Sabtu, 31 Desember 2011

Cara Saya Menyambut Tahun Baru

Evaluasi Tahun 2011

Evaluasi Tahun 2011 

Bukan tanpa saya sadari. Tapi mungkin karena kesadaran saya timbul tenggelam seperti sinyal modem internet. Kadang statistik grafiknya sampai 30/kb. Terkadang hanya 5/kb. Sehingga, tahun 2011 yang sebentar lagi, tinggal menghitung detik berputar menjadi menit. Menit bertranformasi menjadi jam. Setelah 24 jam, haripun berganti. Kemudian di susul oleh minggu. 4 minggu setelahnya, bulanpun hadir pada waktu nya. Seperti hari ini, sedang bergerak perlahan-lahan mengakhiri 2011 menuju 2012.

Menyambut tahun baru

Macam ragam cara menikmati tahun baru. Beraneka corak   seseorang mengekspresikan perasaannya. Ada lakon senang, bahagia, cemas, was-was, takut, dan ada juga, peduli amat. Si Amat saja tidak peduli katanya. Saya tidak tahu, perilaku seperti apa yang akan Anda wakilkan untuk mengkhiri tahun 2011, demi menyamput 2012. Entah berangkat berlibur bersama keluarga ketempat tertentu. Pulang kampung halaman sungkem ke orang tua. Duduk saja di rumah. Atau, bagi Anda yang di Jakarta, kesempatan menikmati kelonggaran jalan Jakarta dari kemacetan?

Sementara bagi saya sendiri. Usainya masa 2011, saya nikmati dengan berterima-kasih kepadanya, karena telah mau mempertemukan saya, dengan prestasi-prestasi yang saya rencanakan pada waktu sebelum dia (tahun 2010). Beberapa diantaranya telah menjadi kenyataan. Dan, detik-detik yang mau berakhir ini, saya gunakan sebagai renungan dan muhasabah diri. Supaya, setelah menyatu dengan 2012. Saya benar-benar hadir bersamanya. Seperti menyatunya Adam dan Hawa.

Renungan dan muhasabah

Renungan dan muhasabah diri, saya lakukan dengan mengevaluasi resolusi tahun 2011. Poin apa saja yang telah terwujud dan belum terjadi seperti saya harapkan? Bagaimana proses yang saya lalui? Yang membuat rencana berhasil mewujud kenyataan. Sehingga, pengalaman itu bisa bermanfaat pada tahun-tahun mendatang. Strategi lainnya, duduk layaknya orang bermeditasi. Mengizinkan sang bijak di dalam diri, menasehati, membimbing, dan mengarahkan. Dan terakhir adalah self therapy.

Setelah saya mengevaluasi catatan impian, atau kata inspirator mulia bapak Jamil Azzaini, proposal hidup, dan duduk diam (silent sitting). Ternyata ada 2 hal yang butuh saya ubah di tahun 2012 mendatang. Dua hal tersebut saya jadikan sebagai prioritas utama, penting dan mendesak. Karena, dari hasil evaluasi. Target yang belum terwujud dari perencanaan, sangat berkaitan erat dengan dua hal ini. Dan, dua hal ini, saling berkaitan dan mempengaruhi.

2 perilaku yang mesti saya ubah

Kedua hal tersebut; Pertama, saya belum 100% menggunakan potensi dalam diri saya, untuk mencapai target. Hal ini disebabkan oleh, kurangnya kejelasan nilai (value) terhadap target yang saya inginkan. Berarti, supaya saya bisa 100% di tahun mendatang, maka saya harus menperjelas sejelas-jelasnya, value pada impian saya.

Kedua, sedikit sekali kegagalan yang saya peroleh di tahun 2011 ini. Bukan karena apa yang saya lakukan semuanya berhasil. Tetapi, sedikitnya tindakan yang saya putuskan. Lantaran saya belum mampu mengelola emosi takut rugi dalam diri saya. Dan, alasan-alasan pertimbangan lain, yang padahal itu belum tentu terjadi, atau bakal bertakdir seperti yang saya khawatirkan. Berarti, supaya saya punya banyak kegagalan di tahun 2012. Maka, saya harus memperbanyak memutuskan tindakan-tindakan (mengeksekusi dengan segera ide-ide saya). Dan menyelaraskan emosi yang berujung lebih bermanfaat dan produktif buat diri saya.

