Senin, 05 Maret 2012

Film 2012 Mengingatkanku Akan Tsunami


Ujian dan musibah melanda, merupakan vitamin-vitamin penguat bagi jiwa. 
#Gede Prama
 
Jumaat malam, 20.00 – 23.00 wib, bisa jadi diantara Anda menyempatkan waktu istirahat bersama keluarga dengan menyaksikan film bersama anak, istri, suami dan mertua di ruang khsusus keluarga Anda. Atau, sangat mungkin, masih dalam perjalanan mengantri kemacetan di Jakarta. Bahkan, di belahan pulau yang lain, sudah terlarut dalam nikmatnya impian bunga-bunga tidur anugerah sang ilahi. 

Sudah pasti sangat terlalu banyak aktifitas yang terjadi pada malam itu. Sementara saya sendiri, di sela-sela mengendong buah hati kesayangan supaya dia masuk ke kondisi tertidur lelap. Saya menonton film 2012 mengisahkan tentang gambaran kiamat. Film box office, namun banyak juga tantangan dan penolakan pada penayangan pardana nya tahun 2010 silam.

Mengingatkan saya akan tsunami

Malam jumaat itu, bukanlah pertama sekali saya menyaksikan film tersebut. Mungkin yang ketiga kalinya. Akan tetapi, entah kenapa? Malam ini saya menonton film tersebut dengan penuh keharuan. Sementara saat pertama sekali melihatnya, saya biasa-biasa saja. Malahan ingin mengetahui, seperti apakah hayalan sang sutradara akan kiamat. Mungkin, itu sebabnya, mengapa saya tidak merasakan apapun (tanpa rasa haru).

Sungguh sangat berbeda yang ketiga kali ini. Saya menyaksikannya dengan keharuan dan kesedihan. Barangkali itu karena saya bisa memahami kondisi emosi orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri dari amukan sang alam. Perasaan sedih terasa terutama tatkala secene sebelum ucapan sang Presiden US mengucapkan pesan terakhir kepada Dr. Andrian (sang ilmuan di film tersebut). 

Ada baiknya kita mengabari kepada masyarakat akan bencana yang akan datang. Mungkin dengan begitu, mereka bisa mempersiapkan diri. Seperti mengucapkan maaf satu sama lain. Para orang tua bisa menenangkan anak-anaknya menghadapi bencana”. Demikian kira-kira ucapan sang presiden ke ilmuan Dr Andrian.

Sungguh, kalimat tersebut mengingatkan saya akan cerita-cerita setelah tsunami terjadi di Aceh, 24 desember 2004 silam. Memang, saya tidak melihat langsung. Akan tetapi, ada kisah saudara yang tak bersama saya dan warga desa menyelamatkan diri di atas bukit dekat rumah saya tempati, seperti tervisualisasi pada film 2012 ini. 

Anak lepas dari tangan

Seperti, ada seorang tengku (kiyai) sangat disegani dan dihormati. Setelah berusaha keras melarikan diri bersama dengan anak-anaknya. Saat tiba dekat pohon asam jawa, sambil menyandarkan tubuhnya ke pokok pohon tersebut. Beliau mengulurkan kedua tangan kanan dan kirinya, memegang erat kedua belahan jiwa beliau. Tetapi tsunami lebih duluan datang menyapu mereka.

Meninggal dalam sujud

Ada kisah lain. Setelah gempa terjadi selama hampir 7 menit berlangsung. Kemudian taklama setelah itu terlihat di laut laksana dinding besar dan tinggi berwarna hitam berjalan mendekati bibir pantai. Sambil didahului oleh suara aungan. Suaranya terdengar persis seperti audiovisual film deep impact. Melihat fenomena alam bagitu, ada warga langsung sujud di atas sajadah tempat beliau shalat menghadap kiblat. Karena, almarhum meyakini, minggu itulah, hari yang telah dijanjikan.

Berusaha mendaki lebih tinggi

Dan kisah pilu menimpa ayah dan ibu saya sendiri. Saya mendengar dari warga desa yang selamat. Beliau menyampaikan bahwa almarhum ayah dan ibu saya naik berbarengan sama beliau. Sehingga, mengira kedua orang tua saya selamat. Kemudian dia menambahkan, saat sedang lari ke titik lebih tinggi, beliau tepat berada di belakang ayah saya. Dan 7m di atas beliau dari ayah saya berdiri, terlihat almarhum ibu sedang menunggu ayah mendaki menaiki bukit. Namun, Allah tetap sayang kepada beliau berdua.

Kembali dengan cerita film 2012. Mungkin itu yang menyebabkan saya sangat haru menonton film 2012 malam jumaat ini. Karena, secene tatkala tsunami menghatam India. Terlihat ada seorang lelaki berhenti di pertengahan pendakian, sambil memeluk istri dan anak perempuannya. Menyaksikan itu, saya langsung terbayang, seperti itulah mungkin, detik-detik terakhir sebelum tsunami menyapu ayah, ibu dan saudara-saudara kita semuanya. Baik di Aceh, atau belahan dunia lain.

Semoga Allah menerima semua amal baik saudara kita yang telah Allah panggil saat tsunami melanda Aceh dan daerah lainnya.

Ciganjur, Jumaat, 24 februari 2012
Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist BB 270fe9b7
Bagikan