Selasa, 25 September 2012

Sudah Berapa Lama Anda Bekerja?



Jika hari ini sama seperti hari kemarin, maka kita termasuk orang merugi. Dan jika hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka kita tergolong orang-orang beruntung. Namun, bila hari ini lebih buruk dari kemarin. Maka, kita tercebur bersama orang-orang celaka



Training Mengukir Jejak Di Alam Semesta
Sabtu, 27 Mei 2012 yang lalu. Saya mengajar kelas “Mengukir Jejak Di Semesta”. Acara ini dilaksanakan oleh Jakarta Financial Institute. Konsultan usaha mikro dan keuangan. JFI sering membuat acara, di mana para peserta adalah karyawan BPR seluruh Indonesia. Seperti pada workshop tempo hari di Hotel Nalendra, Jakarta timur. Para peserta kebanyakan dari BPR yang berlokasi di kota Bekasi, Depok dan Tanggerang.

Sementara itu, saat materi berlangsung. Saya mengajak peserta untuk menarik garis lurus. Titik awal hingga ke titik akhir. Boleh membuat tanda panah di ujung. Atau tanpa tanda apapun. Permulaan garis saya sebut dengan kelahiran. Dan akhir dari garis adalah menepati janji—kewajiban bagi yang hidup untuk mati—sebagaimana telah sang pencipta tentukan.

Kemudian, saya menginstruksikan membuat angka—nol “0”—pada permulaan tinta membekas di atas selembar kertas mereka gunakan. Di ujung garis, angka sesuai usia yang mereka harapkan untuk hidup. Katakanlah maksimal 70 tahun. Dan di tengah-tengahnya angka sesuai usia mereka saat ini.

Sudah berapa lama Anda bekerja?
Lalu saya bertanya lagi. “Sudah berapa lama Anda bekerja? Baik di tempat Anda mengeksplorasi diri Anda sekarang, atau di perusahaan sebelumnya?”. Kata saya. Ada yang menulis 16, 10, 6, dan ada yang baru berkarir 2 tahun. Bagi saya tidak menjadi masalah berapa tahun sudah mereka bekerja. Karena terpenting pertanyaan selanjutnya yang saya lemparkan ke peserta. 

Nah, sekarang mohon jawab pertanyaan saya. Apakah Anda benar-benar bekerja selama 2, 6, 10, 16 dan sesuai yang Anda tulis? Atau, sebenarnya Anda bekerja hanya satu tahun. Kemudian mengulang tahun-tahun yang sama?”. Saya bertanya memastikan.

Jawaban mereka berikan beragam. Ada yang yakin sesuai dengan lamanya bekerja. Namun, ada juga mengkorting setengahnya. Ada juga mengakui, “Sepertinya saya mengulang hal yang sama Mas Rahmad”. Salah seorang peserta berkata sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

Setelah itu saya menyampaikan “Bapak ibu semua. Bagi Anda mengaku sudah bekerja selama 14 tahun. Saya tidak percaya kepada Anda. Anda sedang berbohong kepada diri sendiri. Karena, jika Anda benar-benar menggunakan seluruh potensi Anda. Kemudian setiap tahun Anda perbaiki menjadi lebih baik. Peningkatannya pun terus bertambah. Maka, seharusnya Anda tidak berada di posisi Anda saat ini”. Beberapa menundukkan kepala. Ada juga yang senyum-senyum saja.

Perubahan kecil
Apakah Anda setuju dengan statemen saya kepada para peserta pelatihan saya? Boleh saja Anda menjawab “Tidak” dengan suara lantang. Namun, berdasarkan jejak-jejak sejarah di semesta. Alam mencatat kisah orang-orang yang terus mengoptimalkan potensi dalam dirinya. Hal membedakan mereka dengan rata-rata di antaranya. Mereka terus melakukan perubahan setiap tahun bekerja. Bukan mengulang tahun-tahun yang sama. Sebut saja Bill gate dan the Beatles.