Akhirnya, seperti yang saya katakan di atas. Saya menterapi diri terhadap semua perasaan dan perilaku yang telah terjadi. Saya memaafkan diri, supaya, tidak ada hutang emosi apapun begitu menempati rumah 2012. Tidak ada penyesalan apapun terhadap masa lalu. Sehingga, saya hadir sepenuhnya dan menjalani 2012 penuh totalitas.

Wahai diriku. Terima kasih, aku sayang kamu, dan aku mencintaimu.

Ciganjur, Jumaat, 30 Desember 2011

Ikuti Workshop KOMUNIKASIH, 28 januari 2012

Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist
Dapatkan e-book “Explore Your Potentials” Gratis, Klik download

Bagikan

Rabu, 28 Desember 2011

Pilih Kaya Harta atau Kaya Hati?

Apa yang Anda putuskan?

Siapa di antara Anda yang pernah mendengar nasehat, entah dari orang tua, paman, guru, teman, atau orang terdekat Anda. Yang berbunyi ”Lebih baik kaya hati miskin harta dari pada kaya harta miskin hati”. Izinkan saya Selanjutnya, kapan pertama sekali Anda mendengarnya? Atau mungkin, saat ini Anda memiliki keyakinan seperti pilihan kata-kata yang tersusun dalam kalimat yang saya sampai di atas?

Dan bila saya melemparkan pertanyaan, pilih kaya harta miskin hati, atau kaya hati miskin harta? Apa yang akan Anda pilih?

Terinspirasi dari status facebook

Tadi siang, setelah pulang dari mengantar istri ke sekolahnya. Saya membuka gadget blackberry saya. Kemudian saya pilih icon berlogo huruf f berwarna putih, dikelilingin biru langit sekitarnya. Setelah saya masuk, saya membaca update status terbaru dari teman-teman saya, yang jumlahnya hampir 5000 itu. Yang mengesankan bagi saya, sehingga terinspirasi menuliskan cerita ini. Status seorang teman. ”Jangan takut untuk mengatakan kepada nya siapa tentang dirimu. Katakan, meskipun kamu miskin, tapi kamu kaya hati...” saya tidak hafal keseluruhannya.

Keuangan kurang sehat

Entah kenapa? Setelah membaca status tersebut, di dalam diri saya terasa seperti ada sesuatu yang menganjal dengan susunan kata-kata itu. Bukan karena salah benar. Tetapi, saya merasakan, kalimat itu akan memiliki dampak yang begitu besar, bagi kehidupan orang yang meyakini akan kalimat ”meskipun aku miskin, tapi aku kaya hati”. Terutama dalam hal keuangan. Biasanya, secara keuangan kurang sehat.

Pengalaman pribadi

Perasaan ini menyala-nyala dalam diri saya, mungkin karena saya pernah mengalami, gara-gara keyakinan yang keliru akan uang, menyebabkan saya kurang bershabat dengan uang. Akibat keyakinan yang tertanam Setiap saya memiliki uang lebih dari cukup, maka saya akan bermaksiat. Program itu sungguh membuat kehidupan saya mejadi berantakan. Saya tidak menyukai bisnis, kurang nyaman dengan negosiasi. Setiap buku ada kata-kata; bisnis, kaya, keberlimpahan, dan yang berhubungan dengan uang. Saya pasti menghindar dan tidak suka. Tapi, sekarang saya sudah tobat. Karena bagi saya saat ini, uang adalah alat. Berkat pemahaman,

Hanya satu cara mengatasi kemiskinan di Negeri ini.
Saya harus menjadi kaya. Karena dengan demikian, sudah berkurang satu orang miskin. Yaitu saya.
#Rahmadsyah’s Money Mindset

Apakah benar?

Kemudian, perasaan yang mengganjal itu berubah menjadi suara ”Apakah benar, orang miskin harta (kurang dari memenuhi kebutuhan) bisa menjadi kaya hati? Atau, apakah betul, orang yang kaya hartanya tidak memiliki kekayaan hati? Memangnya, apakah ada hubungan antara keuangan dengan suasana hati?” Semua pertanyaan itu, terjawab dengan kata ”Tidak” dengan tegas terdengar dalam diri saya.

Bahkan, ada suara berasal (posisi) jantung saya berkata ”Dari pengalaman yang ada, sepertinya sedikit orang yang kaya harta miskin hatinya. Tetapi, kebalikannya, orang-orang yang miskin hartanya,  tidak sedikit lebih miskin lagi hatinya”. Ini hanya pendapat saya saja. Saya tidak tau bagaimana dengan pengalaman hidup Anda. Dan, suara itu menyebabkan saya terus berpikir penuh tanda tanya. ”Apa yang menyebabkan seseorang meyakini lebih baik miskin harta tapi kaya hati. Dari mana hadir itu?

