Sabtu, 02 Maret 2013

Tindakan Ini Bisa Membuat Orang Tua Bangga



"Semoga Allah memberkahimu dan menetapkan berkah atasmu, serta mengumpulkan engkau berdua dalam kebaikan." 
Hadits Riwayat Ahmad

Putri Saya Nur Avelyna
Pernikahan Kakak Ipar
Minggu, 4 November 2012. Merupakan hari bersejarah bagi kakak ipar saya Muchlis Muttaqin. Karena, hari itu menjadi hari penyempurnaan ruang-ruang keimanannya. Yakni, menunaikan salah satu sunah Rasul—nikah. Tepat jam 08 lewat 42 menit. Dia mengucapkan ”Saya terima nikah dan kawinya ... dibayar tunai”. 

Detik-detik prosesi kebahagiaan itu, membuat saya terkenang peristiwa 04 Desember 2010 silam. Di mana, pada jam 08.20 saya mengucapkan kalimat serupa. Yang berbeda adalah nama wanita yang dinikahkan serta jumlah maharnya. 

Sempat sejenak suasana itu mengubah suasana hati saya. Suasana itu deg-degan dan harap-harap cemas. Di samping itu, juga ingin menyegerakannya. Hanya yang sudah pernah mengalami dapat merasakan suasana yang saya ceritakan ini. Yakni detik-detik ijab-qabul.

Setelah akad nikah. Keluarga dari pengantin perempuan mengajak seluruh sanak saudara kami untuk menyantap sarapan yang telah disediakan di gedung Aula Sudirman Makodam Jaya, Jakarta. Sementara acara walimahan (makan-makan) mulai jam 11.00 wib.

Setelah menyantap makanan yang disediakan, sembari menanti kedua pengantin duduk di atas pelaminan berhias adat sumatera barat itu. Saya duduk bersama keluarga ibu mertua yang dari Pacitan. Bu le dan Bu de. (Bu le panggilan untuk adik kandung ibu mertua. Sementara Bu de, saudara sepupu ibu mertua).

Entah karena ini adalah hari resepsi pernikahan, mereka membahas tentang jadwal akad nikah sepupu saya mas Arif. Mas Arif adalah anak dari Pak De Ahmad dan Bu de Karti. Pakde Ahmad merupakan sepupu dari ibu mertua. 

Ternyata anakku laki-laki tulen.
Nah, hal menarik dari pembicaraan itu, saat Bu de Karti menceritakan proses mas Arif datang ke keluarga perempuan yang akan dinikahinya. Bu de Karti menceritakan ”Si Arif berangkat ke Lampung (asal keluarga si gadis calon istrinya) hanya bilang mau main-main ke tempat temanya. Eh pas pulangnya baru ngomong dan ajak kami agar bertemu dengan keluarga si perempuan”. Kata Bu de Karti.

Kemudian beliau melanjutkan, ”Saat kami ke sana (Lampung) berjumpa keluarga si wanita, alhamdulillah mereka menyambut dengan baik. Dan sampai di sana si perempuan cerita ke kami. Bahwa Arif saat datang ke sana bersama temannya. Dia bertemu dengan orang tua perempuan dan menyampaikan niatnya untuk menikahi anak mereka.

Hal menarik bahkan berkesan bagi saya, tatkala Bude Karti menceritakan respon Pakde Amad (ayah Mas Arif) yang bangga akan anaknya, ”Saat mendengar cerita si perempuan. Ayahnya si Arif ngomong ke saya Ternyata anakku laki-laki tulen”. Ungkapan itu keluar, karena gak pernah menyangka bahwa anak laki-laki beliau senekad itu.

Kebanggaan Orang Tua
Lalu saya ngomong ke istri, ”Ternyata bagi orang tua, justru bangga bila anaknya seberani itu menyatakan niatnya untuk menikah, dan meyakinkan orang tua si wanita”. Kata saya. Lalu saya lanjutkan, ”Bahkan, orang tua wanita pun, juga terkesima akan keberanian mas Arif. Sehingga mereka yakin menyerahkan anak wanita mereka untuk menjadi calon istri mas Arif”. Tambah saya.

Dari kejadian ini, saya memetik pelajaran. Ternyata, bagi beberapa orang tua menjadi kebanggaan tersendiri, jika anaknya berani menyampaikan sendiri niat menyempurnakan bagian dari agamanya kepada keluarga si wanita, tanpa orang tua harus mendampinginya.

Akhirnya, tepat jam 14.00 acara walimatul urusynya selesai dengan khidmat. Setelah beres-beres semua, saya bersama istri dan keluarga besar kembali ke rumah di Ciganjur.

Note: Alhamdulillah, pada tanggal 2 Februari 2013 yang lalu, Mas Arif telah tercatat di KUA melaksanakan akad nikah di Lampung.
 
Ciganjur, Senin, 5 November 2012



Bagikan