Jabatanmu saat ini, bukanlah kondisi permanen, melainkan pembukti bahwa kamu pantas. Oleh karena itu, segera pantaskan dirimu lebih baik lagi.
#NasehatDiri
Curhatan seorang teman
Suatu hari,
saya mendapat pesan di BBM (270fe9b7), ”Mas
tolong di cek inbox nya ya? Mohon masukkannya, thanks”. Pesan tersebut datang dari teman dekat saya, yang sedang galau dan bimbang
dalam membuat keputusan. Sebut saja namanya Ibu
Diana, 33 tahun. Setiap hari beraktifitas di sebuah perusahaan swasta multi
national. Di tempat kerja nya yang sekarang, Alhamdulillah karirnya berada di
posisi lebih bagus dari sebelumnya.
Beberapa bulan
yang lalu. Ibu Diana mendapat tawaran bisnis dari seorang temannya.
Bisnis yang ditawarkan, dari segi finansial sangat menjanjikan. Karena bisnis ini
tergantung kepada pribadi yang mengerjakannya, maka produktifitas sangat
tergantung dari usaha yang dilakukan oleh si pelaku bisnisnya.
Problem yang di hadapi
Nah, problemnya
sekarang, Ibu Diana sudah lama menjadi praktisi sebagai karayawan (employee). Apalagi sudah mendapatkan
posisi yang lumayan nyaman, dari segi kepastian dan kejelasan pendapatan
(keuangan). Sehingga, untuk melakukan penjualan dan penawaran, agak berat
beliau lakukan (Sebenarnya belum terbiasa
menjual). Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa bisnis memiliki seorang
ibu bernama menjual dan menawar. Maka, untuk mendapatkan anak berupa
pendapatan, sang ibu wajib ada.
Namun di sisi
lain. Suatu hal yang tak terpisahkan dari kondisi menjadi seorang pegawai
adalah keterikatan waktu, mengikuti aturan yang berlaku, dan harus mengikuti
sesuai kemauan atasan. Bila mengingat kondisi ini, membuat ibu Diana berpikir kembali,
tawaran dari temannya, sepertinya lebih menyenangkan.
Kemudian ibu Diana
meminta saran kepada saya. Bagaimana cara, agar beliau bisa “tune-in” menjiwai pekerjaannya, atau
bisnis yang ditawarkan oleh temannya tadi? Saat saya membaca curhatannya, saya sempat terkejut. Karena shahabat saya
yang satu ini, setiap hari wajahnya selalu terisi dengan senyuman. Aura wajahnya seperti orang tanpa beban. Tapi kita menyadari bersama,
selama kita masih bisa menghirup O2 yang lepas di udara, maka, masalahpun selalu
ada bersama kita.
Inti masalah
Saya membaca
kembali sampai 3 kali, pesan di inbox tersebut. Saya berusaha untuk memahami
emosi di balik kata-kata yang teman saya sharing kan itu. Tiba-tiba ada rasa
sesuatu hadir dalam diri saya. Sehingga, ide, jawaban yang akan saya balas pun,
hadir dalam pikiran saya.
Pertama, saya
teringat dengan tulisan shahabat saya seorang bisnis coach, bapak Johny Rusly. Beliau pernah
membagikan idenya tentang ”Do what you
love, love what you do” dan ”Menjadi
karyawan atau pengusaha?”. Saya mengambil ide pemikiran beliau, sebagai
pembanding untuk teman saya ibu Diana. Harapan saya, mudah-mudahan ide tersebut
bisa memperluas wawasan beliau.
Cintai
pekerjaan Anda
Pada artikel do what you love, love what you do, untuk memperjelas maksudnya,
Pak Johny menceritakan pengalaman beliau bertemu dengan pamannya. Saat Pak
Johny bertanya “Apakah paman mencintai
pekerjaan yang paman lakukan?”. Mendengar pertanyaan itu, paman beliau
tertawa, lalu berkata;
”John, saya tidak seberuntung kamu yang mendapat
pendidikan tinggi. Kamu dapat memilih pekerjaan yang kamu cintai. Jika tidak suka, kamu dapat
pindah sesuka hati. Saya orang yang tidak berpendidikan. SD saja tidak tamat.
Saya harus menerima pekerjaan saya
apa adanya. Jadi, saya belajar mencintai pekerjaan saya! Suka atau tidak suka,
jika harus, ya saya lakukan saja.”
Jawaban sang
paman, membawa pak Johny keperenungan mendalam. Kalau selama ini mungkin ada
orang hanya berfokus kepada apa yang mereka sukai. Tapi, jika tidak suka, maka
pindah. Seakan kalau berkarir tidak sesuai passion, maka
kesuksesan tidak berpihak bagi mereka. Sangat berbeda dengan pamannya, beliau
suka tidak suka, mencintai apa yang ia kerjakan. Mungkin itu menjadi rahasia
kesuksesannya.
Apa yang Anda inginkan, menjadi karyawan atau pengusaha?
Sementara pada
artikel kedua, Menjadi karyawan atau
pengusaha? Dengan sangat indah pak Johny menjelaskan. ”Sebelum melihat mana yang lebih asyik menjadi karyawan atau pengusaha? Mungkin lebih baik kita menyimak apa
sebenarnya yang Anda inginkan? Kawan,
jika yang Anda inginkan adalah kekayaan dan keamanan, mungkin Anda tidak perlu
menjadi pengusaha. Anda juga dapat menjadi kaya melalui jalur karyawan.
Para karyawan puncak menikmati gaji dan fasilitas yang memungkin mereka hidup
mewah. Mereka juga memutarkan kelebihan uang ke saham, properti dan franchise”.
Kemudian beliau
menambahkan ”Jika Anda menginginkan
kekayaan, keamanan dan rutinitas, hidup yang tdiak banyak berubah, sedikit
tabungan hari tua, menjadi karyawan sudah cukup. Sebuah survey
menunjukan, 41% orang di Amerika Serikat menginginkan kehidupan seperti ini.
Jadi Anda tidak sendiri”.
Bersambung... Jangan Jadikan Pekerjaan Anda sebagai Tujuan (2)
Ciganjur, 22 Desember 2011
Mari
bersilaturahim, follow @mind_therapist
Dapatkan
e-book “Explore Your Potentials”
Gratis, Klik download
