"Semoga Allah memberkahimu dan
menetapkan berkah atasmu, serta mengumpulkan
engkau berdua dalam kebaikan."
Hadits Riwayat Ahmad
![]() |
| Putri Saya Nur Avelyna |
Pernikahan
Kakak Ipar
Minggu,
4 November 2012. Merupakan hari bersejarah bagi kakak ipar saya Muchlis
Muttaqin. Karena, hari itu menjadi hari penyempurnaan ruang-ruang keimanannya.
Yakni, menunaikan salah satu sunah Rasul—nikah. Tepat jam 08 lewat 42 menit.
Dia mengucapkan ”Saya terima nikah dan
kawinya ... dibayar tunai”.
Detik-detik
prosesi kebahagiaan itu, membuat saya terkenang peristiwa 04 Desember 2010
silam. Di mana, pada jam 08.20 saya mengucapkan kalimat serupa. Yang berbeda
adalah nama wanita yang dinikahkan serta jumlah maharnya.
Sempat
sejenak suasana itu mengubah suasana hati saya. Suasana itu deg-degan dan
harap-harap cemas. Di samping itu, juga ingin menyegerakannya. Hanya yang sudah
pernah mengalami dapat merasakan suasana yang saya ceritakan ini. Yakni
detik-detik ijab-qabul.
Setelah
akad nikah. Keluarga dari pengantin perempuan mengajak seluruh sanak saudara
kami untuk menyantap sarapan yang telah disediakan di gedung Aula Sudirman
Makodam Jaya, Jakarta. Sementara acara walimahan (makan-makan) mulai jam 11.00
wib.
Setelah
menyantap makanan yang disediakan, sembari menanti kedua pengantin duduk di
atas pelaminan berhias adat sumatera barat itu. Saya duduk bersama keluarga ibu
mertua yang dari Pacitan. Bu le dan Bu de. (Bu le panggilan untuk adik kandung ibu mertua.
Sementara Bu de, saudara sepupu ibu mertua).
Entah
karena ini adalah hari resepsi pernikahan, mereka membahas tentang jadwal akad
nikah sepupu saya mas Arif. Mas Arif adalah anak dari Pak De Ahmad dan Bu de
Karti. Pakde Ahmad merupakan sepupu dari ibu mertua.
Ternyata anakku
laki-laki tulen.
Nah,
hal menarik dari pembicaraan itu, saat Bu de Karti menceritakan proses mas Arif
datang ke keluarga perempuan yang akan dinikahinya. Bu de Karti menceritakan ”Si Arif berangkat ke Lampung (asal keluarga
si gadis calon istrinya) hanya bilang mau main-main ke tempat temanya. Eh pas
pulangnya baru ngomong dan ajak kami agar bertemu dengan keluarga si perempuan”.
Kata Bu de Karti.
Kemudian
beliau melanjutkan, ”Saat kami ke sana
(Lampung) berjumpa keluarga si wanita, alhamdulillah mereka menyambut dengan
baik. Dan sampai di sana si perempuan cerita ke kami. Bahwa Arif saat datang ke
sana bersama temannya. Dia bertemu dengan orang tua perempuan dan menyampaikan
niatnya untuk menikahi anak mereka.”
Hal
menarik bahkan berkesan bagi saya, tatkala Bude Karti menceritakan respon Pakde
Amad (ayah Mas Arif) yang bangga akan anaknya, ”Saat mendengar cerita si perempuan. Ayahnya si Arif ngomong ke saya ”Ternyata
anakku laki-laki tulen”. Ungkapan itu keluar, karena gak pernah
menyangka bahwa anak laki-laki beliau senekad itu.
Kebanggaan Orang Tua
Lalu
saya ngomong ke istri, ”Ternyata bagi
orang tua, justru bangga bila anaknya seberani itu menyatakan niatnya untuk
menikah, dan meyakinkan orang tua si wanita”. Kata saya. Lalu saya
lanjutkan, ”Bahkan, orang tua wanita pun,
juga terkesima akan keberanian mas Arif. Sehingga mereka yakin menyerahkan anak
wanita mereka untuk menjadi calon istri mas Arif”. Tambah saya.
Dari
kejadian ini, saya memetik pelajaran. Ternyata, bagi beberapa orang tua menjadi
kebanggaan tersendiri, jika anaknya berani menyampaikan sendiri niat
menyempurnakan bagian dari agamanya kepada keluarga si wanita, tanpa orang tua
harus mendampinginya.
Akhirnya,
tepat jam 14.00 acara walimatul urusynya selesai dengan khidmat. Setelah
beres-beres semua, saya bersama istri dan keluarga besar kembali ke rumah di
Ciganjur.
Note: Alhamdulillah, pada tanggal 2 Februari 2013
yang lalu, Mas Arif telah tercatat di KUA melaksanakan akad nikah di Lampung.
Ciganjur,
Senin, 5 November 2012
