Minggu, 31 Maret 2013

Masihkah Aku Bisa Dipercaya?



What is Trust?? Trust like the feeling that a child has, when you throw him in air and catch again, and he enjoys it...

Makhluk Langka
Bisa menjadi orang amanah merupakan makhluk yang langka. Karena, orang yang bisa dipercaya itu, sedikit sekali kuantitasnya di muka bumi ini. Jangankan bisa dipercaya oleh orang lain. Terkadang, mempercayai diri sendiri harus melewati proses keraguan yang panjang. Saya berharap Anda termasuk orang yang bisa dipercaya. 

Hal menarik menjadi orang terpercaya adalah, Anda dapat melakukan kebohongan. Biasanya, jika Anda sudah dipercaya, maka—sesekali melakukan hal tidak amanah—orang-orang cenderung memberikan maklumnya. Itu sebabnya, betapa banyak suami yang dipercaya, meski berulang kali selingkuh, selalu saja ada maaf oleh istri.

Tanda-tanda Dipercayai
Dalam konteks bisnis pun demikian. Penyebab utama terjadinya penipuan, karena sang penipu sangat dipercaya. Jika Anda tidak percaya, maka boleh menelusuri jejak kehidupan yang telah lewat. Bukankah Anda merasa ditipu oleh orang yang dulu Anda berikan kepercayaan penuh kepadanya?

Jika Anda masih belum percaya dengan pernyataan saya ini. Boleh sesekali Anda menguji hipotesa ini. Siapa tahu, lewat uji nyali ini, Anda menjadi lebih tau diri. Apa latihannya? Sesekali Anda pakai sepatu seharga 50ribu, kemudian katakan kepada teman-teman Anda, bahwa sepatu yang Anda pakai seharga 250ribu. Apakah orang sekitar Anda percaya?

Jika mereka percaya, maka itu menandakan Anda sudah mendapat predikat pantas untuk dipercaya. Namun, jika mereka ragu, itulah alamat Anda termasuk orang yang masih diragukan amanahnya. Tapi ingat, konsekwensi dari latihan ini, Anda sendiri yang menanggungnya. 

Cara lain bisa juga dalam bentuk rupiah. Cobalah meminjam uang senilai satu juta kepada beberapa orang. Lalu, perhatikan reaksi yang mereka berikan kepada Anda. Jika langsung meminta no rek. Bisa jadi Anda termasuk orang dipercaya. Tapi jika jawabannya cuma bisa 500 ribu. Itu pertanda, Anda masih diragukan. Dengan catatan, orang yang Anda minta pinjaman, mempunyai uang.

Hidup penuh kekinian
Sementara itu, dari kenyataan ini semua. Saya menyadari, ternyata, saya mungkin dikhianati atau dibohongi oleh kepercayaan yang saya berikan, hal itu karena, saya tidak hidup penuh sadar. Atau bahasa lain tidak hadir seutuhnya pada saat ini.

Mari kita menyadari kembali. Bukankah kita masih mempercayai orang yang kita anggap masih bisa dipercaya itu, lantaran perbandingan emosi masa lalu? Contohnya saja, saya mempercayai istri saya, berdasarkan pengalaman sudah lewat, bahwa dia amanah. Mungkin Andapun demikian. Iyakan?

Anda masih percaya kepada rekan bisnis Anda, karena berdasarkan transaksi sebelumnya, klien Anda pasti membayar jika barang telah terjual. Berkat pengalaman yang sering dilakukan oleh sang klien, Anda sudah tidak meragukan lagi. Toh sudah amat nyata terbukti beberapa kali. Bukankah seperti itu?

Nah, saat saya dan Anda mempercayai seseorang karena pengalaman emosi di masa lalu. Itulah pertanda, bahwa saya tidak hidup dalam kekinian. Saya masih terbawa dengan persepsi masa lalu tentang orang yang saya percaya. Anda pun juga demikian. Sehingga, kita tidak lagi merespon kehidupan secara nyata. Tetapi, itu semua hanya bentuk-bentuk ilusi semata.

Hati-hati Ilusi
Mengapa saya mengatakan ilusi? Karena, cara kita memandang tentang diri sendiri atau orang lain, bukan lagi secara kekinian. Tetapi, saya melihat masih menggunakan kacamata masa lalu. Berbeda hal nya jika saya hidup penuh kekinian. Sebab, jika saya hadir seutuhnya pada masa kini. Maka, saya menyikapi orang dekat dengan segala kenyataan yang ada.

Lantas, apakah kita harus curiga setiap waktu? Tidak. Bukan itu yang saya inginkan. Karena curiga pun akan mengakibatkan kita lepas dari kesadaran. Lalu seperti apa? Saya pun tidak bisa menjelaskan kepada Anda. Sebab pengertian dari sebuah definisi malah mengkerangkeng kita dari khazanah pemahaman hakikat.

Namun saya bisa bercerita kepada Anda, seperti apa saya melakukannya. Duduklah diam sejenak di tempat waktu Anda sedang membaca materi ini. Kemudian, lihatlah sekeliling Anda layaknya Anda sedang berada di tempat baru. Di mana Anda masih buta dengan lingkungan sekitar Anda. 

