Setiap manusia adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin
akan diminta pertangungjawaban dari kepemimpinannya.
(Al-hadits)
Siapa yang
tidak mau sukses? Rasanya, hampir semua orang ingin sukses, betulkan? Apapun status,
kondisi dan keberadaan seseorang saat ini. Menjadi sukses tetap tertulis dalam
harapan dan doanya. Saya termasuk juga di dalamnya. apakah anda juga?
Sukses dan resiko
Ngomong-ngomong
tentang sukses. Saya teringat dengan postingan Coach Tjia di milist nlp yang
saya ikuti. Intinya, beliau mewarning kepada siapa saja yang sedang mengejar
cita-citanya menjadi sukses(warningnya lebih bersifat anjuran waspada) supaya,
setiap pelaksanaan dan aktifitas dalam rangka mewujudkan cita-cata, selalu
dalam kondisi penuh kesadaran. Menyadari bahwa, apapun tindakan kita, ada
konsekwensi yang harus kita pertangungjawabkan.
Dan tahukah Anda,
apa konsewensi yang akan Anda tanggung ketika menjadi sukses nanti? Silahkan
Anda mengira-ngira dan menebaknya. Karena, saya sendiri tidak tau apa yang akan
terjadi kepada diri saya kelak. Tetapi, saya punya prinsip. bahwa belajar
kehidupan bukan pada pengalaman pribadi saya saja. Namun pengalaman hidup orang
lain adalah ibrah bagi saya juga.
Oleh sebab
itu, saya menduga dan mengira-ngira. Mungkin, resiko yang akan saya tangung
atau saya hadapi, ketika saya sudah berdiri di titik kesuksesan menurut
pemikiran saya (standar dan pengertian) tidak jauh seperti Kevin, putra adie ms
dan Memes. Bukan bermaksud menceritakan keluarga orang lain. Karena saya
termasuk yang tidak suka rumah tangga saya dicampuri oleh orang luar. Tetapi,
justru saya mau belajar dari cerita ini.
Belajar dari kesuksesan Kevin Viera
Sebelum melambung
dengan kesibukannya bersama viera. Adie ms menceritakan, pertemuan antara dia
dengan anaknya, lebih sering terjadi secara face
to face. karena dalam kamus Adie ms, pertemuan langsung tak bisa
tergantikan oleh media apapun.
“Handphone, e-mail, skype,
twitter, atau facebook tidak ada yang bisa menggantikan kenikmatan, manfaat,
dan kenangan pertemuan langsung. Saya tidak pernah punya kenangan berkomunikasi
dengan seseorang melalui e-mail, telepon atau internet, sekuat saat
berkomunikasi langsung, menanggapi ekspresi wajah masing-masing. Intinya,
komunikasi langsung, face to face tidak bisa tergantikan bahkan dengan
teknologi canggih pun. nilainya beda,” tegas pendiri twilite orchestra ini.
Tetapi lain
cerita, setelah Kevin bersama vieranya harus memiliki kesibukan yang sangat
padat. Pertemuan rutin seperti dulu, sudah mulai berkurang. Tetapi, Adie mensiasati,
apapun kondisinya, tetap berusaha mempunyai waktu bertemu dengan anaknya.
“Memang
sih sekarang karena kesibukan Kevin, mau tidak mau waktu mengobrol jadi jauh
berkurang. Tapi yang utama, saya berusaha memfasilitasi dia dengan waktu yang
saya miliki untuk berkomunikasi. Kami sering mengobrol tengah malam saat seisi
rumah sudah lelap,”
papar pria pemilik nama lengkap Addie Mulyadi Sumaatmaja ini.
Waktu bersama keluarga berkurang
Dan Kevinpun menceritakan
kesibukannya bersama viera. Satu hari, Vierra bisa manggung tiga kali di tempat
yang berbeda. Belum lagi pembuatan video klip dan lain-lain. Kevin sempat
berujar, rasanya seperti tidak tinggal serumah dengan orangtuanya.
“Iya
nih, saking sibuknya. Tinggal serumah jadi seperti tidak serumah. biasanya aku
cuma punya waktu satu jam sehari untuk bertemu mereka. Itu pun tengah malam. Makanya
pasti ada hal-hal yang hilang. seperti momen makan malam. Biasanya kami makan
malam bersama sekeluarga sambil bercanda dan ngobrol. Sering kangen saat-saat
seperti itu.”
petikan-petikan
wawancara yang saya dapatkan dari tabloid
bintang di atas. Memberi gambaran bagi saya. Setidaknya, ada hal yang harus
saya persiapkan pada diri saya dalam menyikapi dan menjalani titik kesuksesan
saya. Yaitu, waktu yang hanya berputar dua kali 12 jam dalam sehari. Tidak akan
bisa saya isi lagi seperti kehidupan saya sekarang.
Saya pernah mengalami
Saya sendiri
hampir pernah mengalami seperti Kevin. Shalat shubuh, dan maqrib bisa berjamaah
dengan istri, karena saya banyak beraktifitas di rumah. Kegiatan di pagi hari,
sibuk mengajak jari-jemari saya menari di atas keyboard (menulis). Semua kondisi
ini bisa saya alami dengan penuh sukacita. Tapi, saya tidak bisa membayangkan,
jika pengalaman seperti pada bulan juni 2011 yang lalu terulang lagi dalam
hidup saya. Hampir setiap hari saya mendapat kesempatan untuk menjadi pembicara
di berbagai tempat. Perusahaan, Sekolah, Kampus dan Pengajian.
Satu sisi
saya sangat mensyukuri. Karena itulah bentuk dari doa-doa yang telah Allah ijabahkan.
Namun, di sisi lain. Saya merasa hidup saya ada yang hilang. Berangkat pagi
setelah shubuh dan pulang malam setelah isya. Bertemu istri badan sudah lelah. Inginnya
langsung menutup kelopak mata, supaya keesokan harinya bisa segar bugar. Momen itu,
banyak menguras waktu saya dengan orang lain, dibanding dengan keluarga.
Butuh bertanggung jawab
Dari kondisi
ini, saya menyadari. Bahwa, setiap kondisi memliki suka dan duka pada konteksnya
masing-masing. Seperti kata Ippho santosa. “Dream
team saya pernah pecah karena kekuarangan uang. Dan dream team saya pernah
pecah juga karena kebanyakan uang. Semuanya butuh kebijaksanaan dalam diri”.
Oleh karena
itu, mari kita menyadari setiap konsekwensi dari perilaku kita. Kemudian, kita bertangungjawab
sepenuhnya untuk hal itu.
Ciganjur, Selasa
24 januari 2012
Note: Terima kasih kepada Adie ms dan Kevin,
penjelasan kepada tabloid bintang, memberi pelajaran berharga bagi saya.
