Meskipun
sangkar burungmu terbuat dari emas, dihiasi mutiara dan batu zamrud.
Kebahagiaan sang burung, tetap ada di alam lepas. Karena itu kodratnya sebagai
burung.
#NasehatDiri
Semua
ingin bahagia
B a h a g i a. Satu kata yang terdiri dari
7 huruf. Empat huruf vocal dan 3 huruf konsonan. Sepertinya hampir setiap
makhluk yang terlahir di alam semesta ini, tidak ada yang mau menjauh dari nya.
Dari semenjak Nabi Adam, Allah takdirkan turun ke bumi. Hingga saat kata-kata ini
merangkai dalam kalimat, berbentuk catatan. Bahkan waktu-waktu yang akan datang, sampai sangka-kala ditiupkan.
Sungguh, di dalam sini terlintas
pertanyaan. “Apakah aku bahagia?”.
Kemudian, saya ingin mengajukan pertanyaan serupa kepada Anda. “Apakah Anda bahagia?”. Biasanya
pertanyaan apakah, melahirkan jawaban berwujud “iya dan tidak”. Tetapi, bila Anda
sedang mengandung sebuah jawaban berupa “Bahagia
seperti apa yang dimaksud?”. Maka, biarlah ia tetap dalam rahim jawaban
Anda.
Terinspirasi status facebook
Sementara Anda
terus melanjutkan membaca catatan ini. Hidung Anda
menghirup udara dari alam. Telinga Anda dengan jelas mendengar suara-suara
tertentu di sekitar Anda. Maka, Anda memutuskan untuk mengingat kebahagian yang
pernah Anda alami, sekarang. Seperti saya teringat status facebook shahabat
dekat saya.
Dia menulis,
betapa dia sangat bahagia menjalani bisnis yang sedang dijalankan saat ini.
Karena, menurutnya, usaha yang dia kerjakan, membawa manfaat kepada banyak
orang. Selain itu, jumlah pendapatan bukan ditentukan oleh orang
lain, tetapi dia yang menentukan sendiri. Apalagi, kebebasan waktu menjadi miliknya.
Karena, dia sendiri yang menetapkannya. Itulah alasan, dia semakin bahagia
dengan bisnisnya.
Nasrudin dan burung Perkututnya
Membaca rangkaian
kata-kata yang tertulis pada wall facebooknya, saya bisa merasakan emosi yang
sedang bergelora dalam dirinya. Sehingga, memori dalam otak saya mengeluarkan
kisah tentang Nasruddin dan burung perkututnya.
Memberikan yang terbaik
Di antara tanda
cinta seseorang terhadap sesuatu yang dia miliki. Biasanya, orang tersebut akan
melakukan hal terbaik untuk yang dia cintai. Para pecinta motor, maka akan
merawat motornya dengan baik. Bila perlu masuk salon, maka motornya akan
dimanjakan di sana. Begitupula dengan Nasruddin. Dia sangat mencintai burung
perkututnya. Maka, dia memberikan makanan terbaik bagi burung kesayangannya
tersebut.
Sangkarnya tidak
terbuat dari sembarang sangkar. Tetapi, Nasrudin merancangnya dengan sangat
sepesial, supaya burungnya leluasa di dalam sangkar tersebut. Bahan dasar untuk
sangkarpun, dia pesan khusus, demi kenyamanan sang burung. Apa yang dilakukan
oleh Nasrudin sangatlah sempurna. Untuk burung kesayangannya.
Diskusi dengan sang Guru
Sampai suatu
hari, Nasrudin dengan bangga memperlihatkan kepada gurunya, burung kesayangan
tersebut. ”Guru, lihat, betapa cantiknya
perkututku ini. Setiap hari aku merawatnya dengan baik. Saya memberi makan,
memandikan dan membersihkan sangkarnya, supaya tidak terserang penyakit”.
Guru Nasrudin
mengangguk kepalanya, memberi jawaban isyarat, sebagai tanda setuju dengan
perasaan Nasrudin. Kemudian, sang guru bertanya kepada Nasrudin. ”Din, untuk apa kamu melakukan itu semua?”.
”Oh, saya melakukan ini buat kenyamanan
perkutut. Saya memanjakannya, karena mau membahagiakan burung ini”. Jawab
nasrudin dengan suara tegas. Sang guru melanjutkan ”Menurutmu, apakah perkututmu bahagia?”. ”Tentu guru, tidak diragukan lagi. Karena saya melakukan yang sangat
terbaik buat nya”. Nasrudin meyakinkan sang guru.
Bahagia yang sebenarnya
Setelah itu,
sang guru bertanya lagi ”Din, mana yang
lebih membuat perkututmu bahagia. Berada dalam sangkar yang indah buatanmu itu,atau
berada di alam lepas? Di sana dia bisa mengepakkan sayapnya, terbang kemana dia
suka, dan mendarat di mana dia mau”. Mendengar pertanyaan itu, Nasrudin
terdiam kaku. Tidak bisa berkata apapun. ”Din,
meskipun sangkar burungmu terbuat dari emas, dihiasi mutiara dan batu zamrud.
Kebahagiaan sang burung, tetap ada di alam lepas. Karena itu kodratnya sebagai
burung”.
Kalau saya baca
dari tulisan yang tuangkan oleh teman saya, di diding halaman facebooknya.
Sepertinya dia telah mendapatkan sangkar, tempat dia mengaktulisasikan dirinya.
Seperti hal nya, sang perkutut mendapatkan kedamaian,
ketentraman dan kebahagiaan di alam bebas. Meskipun di alam lepas, sang burung
akan menghadapi bahaya. Tetapi, itu merupakan paket yang tak dapat terpisahkan.
(linkan dengan Jangan Menjadikan pekerjaan sebagai tujuan).
Nyaman dalam ketidak-nyamanan
Namun, sungguh
disayangkan. Tidak semua di antara kita menyadari akan hal itu. Bahkan ada
beberapa di antara kita mengetahui, di mana tempat yang cocok baginya untuk
terbang melayang ke angkasa. Tempat di mana
kedamaian menyelimuti dalam setiap langkah dan tidurnya. Tetapi, belum berani
untuk meninggalkan sangkar tempat tinggalnya sekarang. Masih untung, bila
sangkarnya membuat dia nyenyak tidur di malam hari. Namun, tidak sedikit,
sangkar nya tidak layak untuk di tempati. Akan tetapi, mereka tetap setia
menetap di sana, dalam ketidaknyamanannya. Memang, ini semua adalah tentang
pilihan.
Sungguh
berbahagia bagi orang-orang yang telah menemukan alam kebahagiaannya. Seperti
teman saya menemukan sangkar kedamaian, dalam bisnisnya. Semoga, Anda dan saya
sudah berada di sana, sekarang. Bila belum, apa yang Anda tunggu?
Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist
Dapatkan e-book ”Explore
Your Potentials” gratis. Klik download di sini.
Ciganjur,
Senin, 31 Oktober 2011
Bagikan