Adalah seorang lelaki kelahiran asal kota Malang. Namanya Sis Maryono Teguh. Atau lebih akrab dikenal Mario teguh. Kalau kita menelesuri tapak tilas perjuangannya, beliau memulai karir dari pegawai bawah di sebuah bank swasta. Tapi mengapa beliau lebih menonjol dan lebih baik nasibnya saat kita membandingkan dengan teman-teman perjuangan beliau dulu? Sudah lumrah kita ketahui. Keberanian mengemban resiko menentukan nasibnya. 

Saya yakin, mungkin Anda sendiri juga seperti itu. Atau, Anda membenarkan pertanyaan saya ini, setelah membandingkan dengan teman Anda yang lebih “beruntung” nasibnya. Saya sengaja menggunakan tanda kutip dua, pada kata beruntung. Karena, menurut saya, tidak ada orang beruntung, kecuali mau memberuntungkan dirinya. Termasuk Anda dan saya, iyakan?

Karyawan KTP
Biasanya, para karyawan yang terus mengulang tahun yang sama selama dia bekerja, cenderung semasa dia berkarir, pekerja tersebut tanpa menoreh prestasi apapun. Kalau bapak Parlidungan Marpaung, penulis buku Setengah Isi Setengah Kosong mengistilahkan Orang-orang seperti ini “karyawan KTP”. 

Apakah Anda tau apa itu karyawan KTP? Maksudnya bukan karyawan yang memiliki kartu tanda penduduk. Akan tetapi, KTP di sini singkatan dari, Karyawan Tanpa Prestasi. Bagaimana mungkin bisa meraih prestasi, sementara cara-cara yang dilakukan masih sama seperti hari kemarin.

Albert Einstein si manusia jenius mengejek dengan sopan. “Hanya orang gila yang mengharapkan perubahan pada dirinya, sementara masih mengulang melakukan hal yang sama”. Inti maksud perkataannya. Perubahan dan peningkatan mustahil terjadi jika masih melakukan hal yang sama. 

Dalam hal ini, Rasulullah meninggalkan warisan yang indah. “Jika hari ini sama seperti hari kemarin, maka kita termasuk orang merugi. Dan jika hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka kita tergolong orang-orang beruntung. Namun, bila hari ini lebih buruk dari kemarin. Maka, kita tercebur bersama orang-orang celaka”.

Lewat pengalaman seperti ini. Semenjak tahun 2009, saya selalu bertanya kepada diri sendiri pada malam tahun pergantian tahun baru. Dan hari pengulangan kelahiran. (baca; ulang tahun). “Sudah berapa lama aku hidup? Apakah 365 hari telah kulewati masih sama seperti sebelumnya? Ataukah bertambah lebih baik?

Ciganjur, Kamis, 31 Mei 2012 

Bagikan

Jumat, 07 September 2012

1000 Kata Vs 1 Tindakan, Siapa Yang Menang?



Makan Mie Aceh
Tiga hari yang lalu, sekitar jam 18.30 selepas Maqrib. Saya mengendarai motor pulang dari Pasar minggu. Karena jalanan lumayan macet, maka saya memutuskan mampir ke Mie Aceh di Kampung Kandang--setelah KKO.

Saya memesan Mie kesukaan saya dan juz timun yang biasanya masyarakat Aceh santap hendak berbuka puasa.
 
Selang beberapa menit kemudian, Abang penjual Mie Aceh selesai meracik dan menghidangkan ke depan saya. Lalu, mulut saya pun menikmati mie itu dengan penuh khidmat.

Setelah itu pengunjung yang lain datang memesan untuk dibuatkan 3 bungkus--bawa pulang. Dan yang berkesan bagi saya pada peristiwa ini. Tatkala seorang lelaki paruh baya. Saya menduga usianya sudah 60 tahun.