Kemudian buka telinga Anda lebar-lebar. Izinkan setiap suara yang Anda dengar masuk ke dalam memori Anda. Tanpa bertanya, ”Suara apakah ini?”. Demikianpula dengan perasaan Anda. Alami setiap detik terlewati, rasakan saja setiap perasaan yang Anda rasa. Itu saja. 

Lalu apa yang akan terjadi setelah Anda melakukan semua itu? Sungguh saya tidak tau apa yang akan Anda alami. Jika ingin memahami, cukup melakukan saja. Namun, bila menganalisa, sampai uban bertebaranpun, kondisi itu tidak pernah datang. 

Dipercaya Karena Enggan Bohong
Akhirnya, terlepas Anda dipercaya atau tidak. Atau malah sebaliknya Anda mempercayai seseorang atau meragukannya. Namun saya mau menyatakan satu perkara. Bahwa orang yang dipercaya itu, sekalipun mereka mempunyai kesempatan untuk berbohong. Meskipun mereka sangat memungkinkan untuk berkhianat. Tapi entah mengapa, mereka yang benar-benar bisa dipercaya, enggan melakukannya.

Ciganjur, Selasa, 19 Juni 2012
Bagikan

Senin, 11 Maret 2013

Belajar Kesetian Kepada Ketrampilan dari Claude Monet


Claude Monet

Claude Monet, pelukis asal Perancis menderita Glukoma. Pada akhirnya matanya benar-benar tidak bisa melihat. Namun, dia tetap melakukan kesenangannya melukis. Meskipun kedua matanya tidak bisa melihat lagi.

Hal yang menakjubkan adalah, salah satu mahakaryanya lukisannya justru hasil melukis setelah matanya buta total. Masterpiece tersebut dilelang senilai U$20Juta. 

Salah satu karya Claude Monet
Hikmah yang saya petik dari kehidupan Claude, betapa kesetiaan kepada ketrampilan itu sama halnya seperti membuat sistem. Awalnya ada upaya melelahkan saat merancangnya. Namun, setelah sistem selesai dan berjalan lancar. Maka sistem itu sendiri yang bekerja untuk kita.

Ciganjur, 11 Maret 2013
Bagikan

Kamis, 07 Maret 2013

Apakah Anda Akan Mengira Bahwa Ini Kebetulan?



Ayu Utami (Novelis) mengatakan;
“Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, seorang ilmuwan akan mencari pola, dan seorang beriman akan mencari Tuhan”. Dan saya menambahkan; Sementara seorang Praktisi NLP, jika kebetulan terjadi terlalu banyak, maka dia akan mencari pola dan sujud kepada Tuhannya".

Ingin Kue Dadar Gulung
Tiga hari yang lalu, saat mau sarapan pagi (jam 06.30), terbersit dalam diri saya untuk membeli kue "Dadar gulung". Tapi niat ini tidak saya realisasikan dengan menuju warung yang biasanya menjual kue ini. 

Selang 9 jam kemudian, sekitar pukul 14.30. Mertua pulang sekolah membawa kue "dadar gulung" persis seperti saya inginkan. Kue tersebut "berkat" arisan teman-teman sekolahnya. 

Kepingin Roti Tawar
Persis tadi pagi—rabu 6 Maret 2013—saya kepingin roti tawar. Terkadang saya membeli pada penjual keliling yang biasanya lewat depan rumah. Dan kalau tidak ada tukang keliling, saya membeli di Indomaret. Entah kenapa keinginan ini juga tidak saya realisasikan (beli ke Indomaret).

Siang sekitar jam 13.00, istri saya keluar rumah untuk membeli susu UHT buat putri kami. Pas pulangnya saya perhatikan, salah satu isi belanjaannya dalam kresek berwarna hitam. Ada roti tawar rasa pondan seperti yang saya mau.

Ingin Tau Keadaan Daurie
Sekitar 20 hari yang lalu. Saya sedang asyik melihat-lihat teman-teman di kontak BB (270FE9B7). Pas sampai pada satu namaseorang sahabat yang sering menjadi teman diskusi saya—Daurie Bintang. Terbersit dalam diri saya untuk  menghungi karena ingin tau perihalnya. "Sudah lama tidak berkomunikasi nih, bagaimana kabarnya ya?".

Eh keesokan harinya. Saya melihat pengomentar pada catatan saya di facebook. Salah satunya ada komentar dari sahabat saya Daurie. Saya mau menyapa dan mengetahui keadaananya, namun yang terjadi, malah dia duluan berkomentar. Selanjutnya say hello lewat Fbpun terjadi.

Mau Menyapa Kak Jebel
Ini terjadi, pertengahan Februari yang lalu. Malam hari tanpa sengaja saya teringat dengan seorang kakak alumni kampus saya. Namanya Jebel Firdaus. Terakhir kontak dengan beliau, Kak Jebel beraktivitas sebagai Guru di SMK Sudirman Jakarta (kalau saya gak salah). Ada keinginan dalam diri saya untuk mengetahui, apakah sekarang masih mengajar atau memulai aktifitas baru?

