Sepahit apapun kehidupan, selama kita tahu di mana
gula berada. Maka, harapan manisnya hidup ada dalam genggaman. Selama kita mau,
sekarang.
#NasehatDiri
Pengajian
pernikahan
Hari ini, Minggu
26 februari 2012. Saya mendapat kesempatan berbagi pengalaman dengan
teman-teman komunitas kontak jodoh dari facebook dan milist. Pada event
pengajian bulanan mereka. Awalnya, tema yang ingin saya sharingkan, pentingnya
berpikir positif. Namun, ada saran dari seorang anggota yang pernah mengikuti
pengajian pada tahun 2010, menyarankan supaya saya membawa topik seperti tahun
sebelumnya.
Karena,
menurutnya, setelah pengajian tersebut, lebih memahami dan menyadari tentang
emosi-emosi kurang selaras serta tidak memberdayakan dalam dirinya. Akhirnya
saya putuskan untuk membawakan topik sebagaimana request. (menggunakan prinsip penjualan, jangan menjual barangan
dagangan Anda, tetapi penuhi kebutuhan pelanggan Anda).
Pengajian
berlangsung dari jam 09.00 pagi sampai 12.00. Syukur kepada ilahi, sesi
silturahim tersebut berjalan dengan lancar dan penuh khidmat. Kemudian, setelah
shalat dhuhur di mesjid dekat dengan tempat pengajian. Ternyata ada sesi makan
siang bersama. Menu khas dari padang. Sebab, si empu tempat pengajian berdarah
keturunan padang. Menurut pengakuannya, bumbu racikan masakan siang ini,
langsung dari padang. Bayangkan betapa lezatnya.
Jenius
Writing
Setelah
selesai makan, saya pamitan dengan teman-teman semua. Lantaran, ingin
menghadiri dan menyaksikan kelas Jenius
Writing yang disampaikan oleh shahabat saya, Bagus Sujiwo dan Amarta Imron,
di Cava Longe depan Hotel Formula 1 Cikini. Workshop Jenius Writing merupakan kelas menulis dengan mengoptimalkan otak kanan—seperti
Anda dan saya berhasrat menuangkan ide menjadi bentuk tulisan—atau seperti Anda
membaca uneg-uneg saya saat ini.
Apakah kelas
Jenius Writing bisa membuat Anda
langsung menelurkan buku? Saya tidak tau. Tetapi, ada beberapa buku alumni
kelas spektakuler ini, telah tertampang dan tersusun di rak toko buku seperti
gramedia. Sebut saja buku Hypnodontia yang ditulis oleh dr.Chairunisa,
C.Ht,MNLP. Ada juga buku lainnya Laundry hati karya Rinny. Beliau juga alumni
dari kelas menulis ala otak kanan ini.
Kopi
pahit (espresso)
Sementara
itu, sambil menikmati kelas jenius
writing. Saya memesan minum ke petugas Cava longe. Pertama saya menanyakan,
apakah mereka menyediakan kopi? Biasa, kalau siang hari di rumah, saya selalu
mendapat secangkir kopi buatan istri tercinta, sambil menari-narikan jari
jemari di atas notebook mungil kesayangan saya.
Sang petugas
menjawab “Ada pak, mau capucino atau
espreso?” entah kenapa mulut saya mengucap kata pilihan kedua, yakni
espreso. Saya mengira, kopi ini sejenis dengan kopi yang sering saya konsumsi.
Seperti indocafe dan white cofee. Taklama
kemudian, pesanan sayapun hadir di atas meja tempat saya duduk. Dan alangkah terjekejutnya
saya. Ternyata ukuran gelasnya sangat-sangat mungil. Sayapun penasaran untuk
merasakan rasa kopi telah saya pesan ini.
“Sluuuuurp”, espreso mengenai lidah saya.
Tahukah Anda seperti rasanya? Bagi Anda sering meminumnya tentu tau. Tapi,
kalau belum sudah pasti hanya menerka-nerka saja kan? Sungguh, bagi saya,
rasanya sangat-sangat pahit. Pahitnya kopi dari ukuran gelas kecil nan mungil.
Mengingatkan saya akan pengalaman, salah satu topik materi yang saya pelajari
di pontren NLP.
Teliti pada hal
kecil
Guru saya
pernah berpesan, “Amati hal besar, dan
teliti kepada hal kecil”. Ya. Meneliti dengan penuh seksama terhadap
hal-hal kecil. Mengapa? Bukankah kita sering jatuh karena batu kerikil yang
kecil dibandingkan batu besar? Dan betapa banyak, kasus-kasus rumah tangga
bercerai berai karena hal-hal sepele? Selain itu, kopi espresso mengajarkan
saya tentang kehidupan. Terkadang, kehidupan sedang kita jalani, tidak
selamanya manis. Tetapi juga pahit, sepahit kopi espreso ini.
Cava Longue,Minggu 26 februari 2012
Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist I 270fe9b7
Bagikan
