengnolkan
keinginan, yang disampaikan oleh Guru Gede Prama. Dalam sebuah pengajian,
seorang pemuda bertanya ”Bagaimana cara
agar saya bisa mengnolkan keinginan saya?” Sang guru memperhatikan, penanya
masih muda seperti saya ini. Kemudian beliau menjawab;
”Cara mengnolkan keinginan itu seperti pesawat terbang.
Anda tau kan pesawat terbang? Tatkala ingin melepas landas (take off), maka dia
perlahan mempersiapkan antara kecepatan dan kapan tenaga pendorong digerakan untuk melayang ke udara. Apa yang terjadi
seandainya pesawat langsung menyalakan tenaga pendorong melayang ke udara, bila
bukan pada saatnya? Pesawatnya jatuh.
Pun saat ia mendarat, pesawat tidak langsung menerjun
kelandasan dan berhenti, tetapi perlahan-lahan sampai kelandasan penurunan
penumpang. Apa yang terjadi bila pesawat dengan kecepatan tinggi terjun
kelandasan dan berhenti? Pesawatnya hancur. Demkian pula dengan Anda yang masih
muda. Belajar mengnolkan keinginan.
Belajarlah perlahan-lahan, selangkah demi selangkah dan ikuti prosesnya.”
Bukankah cantik metafora di atas? Cara
menggnolkan keinginan, dengan menyadari di mana posisi kita sekarang? Sehingga
kita bisa melakukan proses yang tepat.
Tidak ada yang sia-sia
Dan, apa yang terjadi, saat Anda
dan saya bisa mengambil hikmah dan pembelajaran dari setip peristiwa? Sungguh,
setiap penciptaan yang Allah kreasikan penuh dengan makna dan pembelajaran. Bahkan, ciptaan
manusiapun, terdapat pelajaran hidup, bila kita mau mengambilnya. Seperti penjelasan
sang guru di atas, proses selangkah demi
selangkah pendaratan pesawat terbang, dapat kita jadikan ibrah dalam menata
keinginan diri kita. Karena, proses itu sifat alamiah alam. Dan Allah sendiri
menciptakan alam ini dengan proses
tersendiri hingga menjadi, kun fayakun.
Apakah Anda sedang menjalani
prosesnya? Maafkan saya terlalu banyak bertanya. Semoga seluruh makhluk
berbahagia di alam semesta.
Cinganjur, 9 April 2011
Mau berkomunikasi dengan saya? Follow @mind_therapist
Bagikan
