Senin, 26 Maret 2012

Mungkinkah Keinginan Dapat Terkontrol ?


Sekuat apapun kamu berusaha bahkan berdoa, matahari akan tetap berada di atas kepalamu. Hingga dia mengganti harimu menjadi malam. Sesuai kodratnya.
#NasehatDiri

Impian saya tercapai

Seorang teman pakar brain menagement and memory berkata, “Pengalaman pertama yang penuh emosi, akan selalu terkenang dan tertanam kuat dalam bawah sadar kita”. Bukankah Anda pernah mengalaminya? Sementara Anda mencoba mengingat-ngingat peristiwa itu, mata Anda terus tertuju pada kata-kata selanjutnya, dengan penuh rasa ingin tahu, sekarang.

Mungkin Anda sudah mengingat pengalaman itu, iyakan? Seperti 26 februari 2005, merupakan hari pertama dalam hidup saya, duduk di ruang tunggu keberangkatan Bandara Sultan Iskandar Muda. Waktu itu, saya menggunakan maskapai Adam Air. Serasa bagaikan mimpi, tapi itulah mimpi yang telah menjadi kenyataan. Allah wujudkan mimpi saya, sehingga bisa mengalami perjalanan dengan besi yang melayang di udara.

Sudah menjadi sifat dasar manusia, setelah keinginan yang satu tercapai, maka segera tercipta keinginan selanjutnya. Seperti, saya ingin mengalami perjalanan domestik selain dengan maskapai Adam air. Alhamdulillah, berkat izin Allah, itupun terwujud, dalam rangka perjalanan kerja ke luar kota.

Melihat pesawat di atas awan Aceh

Berbicara mengenai pesawat terbang. Saya yakin Anda sudah tau benda tersebut, kan? Setidaknya, Anda pernah mendengar suara pesawat terbang di atas awan sana. Dulu, semasa masih kecil, saat saya masih sekolah dasar. Setiap ada pesawat yang terbang melintasi Aceh, yang terdengar hingga ke kampung saya, desa Lambadeuk. Maka, kebiasaan saya bersama teman-teman adalah mencari tau dari mana arah suara itu, kemudian berusaha memperhatikan ke udara, di mana benda tersebut? Hingga tidak terlihat lagi oleh mata, dan suaranya menghilang terbawa angin. Masa kecil memang sangat mebahagiakan, betulkan?

Belajar menata keinginan

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa penciptaan yang ada di bumi, semua ada makna dan manfaatnya. Seperti penjelasan ”rabbana ma khalaqta haza baathila, subhanaka faqina ’azabannar”. Demikianpula dengan cerita pesawat di atas. Pasti ada sesuatu yang bisa kita jadikan perumpaan. Anda pasti setujukan? Dan di antara perumpamaan tersebut ialah belajar menata keinginan.

Mungkin saja Anda bertanya, ada apa dengan keinginan, sehingga kita harus menatanya? Padahal, bukankah sudah kita fahami, tidak ada yang keliru dengan keinginan? Seperti cerita saya pada managemen keinginan (baca managemen keinginan.pen). Perumpaan pesawat ini sekedar untuk melengkapi kesadaran sebelumnya. Sehingga, pemahaman tersebut menjadi lebih kokoh. Bagaimana semestinya kita bijak dalam bersikap, berlatih diri menyadari dan memahami, setiap keingian yang timbul tenggelam, Mau?

Hargai proses; Cara meng”nol”kan keinginan

Inilah metafora yang sangat bagus untuk menjelaskan cara mengnolkan keinginan, yang disampaikan oleh Guru Gede Prama. Dalam sebuah pengajian, seorang pemuda bertanya ”Bagaimana cara agar saya bisa mengnolkan keinginan saya?” Sang guru memperhatikan, penanya masih muda seperti saya ini. Kemudian beliau menjawab;

”Cara mengnolkan keinginan itu seperti pesawat terbang. Anda tau kan pesawat terbang? Tatkala ingin melepas landas (take off), maka dia perlahan mempersiapkan antara kecepatan dan kapan tenaga pendorong digerakan  untuk melayang ke udara. Apa yang terjadi seandainya pesawat langsung menyalakan tenaga pendorong melayang ke udara, bila bukan pada saatnya? Pesawatnya jatuh.

Pun saat ia mendarat, pesawat tidak langsung menerjun kelandasan dan berhenti, tetapi perlahan-lahan sampai kelandasan penurunan penumpang. Apa yang terjadi bila pesawat dengan kecepatan tinggi terjun kelandasan dan berhenti? Pesawatnya hancur. Demkian pula dengan Anda yang masih muda. Belajar mengnolkan keinginan. Belajarlah perlahan-lahan, selangkah demi selangkah dan ikuti prosesnya.”

Bukankah cantik metafora di atas? Cara menggnolkan keinginan, dengan menyadari di mana posisi kita sekarang? Sehingga kita bisa melakukan proses yang tepat.

Tidak ada yang sia-sia

Dan, apa yang terjadi, saat Anda dan saya bisa mengambil hikmah dan pembelajaran dari setip peristiwa? Sungguh, setiap penciptaan yang Allah kreasikan penuh dengan makna dan pembelajaran. Bahkan, ciptaan manusiapun, terdapat pelajaran hidup, bila kita mau mengambilnya. Seperti penjelasan sang guru di atas, proses selangkah demi selangkah pendaratan pesawat terbang, dapat kita jadikan ibrah dalam menata keinginan diri kita. Karena, proses itu sifat alamiah alam. Dan Allah sendiri menciptakan alam ini dengan proses tersendiri hingga menjadi, kun fayakun.

Apakah Anda sedang menjalani prosesnya? Maafkan saya terlalu banyak bertanya. Semoga seluruh makhluk berbahagia di alam semesta.

Cinganjur, 9 April 2011
Mau berkomunikasi dengan saya? Follow @mind_therapist
Bagikan