Di tangan kanannya, antara jari telunjuk dan jari tengah terhimpit tembakau, cengkeh dan zat lain terbalut warna putih. Ujung kertas yang membalut pecahan kecil tembakau mengambul asap berwarna putih.

Lelaki itu berkulit sawo matang. Agak hitam manis. Rambutnya cepak seperti standar rambut tentara. Wajahnya berperawakan orang Medan. Dahinya agak besar. Alisnya tebal. Matanya tidak terlalu sipit namun juga tidak belok. Ya, seperti orang non Tiong Hua bermata sipit.

Kekuatan tindakan
Bapak itu mengenakan kaos berwarna hitam. Celana jeans dan sepatu kulit menutupi mata kakinya. Yang sangat-sangat berkesan bagi saya, kata-kata tercetak di baju beliau.

"Sehebat apa pun kata-katanya, Tindakan kecil lebih bermakna".

Saat membaca kata-kata itu, sembari memutar-mutar garpu supaya Mie saya santap melingkar di garpu mudah saya santap. Pikiran saya terus terngiang kalimat sederhana itu. Akan tetapi, kekuatannya luar biasa sekali.

Bahkan, hingga saat ini. Kalimat itu masih terngiang-ngiang di dalam sini (memori).

Ciganjur, 7 September 2012
===================================================


Telah Terbit Buku “Be The Worst; 11 Manuscript Terlarang”.
 
Dalam buku ini membahas tentang 11 paradigma berpikir, 7 diantaranya;
  1. Mengapa menceritakan kejelekan orang lain, justru tidak mengubah perilaku orang tersebut?
  2. Mengapa Islam menganjurkan agar jangan terlalu benci, juga tidak terlalu cinta?
  3. Bagaimana cara memutuskan kegalauan, antara tetap menjadi karyawan atau berusaha sendiri?
  4. Bagaimana cara mengoptimalkan potensi dalam diri?
  5. Apakah ada korelasi yang kuat antara membatasi ilmu dengan terbatasnya rezeki?
  6. Apa yang menyebabkan pekerjaan menumpuk sehingga deadline sering mengejar-ngejar kita?
  7. Mengapa saya menganjurkan “Be The Worst” bukan sebaliknya “Be The Best”?
Harga hanya Rp.40.000,- rupiah. Khusus 100 pemesan pertama mendapat diskon 25%. Dan pemesan wilayah Jakarta, GRATIS ongkos kirim. 
Pengiriman menggunakan jasa pengiriman JNE. 
Cara memesan:
Ketik “Nama – Alamat (Jl, No, Rt/Rw, Kec, Kelurahan, Kota, Kode pos)” Kirim ke 0878.7603.7227 atau BB 270fe9b7, Sekarang.
Bagikan

Minggu, 02 September 2012

Tidak Ada Masalah Sebelum Dipermasalahkan


Unforgettable
Perjalanan itu merupakan pengalaman yang bersejarah bagi saya. Diantara sekian banyak peristiwa yang berkesan dan pantas untuk saya kenang. Karena, ada catatan masa lalu yang terus terngiang dalam ingatan. 

Bahkan, sampai materi ini saya ketik, hingga mata Anda merekamnya. Saya masih mengingat dengan jelas kejadian itu. Dari gambar, suara, dan perasaannya.

Saya yakin, Anda pasti juga mempunyai sejarah hidup yang tidak bisa Anda lupakan, benarkan? Entah pengalaman itu, Anda mengalaminya sendiri, atau kisah orang lain. Seperti saya berangkat ke suatu tujuan bersama 6 shahabat saya. Tempat yang akan kami tempuh lumayan jauh jaraknya. 

Persiapan berangkat
Sebelum berangkat ke tujuan yang telah kami sepakati bersama—sebagaimana lazimnya orang-orang yang melakukan tour—tentu akan mempersiapkan segenap bahan yang akan kami bawa. Dari pakaian, perlengkapan mandi, dan makanan ringan.

