Minggu, 02 September 2012

Tidak Ada Masalah Sebelum Dipermasalahkan


Unforgettable
Perjalanan itu merupakan pengalaman yang bersejarah bagi saya. Diantara sekian banyak peristiwa yang berkesan dan pantas untuk saya kenang. Karena, ada catatan masa lalu yang terus terngiang dalam ingatan. 

Bahkan, sampai materi ini saya ketik, hingga mata Anda merekamnya. Saya masih mengingat dengan jelas kejadian itu. Dari gambar, suara, dan perasaannya.

Saya yakin, Anda pasti juga mempunyai sejarah hidup yang tidak bisa Anda lupakan, benarkan? Entah pengalaman itu, Anda mengalaminya sendiri, atau kisah orang lain. Seperti saya berangkat ke suatu tujuan bersama 6 shahabat saya. Tempat yang akan kami tempuh lumayan jauh jaraknya. 

Persiapan berangkat
Sebelum berangkat ke tujuan yang telah kami sepakati bersama—sebagaimana lazimnya orang-orang yang melakukan tour—tentu akan mempersiapkan segenap bahan yang akan kami bawa. Dari pakaian, perlengkapan mandi, dan makanan ringan.

Nah, cerita ini pun—mulai menjadi kenangan bagi saya—bermula dari proses persiapan ritual ini. Kami semua sangat menyadari, bahwa perjalanan yang akan kami tempuh lumayan berat. Bukan karena mendaki. Tetapi, kami berangkat menggunakan jasa angkutan umum. 

Sekarang, bagaimana kalau saya mengajak Anda untuk mengkhayal sejenak? Coba Anda bayangkan Anda hendak berangkat tour dengan kendaraan umum. Sementara Anda membawa banyak bekal, bagaimana kira-kira kesulitan yang akan Anda hadapi? 

Begitulah yang terjadi dengan seorang teman. Dia membawa banyak perlengkapan—sementara kami sudah mengingatkan agar membawa yang penting saja—tetapi dia merasa bisa mengurus semua barangnya selama perjalanan nanti.

Awal perjalanan dari rumah memang bisa terkendali. Akan tetapi, ketika kami tiba di kendaraan umum—alat transportasi angkutan kota—musibah mulai merapat. Seperti kumbang tidak bisa melihat dan mencium kembang baru merekah. 

Dalih konyol
Oh ya, transportasi yang kami pilih menggunakan kapal laut. Jadi, di pelabuhan bersama penumpang lain, kami masuk ke ruang tunggu. Sebelum saya dan teman-teman bisa menanti kapal yang akan kami gunakan untuk menyeberang pulau. Terlebih dahulu kami melewati pemeriksa barang. Sehingga, semua perlengkapan yang kami bawa, masuk ke mesin pengecekan pihak pelabuhan. 

Setelah petugas memeriksa barang penumpang, termasuk yang kami bawa. Kemudian, saya kembali mengambil dan mengangkatnya ke atas kapal. Rupanya, diantara kami semua, hanya saya yang paling sedikit bawaannya. Seperti saya sadari di awal. Saya mau santai dan nyaman selama perjalanan. 

Nah, seorang teman tadi mulai terlihat raut kesulitan dari wajahnya. Dan dengan santainya dia mengatakan “Mad, bantuin bawa barang aku ya, soalnya kamu sedikitkan bawaannya?” Dia berkata. Dalam hati saya terbesit “Sudah dikasih tau bawa yang simple, sekarang ribetkan?”.
 
Meski seperti itu, demi dianggap seorang teman yang baik, saya mengiyakan. Padahal, saya berat melakukannya. Apalagi setelah mendengar dalih yang dia pakai—di mana dia merasa wajar meminta tolong saya membawa barangnya—“sesama teman harus saling tolong-menolong”. Sebenarnya bagi saya, ini dalih yang sangat konyol.

Tidak ada masalah
Selama perjalanan itu, jiwa saya terisi dengan kekesalan. Padahal, kalau saya pikir-pikir, teman saya hanya meminta saya membawa barang. Cuma itu. Tapi, saya sendiri mendramatisirnya. Sayalah yang mempersoalkan berlebihan. Efeknya, saya menjadi kesal sendiri. 

Dari pengalaman ini saya belajar. Sebenarnya, masalah itu tidak pernah ada. Justru sayalah yang mempermasalahkannya.

Ciganjur, Senin, 18 Juni 2012
==================================================
 
Telah Terbit Buku “Be The Worst; 11 Manuscript Terlarang”.
 
Dalam buku ini membahas tentang 11 paradigma berpikir, 7 diantaranya;
  1. Mengapa menceritakan kejelekan orang lain, justru tidak mengubah perilaku orang tersebut?
  2. Mengapa Islam menganjurkan agar jangan terlalu benci, juga tidak terlalu cinta?
  3. Bagaimana cara memutuskan kegalauan, antara tetap menjadi karyawan atau berusaha sendiri?
  4. Bagaimana cara mengoptimalkan potensi dalam diri?
  5. Apakah ada korelasi yang kuat antara membatasi ilmu dengan terbatasnya rezeki?
  6. Apa yang menyebabkan pekerjaan menumpuk sehingga deadline sering mengejar-ngejar kita?
  7. Mengapa saya menganjurkan “Be The Worst” bukan sebaliknya “Be The Best”?
Harga hanya Rp.40.000,- rupiah. Khusus 100 pemesan pertama mendapat diskon 25%. Dan pemesan wilayah Jakarta, GRATIS ongkos kirim. 

Pengiriman menggunakan jasa pengiriman JNE. 

Cara memesan:
Ketik “Nama – Alamat (Jl, No, Rt/Rw, Kec, Kelurahan, Kota, Kode pos)” Kirim ke 0878.7603.7227 atau BB 270fe9b7, Sekarang.
Bagikan