Teringat masa lalu

Pikiran saya melayang-layang, seperti menelusuri lorong waktu. Kembali kemasa kecil. Apakah saya pernah mendengar kalimat itu sebelumnya? Hemmm. Ternyata, dari semenjak saya usia 9 tahun, saya sudah pernah mendengar kalimat itu. Kemudian, saya menghayati perlahan-lahan memori saya. Kapan saja saya mendengar, dan siapa yang mengatakannya? Bahkan sampai ke memori waktu saya menuliskan note ini.

Pola pembenaran supaya wajar

Ternyata ada yang menarik, Mau tau?
Setelah saya menganalisa dan membandingkan, saya menemukan sebuah pola. Pola apakah itu? Yaitu pola pembenaran terhadap kondisi diri yang sekarang. Pola itu hadir, karena manipulasi emosi. Berusaha untuk menutupi, tidak mengakui, dan perasaan malu. Sehingga,  terbungkuslah dengan kalimat yang mengandung unsur hipnotik amat dalam. Dan menganggapnya sebagai kewajaran, bahkan lebih wajar.

Kok bisa seperti itu? Karena, kalau kita analisa dari cara menggunakan susunan kata-kata ”Lebih baik miskin harta tapi kaya hati, dari pada kaya harta tapi miskin hati”. Sebenarnya hanya untuk pembenaran supaya wajar. Sebagaimana kita sadari bersama. Siapapun pasti menginginkan sesuatu hal yang lebih baik bagi kehidupannya. Dan, pola lainnya, statemen ”lebih baik...” itu, rata-rata bersumber dari orang-orang yang sama-sama secara financial, belum termasuk katagori orang kaya (memiliki uang lebih dari kebutuhan, bahkan sudah mampu memenuhi keinginannya).

Hukum tarik menarik

Oh ya, dalam buku I can make you rich. Paul Mckenna menjelaskan alasan, mengapa orang kaya, makin bertambah kaya? Karena, mereka memiliki kedamaian hati, kenyamanan perasaan yang sangat kuat terhadap uang. Sehingga, uangpun semakin berdatangan terus kepada mereka. Hal ini sesuai prinsip semesta, hukum tarik menarik. Like attract like. Mungkin, ini penjelasan, mengapa orang-orang kaya yang pernah saya temui, rata-rata memiliki kekayaan hati.

Jadi, apa yang akan Anda pilih, lebih baik kaya hati atau kaya harta (uang)?

Note : Analisa ini hanya berdasarkan pengalaman empiris yang saya alami. Bukan bermaksud untuk menggeneralisir semua nya sama. Bila Anda memiliki pengalaman berbeda, mari kita diskusikan bersama.

Ciganjur, 28 Oktober 2011

Ikuti Workshop KOMUNIKASIH, 28 januari 2012

Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist
Dapatkan e-book “Explore Your Potentials” Gratis, Klik download

Bagikan

Selasa, 27 Desember 2011

Jangan jadikan Pekerjaan Sebagai Tujuan, Tapi...(2)

Karyawan atau Pengusaha?

Tulisan ini merupakan lanjutan dari note saya sebelumnya Jangan jadikan pekerjaan sebagai tujuan, tapi...(1). Sebagaimana janji saya kepada Anda, sekarang saya memnuhinya, dan menuntaskan apa yang telah saya mulai.

Pilihan ada di tangan Anda

Namun, Pak Johny juga menceritakan perbedaan, bila memutuskan menjadi pengusaha. Setidaknya ada dua hal. Sehingga, hal itu membuat para profesional rela membuang kemewahan dan memulainya dari bawah. Bahkan beliau termasuk di antaranya. Pak Johny menjelaskan;

Yang pertama adalah waktu. Saya ingin menentukan waktu saya sendiri. Di kala sibuk, saya memang bekerja 18 jam sehari dan 7 hari seminggu. Ini akan sangat sering terjadi, terutama di awal-awal mengerjakan bisnis Anda. Namun, sebagai gantinya, di waktu senggang, saya bebas menetukan waktu. Saya bebas jalan-jalan bersama keluarga dan teman-teman. Menyenangkan bukan?

Yang keuda, kebebasan. Sebagai pengusaha, saya adalah pemilik kebebasan. Saya bebas membuat keputusan. Saya tidak perlu meminta izin atasan. Memang dampaknya berbeda. Sebagai karyawan, perusahaan akan menanggung kesalahan saya. Namun, sekarang saya yang akan menanggungnya”.

