Ujian dan musibah melanda, merupakan vitamin-vitamin penguat bagi jiwa.
#Gede Prama
Jumaat
malam, 20.00 – 23.00 wib, bisa jadi diantara Anda menyempatkan waktu istirahat
bersama keluarga dengan menyaksikan film bersama anak, istri, suami dan mertua
di ruang khsusus keluarga Anda. Atau, sangat mungkin, masih dalam perjalanan
mengantri kemacetan di Jakarta. Bahkan, di belahan pulau yang lain, sudah
terlarut dalam nikmatnya impian bunga-bunga tidur anugerah sang ilahi.
Sudah pasti
sangat terlalu banyak aktifitas yang terjadi pada malam itu. Sementara saya
sendiri, di sela-sela mengendong buah hati kesayangan supaya dia masuk ke
kondisi tertidur lelap. Saya menonton film 2012 mengisahkan tentang gambaran
kiamat. Film box office, namun banyak juga tantangan dan penolakan pada
penayangan pardana nya tahun 2010 silam.
Mengingatkan saya akan tsunami
Malam jumaat
itu, bukanlah pertama sekali saya menyaksikan film tersebut. Mungkin yang
ketiga kalinya. Akan tetapi, entah kenapa? Malam ini saya menonton film
tersebut dengan penuh keharuan. Sementara saat pertama sekali melihatnya, saya
biasa-biasa saja. Malahan ingin mengetahui, seperti apakah hayalan sang
sutradara akan kiamat. Mungkin, itu sebabnya, mengapa saya tidak merasakan
apapun (tanpa rasa haru).
Sungguh
sangat berbeda yang ketiga kali ini. Saya menyaksikannya dengan keharuan dan
kesedihan. Barangkali itu karena saya bisa memahami kondisi emosi orang-orang
yang berusaha menyelamatkan diri dari amukan sang alam. Perasaan sedih terasa
terutama tatkala secene sebelum ucapan sang Presiden US mengucapkan pesan
terakhir kepada Dr. Andrian (sang ilmuan di film tersebut).
“Ada baiknya kita mengabari kepada masyarakat
akan bencana yang akan datang. Mungkin dengan begitu, mereka bisa mempersiapkan
diri. Seperti mengucapkan maaf satu sama lain. Para orang tua bisa menenangkan
anak-anaknya menghadapi bencana”. Demikian kira-kira ucapan sang presiden
ke ilmuan Dr Andrian.
Sungguh,
kalimat tersebut mengingatkan saya akan cerita-cerita setelah tsunami terjadi
di Aceh, 24 desember 2004 silam. Memang, saya tidak melihat langsung. Akan
tetapi, ada kisah saudara yang tak bersama saya dan warga desa menyelamatkan
diri di atas bukit dekat rumah saya tempati, seperti tervisualisasi pada film
2012 ini.
Anak lepas dari tangan
Seperti, ada
seorang tengku (kiyai) sangat disegani dan dihormati. Setelah berusaha keras
melarikan diri bersama dengan anak-anaknya. Saat tiba dekat pohon asam jawa,
sambil menyandarkan tubuhnya ke pokok pohon tersebut. Beliau mengulurkan kedua tangan
kanan dan kirinya, memegang erat kedua belahan jiwa beliau. Tetapi tsunami lebih
duluan datang menyapu mereka.
Meninggal dalam sujud
Ada kisah
lain. Setelah gempa terjadi selama hampir 7 menit berlangsung. Kemudian taklama
setelah itu terlihat di laut laksana dinding besar dan tinggi berwarna hitam
berjalan mendekati bibir pantai. Sambil didahului oleh suara aungan. Suaranya
terdengar persis seperti audiovisual film deep
impact. Melihat fenomena alam bagitu, ada warga langsung sujud di atas
sajadah tempat beliau shalat menghadap kiblat. Karena, almarhum meyakini,
minggu itulah, hari yang telah dijanjikan.
Berusaha mendaki lebih tinggi
Dan kisah
pilu menimpa ayah dan ibu saya sendiri. Saya mendengar dari warga desa yang selamat. Beliau menyampaikan
bahwa almarhum ayah dan ibu saya naik berbarengan sama beliau. Sehingga,
mengira kedua orang tua saya selamat. Kemudian dia menambahkan, saat sedang
lari ke titik lebih tinggi, beliau tepat berada di belakang ayah saya. Dan 7m
di atas beliau dari ayah saya berdiri, terlihat almarhum ibu sedang menunggu
ayah mendaki menaiki bukit. Namun, Allah tetap sayang kepada beliau berdua.
Kembali
dengan cerita film 2012. Mungkin itu yang menyebabkan saya sangat haru menonton
film 2012 malam jumaat ini. Karena, secene tatkala tsunami menghatam India.
Terlihat ada seorang lelaki berhenti di pertengahan pendakian, sambil memeluk
istri dan anak perempuannya. Menyaksikan itu, saya langsung terbayang, seperti
itulah mungkin, detik-detik terakhir sebelum tsunami menyapu ayah, ibu dan
saudara-saudara kita semuanya. Baik di Aceh, atau belahan dunia lain.
Semoga Allah
menerima semua amal baik saudara kita yang telah Allah panggil saat tsunami
melanda Aceh dan daerah lainnya.
Ciganjur,
Jumaat, 24 februari 2012
Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist BB 270fe9b7
Bagikan