Nah, cerita ini pun—mulai menjadi kenangan bagi saya—bermula dari proses persiapan ritual ini. Kami semua sangat menyadari, bahwa perjalanan yang akan kami tempuh lumayan berat. Bukan karena mendaki. Tetapi, kami berangkat menggunakan jasa angkutan umum. 

Sekarang, bagaimana kalau saya mengajak Anda untuk mengkhayal sejenak? Coba Anda bayangkan Anda hendak berangkat tour dengan kendaraan umum. Sementara Anda membawa banyak bekal, bagaimana kira-kira kesulitan yang akan Anda hadapi? 

Begitulah yang terjadi dengan seorang teman. Dia membawa banyak perlengkapan—sementara kami sudah mengingatkan agar membawa yang penting saja—tetapi dia merasa bisa mengurus semua barangnya selama perjalanan nanti.

Awal perjalanan dari rumah memang bisa terkendali. Akan tetapi, ketika kami tiba di kendaraan umum—alat transportasi angkutan kota—musibah mulai merapat. Seperti kumbang tidak bisa melihat dan mencium kembang baru merekah. 

Dalih konyol
Oh ya, transportasi yang kami pilih menggunakan kapal laut. Jadi, di pelabuhan bersama penumpang lain, kami masuk ke ruang tunggu. Sebelum saya dan teman-teman bisa menanti kapal yang akan kami gunakan untuk menyeberang pulau. Terlebih dahulu kami melewati pemeriksa barang. Sehingga, semua perlengkapan yang kami bawa, masuk ke mesin pengecekan pihak pelabuhan. 

Setelah petugas memeriksa barang penumpang, termasuk yang kami bawa. Kemudian, saya kembali mengambil dan mengangkatnya ke atas kapal. Rupanya, diantara kami semua, hanya saya yang paling sedikit bawaannya. Seperti saya sadari di awal. Saya mau santai dan nyaman selama perjalanan. 

Nah, seorang teman tadi mulai terlihat raut kesulitan dari wajahnya. Dan dengan santainya dia mengatakan “Mad, bantuin bawa barang aku ya, soalnya kamu sedikitkan bawaannya?” Dia berkata. Dalam hati saya terbesit “Sudah dikasih tau bawa yang simple, sekarang ribetkan?”.
 
Meski seperti itu, demi dianggap seorang teman yang baik, saya mengiyakan. Padahal, saya berat melakukannya. Apalagi setelah mendengar dalih yang dia pakai—di mana dia merasa wajar meminta tolong saya membawa barangnya—“sesama teman harus saling tolong-menolong”. Sebenarnya bagi saya, ini dalih yang sangat konyol.

Tidak ada masalah
Selama perjalanan itu, jiwa saya terisi dengan kekesalan. Padahal, kalau saya pikir-pikir, teman saya hanya meminta saya membawa barang. Cuma itu. Tapi, saya sendiri mendramatisirnya. Sayalah yang mempersoalkan berlebihan. Efeknya, saya menjadi kesal sendiri. 

Dari pengalaman ini saya belajar. Sebenarnya, masalah itu tidak pernah ada. Justru sayalah yang mempermasalahkannya.

Ciganjur, Senin, 18 Juni 2012
==================================================
 
Telah Terbit Buku “Be The Worst; 11 Manuscript Terlarang”.
 
Dalam buku ini membahas tentang 11 paradigma berpikir, 7 diantaranya;
  1. Mengapa menceritakan kejelekan orang lain, justru tidak mengubah perilaku orang tersebut?
  2. Mengapa Islam menganjurkan agar jangan terlalu benci, juga tidak terlalu cinta?
  3. Bagaimana cara memutuskan kegalauan, antara tetap menjadi karyawan atau berusaha sendiri?
  4. Bagaimana cara mengoptimalkan potensi dalam diri?
  5. Apakah ada korelasi yang kuat antara membatasi ilmu dengan terbatasnya rezeki?
  6. Apa yang menyebabkan pekerjaan menumpuk sehingga deadline sering mengejar-ngejar kita?
  7. Mengapa saya menganjurkan “Be The Worst” bukan sebaliknya “Be The Best”?
Harga hanya Rp.40.000,- rupiah. Khusus 100 pemesan pertama mendapat diskon 25%. Dan pemesan wilayah Jakarta, GRATIS ongkos kirim. 