Pekerjaan bukan sebagai tujuan

Setelah menceritakan kedua artikel di atas kepada ibu Diana. Lalu, saya menambahkan dengan pemikiran yang hadir dalam kepala saya. Berdasarkan perasaan yang saya dapatkan dari memahami emosi di balik kata-kata, pada inti masalah di atas. Saya hanya menyarankan Jangan jadikan pekerjaan sebagai tujuan, tetapi cukup sebagai jembatan atau batu loncatan, menuju cita-cita yang ibu Diana inginkan”. Karena menurut saya, kondisi dilematis yang ibu Diana alami sekarang, disebabkan oleh, ibu Diana menjadikan pekerjaan atau bisnis yang ditawarkan oleh temannya, sebagai tujuan.

Kebebasan memilih secara mutlak (freewill)

Sementara itu, pernahkah Anda mendengar atau membaca konsep mengenai freewill? Supaya lebih menguatkan sudut pandang di atas, saya menuaikan pejelasan tentang kebebabasan memilih ini, kepada ibu Diana.

Saya pertama sekali menerima konsep freewill itu, saat mengikuti pelatihan Managemen Kualitas Diri di Situ Gintung. Fasilitatornya Ustaz Supardi Lee. Beliau menjelaskan. ”Pada dasarnya, setiap manusia memiliki kebebasan untuk memilih secara mutlak pada awalnya. Namun, setelah itu, kebebasan memilih jadi terbatas, karena harus menerima konsekwensi dari pilihan tersebut”.

Beliau mencontohkan. ”Untuk menjadi muslim, itu adalah pilihan, bukan karena garis keturunan. Jadi, mau memeluk kristen, Buddha, Hindu atau agama apapun, saya bebas memilihnya. Dan ternyata, saya memutuskan secara sadar, Islamlah pilihan saya”. Kata beliau. ”Nah, setelah saya memilih, maka saya harus bertangung jawab terhadap sesuatu yang mengikat dengan pilihan saya. Apa itu? Aturan-aturan yang di tentukan oleh islam, mau suka atau tidak suka, saya kudu mengikutinya”. Ustaz Supardi Lee menjelaskan dengan penuh meyakinkan.

Paket kereta Ekonomi Vs Eksekutif

Ekonomi Vs Eksekutif
Kemudian, untuk menjelaskan bagaimana bertangung jawab dengan pilihan itu. Saya teringat dengan penjelasan seorang guru. Dia membuat metafora seperti perjalanan ke luar kota, menggunakan kereta. Kalau kita berangkat naik kereta ekonomi, harga yang kita keluarkan lumayan terjangkau, dan sangat murah. Tapi, di dalam nya ada paket yang tak dapat kita tolak. Tidak bisa tidak menerima berupa : Kalau, ada kereta eksekutif lewat, maka ekonomi antri jalur dulu sebentar. Terus, di dalamnya berdesakan. Ada ayam nya juga. Penjual asongan selalu menjajakan makanan tiap stasiun. Panas sudah pasti. Namun, bisa sangat dingin, via AC alam, angin yang berhembus karena kaca jendela terbuka saat malam hari.

Tapi, kalau pakai kelas Eksekutif. Kita harus membayar lebih mahal. Meski demikian, kita mendapatkan paket  berupa; Tempat duduknya dua-dua, terbuat dari bahan yang empuk. Sandaranya bisa di rebahkan. AC nya, kalau malam hari kedinginan dan harus pakai selimut. Kalau siang hari membuat perjalanan terasa adem. Mau tidur, insyAllah mata bisa terpejam. Mau makan, tinggal panggil, ada yang melayani. Atau menuju keruang cafe.

Semua adalah pilihan

Semua ini adalah pilihan. Seperti artikel pak John di atas. Pilihan ada di tangan Anda. Biasanya, pilihan itu menjadi bijak, tatkala kita menyadari, pilihan itu sebagai alat atau cara, bukan sebagai tujuan. Tetapi, bila menganggap pilihan sebagai tujuan, maka kesulitan dalam memilihpun, menjadi persoalan baru.

Selain itu, saya tidak menyarankan apa-apa lagi, kecuali mengajak ibu Diana, supaya lebih menyadari diri seutuhnya hidup di dunia. Sebagai siapa hidup di dunia ini? Untuk apa diberikan kesempatan oleh Allah hidup di dunia ini? Karena, saat alam diciptakan, segala sesuatu sudah Allah tentukan secara proporsional. Para pejalan spiritual sering menggunakan istilah, sesuai kodratnya masing-masing.

