“Jika hari ini sama
seperti hari kemarin, maka kita termasuk orang merugi. Dan jika hari ini lebih
baik dari hari kemarin, maka kita tergolong orang-orang beruntung. Namun, bila
hari ini lebih buruk dari kemarin. Maka, kita tercebur bersama orang-orang
celaka”
Training Mengukir Jejak Di
Alam Semesta
Sabtu, 27 Mei 2012 yang lalu. Saya mengajar kelas “Mengukir Jejak Di Semesta”. Acara ini
dilaksanakan oleh Jakarta Financial Institute. Konsultan usaha mikro dan
keuangan. JFI sering membuat acara, di mana para peserta adalah karyawan BPR
seluruh Indonesia. Seperti pada workshop tempo hari di Hotel Nalendra, Jakarta
timur. Para peserta kebanyakan dari BPR yang berlokasi di kota Bekasi, Depok
dan Tanggerang.
Sementara itu, saat materi berlangsung. Saya mengajak peserta
untuk menarik garis lurus. Titik awal hingga ke titik akhir. Boleh membuat
tanda panah di ujung. Atau tanpa tanda apapun. Permulaan garis saya sebut
dengan kelahiran. Dan akhir dari garis adalah menepati janji—kewajiban bagi
yang hidup untuk mati—sebagaimana telah sang pencipta tentukan.
Kemudian, saya menginstruksikan membuat angka—nol “0”—pada permulaan tinta membekas di
atas selembar kertas mereka gunakan. Di ujung garis, angka sesuai usia yang
mereka harapkan untuk hidup. Katakanlah maksimal 70 tahun. Dan di
tengah-tengahnya angka sesuai usia mereka saat ini.
Sudah berapa lama Anda bekerja?
Lalu saya bertanya lagi. “Sudah
berapa lama Anda bekerja? Baik di tempat Anda mengeksplorasi diri Anda
sekarang, atau di perusahaan sebelumnya?”. Kata saya. Ada yang menulis 16,
10, 6, dan ada yang baru berkarir 2 tahun. Bagi saya tidak menjadi masalah
berapa tahun sudah mereka bekerja. Karena terpenting pertanyaan selanjutnya yang
saya lemparkan ke peserta.
“Nah, sekarang mohon
jawab pertanyaan saya. Apakah Anda benar-benar bekerja selama 2, 6, 10, 16 dan
sesuai yang Anda tulis? Atau, sebenarnya Anda bekerja hanya satu tahun.
Kemudian mengulang tahun-tahun yang sama?”. Saya bertanya memastikan.
Jawaban mereka berikan beragam. Ada yang yakin sesuai dengan
lamanya bekerja. Namun, ada juga mengkorting setengahnya. Ada juga mengakui, “Sepertinya saya mengulang hal yang sama Mas
Rahmad”. Salah seorang peserta berkata sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya.
Setelah itu saya menyampaikan “Bapak ibu semua. Bagi Anda mengaku sudah bekerja selama 14 tahun. Saya
tidak percaya kepada Anda. Anda sedang berbohong kepada diri sendiri. Karena,
jika Anda benar-benar menggunakan seluruh potensi Anda. Kemudian setiap tahun
Anda perbaiki menjadi lebih baik. Peningkatannya pun terus bertambah. Maka,
seharusnya Anda tidak berada di posisi Anda saat ini”. Beberapa menundukkan
kepala. Ada juga yang senyum-senyum saja.
Perubahan kecil
Apakah Anda setuju dengan statemen saya kepada para peserta
pelatihan saya? Boleh saja Anda menjawab “Tidak” dengan suara lantang. Namun,
berdasarkan jejak-jejak sejarah di semesta. Alam mencatat kisah orang-orang
yang terus mengoptimalkan potensi dalam dirinya. Hal membedakan mereka dengan
rata-rata di antaranya. Mereka terus
melakukan perubahan setiap tahun bekerja. Bukan mengulang tahun-tahun yang
sama. Sebut saja Bill gate dan the Beatles.
Adalah seorang lelaki kelahiran asal kota Malang. Namanya Sis
Maryono Teguh. Atau lebih akrab dikenal Mario teguh. Kalau kita menelesuri
tapak tilas perjuangannya, beliau memulai karir dari pegawai bawah di sebuah
bank swasta. Tapi mengapa beliau lebih menonjol dan lebih baik nasibnya saat kita
membandingkan dengan teman-teman perjuangan beliau dulu? Sudah lumrah kita ketahui.
Keberanian mengemban resiko menentukan nasibnya.
Saya yakin, mungkin Anda sendiri juga seperti itu. Atau, Anda
membenarkan pertanyaan saya ini, setelah membandingkan dengan teman Anda yang
lebih “beruntung” nasibnya. Saya sengaja menggunakan tanda kutip dua, pada kata
beruntung. Karena, menurut saya, tidak ada orang beruntung, kecuali mau
memberuntungkan dirinya. Termasuk Anda dan saya, iyakan?
Karyawan KTP
Biasanya, para karyawan yang terus mengulang tahun yang sama
selama dia bekerja, cenderung semasa dia berkarir, pekerja tersebut tanpa
menoreh prestasi apapun. Kalau bapak Parlidungan Marpaung, penulis buku Setengah
Isi Setengah Kosong mengistilahkan Orang-orang seperti ini “karyawan KTP”.
Apakah Anda tau apa itu karyawan KTP? Maksudnya bukan karyawan
yang memiliki kartu tanda penduduk. Akan tetapi, KTP di sini singkatan dari,
Karyawan Tanpa Prestasi. Bagaimana mungkin bisa meraih prestasi, sementara
cara-cara yang dilakukan masih sama seperti hari kemarin.
Albert Einstein si manusia jenius mengejek dengan sopan. “Hanya orang gila yang mengharapkan perubahan
pada dirinya, sementara masih mengulang melakukan hal yang sama”. Inti
maksud perkataannya. Perubahan dan peningkatan mustahil terjadi jika masih
melakukan hal yang sama.
Dalam hal ini, Rasulullah meninggalkan warisan yang indah. “Jika hari ini sama seperti hari kemarin,
maka kita termasuk orang merugi. Dan jika hari ini lebih baik dari hari
kemarin, maka kita tergolong orang-orang beruntung. Namun, bila hari ini lebih
buruk dari kemarin. Maka, kita tercebur bersama orang-orang celaka”.
Lewat pengalaman seperti ini. Semenjak tahun 2009, saya selalu
bertanya kepada diri sendiri pada malam tahun pergantian tahun baru. Dan hari
pengulangan kelahiran. (baca; ulang tahun). “Sudah berapa lama aku hidup? Apakah 365 hari telah kulewati masih sama
seperti sebelumnya? Ataukah bertambah lebih baik?”
Ciganjur, Kamis, 31 Mei 2012