Keesokan harinya, sekitar jam 09.30 saat saya online dan memposting artikel di web saya www.rahmadsyah.com. Saya perhatikan jendela obrolan FB menyala-nyala. Pertanda ada  yang sedang chat dengan saya. Dan ternyata, teman fb yang chat itu adalah kakak alumni yang ingin saya sapa dan tanya aktivitasnya tadi

Bahkan yang membuat saya terkejut. Isi komunikasi dalam chat tersebut. Beliau bermaksud mengundang saya untuk menjadi pengisi motivasi bagi siswa kelas 3 yang mau menghadapi UN di sekolahnya. (Berarti, penasaran saya terjawab. Bahwa beliau masih menjadi guru).

Kepingin Bubur Kacang Ijo
Pada tahun 2010. Saat itu saya masih melajang, belum menikah. Saya menyewa kamar kos-kosan di area Matrama Dalam. Sekitar jam 20.00 saya tib di terminal angkot dan kopaja 620 Manggarai – Blok M. Pulang dari kantor saya dan kedua shahabat saya di daerah Wolter Monginsidi.

Biasanya dari Pasaraya Manggarai, saya melanjutkan naik Bajaj. Tapi malam itu saya memutuskan jalan kaki saja. Selama dalam perjalanan pulang mengguna tafak (jalan kaki). Terbersit keinginan “Kalau ketemu bubur kacang ijo mau beli ah” Saya berbicara sendiri.  

Biasanya jalan yang saya lewati itu, ada pedagang tenda kecil menjual bubur ayam dan kacang ijo. Akan tetapi, malam itu saya gak ketemu dengan tenda-tenda yang menjual bubur kacang Ijo. Sampai saya tiba di kamar kosan.

Keesokan harinya sekitar jam 06.30wib. Di tempat kosan saya itu menyediakan teh dan roti tawar berisi cokelat. Terkadang nasi goreng. Namun membuat saya suprise hari itu. Di atas meja depan kamar saya, tempat biasanya terhidang teh dan roti tawar. Terdapat segelas bubur kacang Ijo. Dalam hati “Terima kasih ya Allah. Keingina saya telah Engkau wujudkan”.

Polisi dikeroyok Masa
Akhir tahun 2009, saat hendak pulang ke Bogor dengan kereta terakhir dari Stasiun Gongdandia. Terbersit hal tidak baik—menurut nilai-nilai yang saya pegang—dalam diri saya. Semasa menunggu kereta sampai dari stasiun kota ke Gandangdia. Saya lihat ke bawah ke arah pasar Gongdangdia. 

Kemudian terbersitlah "Hemmm malam begini bakal ada maling atau tidak ya? Kalau ada sepertinya habis keroyok oleh warga setempat dan yang sedang menjaga tokonya". Eh benar kejadian. 5 menit kemudian ada maling dikejar warga dan dikeroyok (dihakimi warga)

Lalu sekitar 10 menit kemudian, datang seorang polisi dengan mobil patrolinya. Saat saya lihat polisi ini turun dari mobil menuju ke tempat maling diamankan (tepatnya dihakimi warga). Terbersit dalam diri saya "Ini polisi kalau dikeroyok warga bagaimana ya? Apakah ada polisi yang diserang oleh warga karena ingin mengamankan pencuri?

Eh benar kejadian. Tidak lama saat si polisi mau membawa maling, ada warga berselisih pendapat dengan polisi tersebut. Sampai terjadi dorong-dorongan antara polisi dengan beberapa warga. Melihat fakta itu, jantung saya berdetak sangat kencang. Bahkan saat menulis ini pun, saya masih terasa sedikit ketakutan seperti saya alami saat itu

Dan semenjak itu, saya tidak berani memikirkan hal yang tak saya inginkan. Kalau pun terbersit tanpa saya sadari, maka saya segera istigfar.  

Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?
Mungkin bisa jadi Anda mengira itu adalah kebetulan. Akan tetapi, bila saya mengamati suasana pikiran dan perasaan serta kondisi tubuh. Sebenarnya proses terbersitnya keinginan dengan terwujudnya keinginan tersebut, ada POLAnya. Bagaimana P O L A nya?
 
Dan menariknya adalah, bahkan ini patut saya garis bawahi. Bahwa peristiwa yang terjadi itu, bukan hanya dalam konteks keinginan yang baik saja. Bahkan, hal yang tak pernah didinginkanpun, juga menjadi nyata. Setelah membaca sampai paragraf ini, mungkin Anda bertanya-tanya seperti saya dulu. “Mengapa hal ini bisa terjadi?” 

Inilah salah satu pembahasan yang saya kupas dalam Workshop Optimasi Bawah Sadar, Sabtu 16 Maret 2013 di Gedung Galeri678, Kemang Selatan. Pastikan Anda sudah mendaftarkan diri Anda, team, saudara, atau sahabat Anda S E K A R A N G !!!

Hubungi 0878.7603.7227 

Ciganjur, Rabu 6 Maret 2013

#Optimasi Bawah Sadar | Follow @mind_therapist | 270FE9B7 | www.rahmadsyah.com | Author The Tsunami Effect.

Bagikan