Hidup penuh manfaat karena hidup hanya sekali

Akhirnya, saya menutup balasan surat kepada ibu Diana. Hidup hanya sekali. Mari kita menjalaninya penuh makna. Seuai kodrat kita masing-masing. Ayam itu kalau bersuara berkokok, Anjing mengonggong, bebek kwek-kwek. Kambing dan sapi di antara maksud kehadiran mereka, menjadi hewan qurban (persembahan) manusia, tanda ketaatan makhluk kepada sang pencipta.

Bila hewan-hewan itu Allah tetapkan sesuai kodratnya masing-masing. Terus, apakah kita sudah seperti kodratnya kita sebagai manusia? Maafkan, sharing ini saya akhiri dengan pertanyaan ya...

Rahmadsyah Mind-Therapist

Ciganjur, Selasa, 27 Desember 2011

Ikuti Workshop KOMUNIKASIH, 28 januari 2012

Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist
Dapatkan e-book “Explore Your Potentials” Gratis, Klik download
Bagikan

Senin, 26 Desember 2011

Workshop K O M U N I K A S I H

 
Apakah bedafaham menjadi alasan kurang harmonisnya hubungan Anda?
Apakah Anda ingin memahami dan mengetahui pasangan Anda?
Apakah Anda mau membangun komunikasi yang efektif dengan pasangan Anda?
Inginkah Anda, mengetahui tipe komunikasi pasangan Anda?
Maukah Anda, perselisihan gara-gara hal sepele tidak terjadi lagi dalam hubungan Anda?
Berkenankah Anda, perdebatan karena miskomunikasi tidak terulang lagi pada diri Anda dan pasangan?

Bila Anda menjawab “Ya”, maka workshop ini cocok dan pas buat Anda.

KOMUNIKASIH
Strategi memahami gaya komunikasi diri dan pasangan Anda,
mencapai hubungan yang Anda idamkan.

Setelah mengikuti kelas ini, Anda akan mempelajari ;
  1. Latihan menyikapi setiap kejadian yang menimpa Anda, dengan sudut pandang positif (lebih memberdayakan bagi hubungan Anda).
  2. 5 faktor penyebab terjadi miskomunikasi dan cara mengatasinya.
  3. Latihan mengenali 3 tipe komunikator.
  4. Latihan Mengenali cara kinerja pikiran dan cara mengkomunikasikannya dalam hal :
  • Menerima informasi
  • Mengambil keputusan
  • Motivasi (alasan bertindak)
Dan manfaat yang akan Anda nikmati :

1.   Bisa mengontrol dan mengelola emosi Anda, berdampak kepada perilaku yang bermanfaat bagi Anda.
2.   Bisa mengatasi bedafaham dengan komunikasi yang efektif dan penuh kasih sayang.
3.   Bisa memahami perilaku pasangan Anda.
4.   Bisa mengkomunikasi niat baik dengan jelas dan tepat sasaran.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Sabtu, 28 Januari 2012
Jam 09.00 – 16.00 wib
Bapelkes Pondok Labu / PUSDIKLAT PU Lebak Bulus

Biaya :
Hanya Rp. 1.250.000,-
Khusus untuk 10 orang pendaftar pertama sampai tanggal 15 januari, hanya Rp.150.000,- saja.

Ketik Daftar #KK – Nama — Email# Kirim sms ke 081511448147

B O N U S :
Forgiveness Therapy

F A S I L I T A T O R:
Rahmadsyah Mind-Therapist
Certified Hypnotherapy
Certified Multiple Intelligences
Certified NLP Master practitioner 


W A R N I N G !
Setelah mengikuti workshop ini, tidak ada jaminan keluarga Anda segera menjadi harmonis. Tetapi, Anda mengentahui, bagaimana cara membangun komunikasi yang efektif dan baik dalam hubungan Anda.

Sangat direkomendasi untuk yang akan berumahtangga, dan yang baru membangun rumah tangga (baru <2 tahun)

NOTE :
Workshop ini saya selenggarakan mengingat pentingnya komunikasi dalam membangun hubungan yang kita idamkan. Karena, berdasarkan pengalaman 7 kasus persoalan rumah tangga (Family Therapy) yang pernah saya tangani, akar masalahnya adalah MISKOMUNIKASI...
Bagikan