Pengiriman menggunakan jasa pengiriman JNE. 

Cara memesan:
Ketik “Nama – Alamat (Jl, No, Rt/Rw, Kec, Kelurahan, Kota, Kode pos)” Kirim ke 0878.7603.7227 atau BB 270fe9b7, Sekarang.
Bagikan

Sabtu, 01 September 2012

Cara Menguatkan ”ENERGI” Visi Hidup


Sudah kita ketahui bersama. Termasuk dalam tatacara menunaikan Visi, Mimpi dan Cita-cita, adalah dengan menyampaikannya kepada orang lain. Baik itu berupa tulisan atau lisan. Bukankah Anda tahu akan hal ini?

Akan tetapi, menariknya, sedikit sekali orang-orang yang saya jumpai berani mengungkapkan keinginannya. Entah itu masih berupa ide, angan-angan, atau sudah dalam bentuk perencanaan yang terperinci. Padahal, semua orang tau. Bahwa kekuatan energi pada visi kita semakin kuat, tatkala kita menyampaikannya.

Mengapa bisa demikian?

Untuk menjelaskannya, mari kita jeda sejenak. Mari bersama-sama kita mengingat kembali perilaku kita. Apakah Anda dan saya termasuk orang-orang—saat mendapat masalah—terbiasa menceritakan kepada orang lain, betapa malangnya diri kita?

Bahkan, kita menganggap dengan bercerita maka akan mengurangi beban itu. Akan tetapi, realitasnya, justru sebaliknya. Malah semakin mengundang kemalangan lainnya. Iyakan? 

Jika demikian, bukankah ini bukti. Bahwa semakin menceritakan apa yang kita rasakan semakin menguatkan rasa itu sendiri? 

Oleh sebab itu, bagaimana kalau mulai saat ini, kita bercerita tentang rasa suka kita. Di antaranya menyampaikan kepada orang-orang terdekat, atau orang yang baru kita jumpai tentang; mimpi, visi, tujuan dan cita-cita kita. Harapannya, tujuan kita itu semakin bertambah ENERGInya. Setuju?

Ciganjur, Sabtu, 1 September 2012

Telah Terbit Buku “Be The Worst; 11 Manuscript Terlarang”.
 
Dalam buku ini membahas tentang 11 paradigma berpikir, 7 diantaranya;
  1. Mengapa menceritakan kejelekan orang lain, justru tidak mengubah perilaku orang tersebut?
  2. Mengapa Islam menganjurkan agar jangan terlalu benci, juga tidak terlalu cinta?
  3. Bagaimana cara memutuskan kegalauan, antara tetap menjadi karyawan atau berusaha sendiri?
  4. Bagaimana cara mengoptimalkan potensi dalam diri?
  5. Apakah ada korelasi yang kuat antara membatasi ilmu dengan terbatasnya rezeki?
  6. Apa yang menyebabkan pekerjaan menumpuk sehingga deadline sering mengejar-ngejar kita?
  7. Mengapa saya menganjurkan “Be The Worst” bukan sebaliknya “Be The Best”?
Harga hanya Rp.40.000,- rupiah. Khusus 100 pemesan pertama mendapat diskon 25%. Dan pemesan wilayah Jakarta, GRATIS ongkos kirim. 

Pengiriman menggunakan jasa pengiriman JNE. 

Cara memesan:
Ketik “Nama – Alamat (Jl, No, Rt/Rw, Kec, Kelurahan, Kota, Kode pos)” Kirim ke 0878.7603.7227 atau BB 270fe9b7, Sekarang.



Bagikan