Senin, 17 Desember 2012

Mengapa Harus Menjadi Ahli?



Semesta tidak sempat memperdulikan orang yang biasa-biasa saja”.

Obrolan bersama Om Bas
Tahun 2006 adalah masa-masa awal saya melangkahkan kaki di kota Bogor. Karena, pada tahun tersebut saya melanjutkan kuliah tingkat pertama di STEI Tazkia. Dan juga, saya masih sering berjumpa dengan orang tua angkat saya. Bapak H. Ibnu Baskoro. Beliau donatur yang memberi beasiswa kepada saya.

Setiap bertemu dengan Om Bas—saya sering memanggil beliau demikian—pembicaraan mengenai beasiswa lazim menjadi topik yang kami diskusikan. Tidak hanya itu. Om Bas juga menceritakan manis pahit menjadi seorang karyawan. Pengalaman pribadi beliau berkarir di perusahaan pembuat sepatu dan sandal di daerah Kalibata.

Di antara beberapa cerita yang berkesan bagi saya adalah, cerita tentang seorang lulusan SLTA yang ahli di bidang perkaratan. Orang yang beliau cerita, merupakan kerabat dekatnya. Ada pun yang membuat saya menaruh perhatian besar pada cerita tersebut, sehingga terekam kuat di memori bawah sadar saya, karena...?

Mereka dibayar mahal
Sementara itu, saya yakin bahwa Anda setuju dengan saya. Di mana-mana orang ahli itu sedikit. Dan bila kita meninjau dari sisi keuangan. Biasanya, orang yang ahli itu cenderung mendapat bayaran lebih tinggi dibandingkan yang umum-umum saja. Contoh; kalau kita berobat ke dokter umum biasanya rupiah yang kita keluarkan lebih sedikit dibandingkan ke dokter spesialist, betulkan?

Faktor uang ini menjadi alasan, mengapa kita sepatutnya menjadi seorang ahli? Selain itu, kalau kita lihat cara kerja semesta. Alam sepertinya lebih berfokus untuk menampilkan kepermukaannya orang-orang spesialist / ahli, dibandingkan yang biasa-biasa saja. 

Bahkan, pak Jamil Azzaini pernah bercerita, orang tua angkat beliau merangkap mentor bisnis beliau pernah berpesan. ”Mil, jangan sekali-kali kamu berniat menjadi orang baik. Tetapi, berusaha menjadi yang terbaik. Karena alam tidak sempat memperdulikan orang yang biasa-biasa saja”.

Apa contohnya? Perhatikan saja para pemain sepak bola. Anda dan saya mungkin juga bisa bermain olah raga ini. Namun, secara alamiah, para pemain yang selalu mendapat perhatian adalah, mereka yang memang berbeda dari kebanyakan. Perbedaan ini karena mereka lebih ahli dari yang lain. 

Kembali ke cerita obrolan bersama Om Bas. Ada pun yang berkesan bagi saya, tatkala Om Bas bercerita. Bahwa saudaranya itu kini sering diminta saran oleh para peneliti karat. Bahkan disewa oleh perusahaan tertentu untuk menganalisa karat pada besi dan logam di prabriknya. Padahal, beliau hanya lulusan SMA saja.

Lets be an Expert
Jika saya menggabungkan cerita pak Jamil dan Om Bas, seakan menambah catatan, bahwa semesta hanya berfokus kepada mereka yang memang serius secara terus-menerus mengasah keahliannya. Hingga, dunia memberitahu kepada penduduknya, bahwa mereka adalah orang-orang ahli.

Oleh sebab itu, tidak ada alasan lagi sekarang, kecuali kita sama-sama berusaha untuk menjadi ahli pada bidang yang kita cintai (passion) saat melakukannya. Dan kita juga menguasai (mastery) bidang tersebut. Terakhir—selalu ingat yang satu ini—kita mendapat dampaknya berupa bayaran (dibayar).

Jika Anda mau tau bagaimana cara menjadi Expert, saya mengajak Anda untuk menghadiri kelas Explore Your Potentials with NLP yang selenggarakan pada 25-26 Desember 2012. Hubungi 0815.1144.8147

Ciganjur, 17 Desember 2012

Bagikan