Jumat, 02 Maret 2012

Sulitnya Bertemu Trainer Sibuk


Tips for success, learn from the best…

Belajar kepada ahlinya

Awal tahun 2006, merupakan tahun-tahun pertama saya merintis dan menetapkan tujuan hidup menjadi trainer. Untuk mencapai ke tujuan, tentu saja saya mengikuti tips-tips yang saya baca dari artikel pengembangan diri, buku-buku meraih apa yang kita inginkan, dan audio motivasi. Di antara tips yang terheboh pada tahun tersebut, learn from the best. Tagline yang diusung oleh bapak Tung Dasem Waringin.

Saya mencoba mengikuti apa yang disampaikan, dengan cara mencari di mesin google, para pembicara motivasi, dan nama-nama pembicara di brosur iklan publik. Namun terkadang, keinginan tersebut, saya pikir berulang kali, apakah mungkin saya lakukan? Apa itu bisa terjadi? 

Saya menyadari, hambatan itu sebenarnya bukan dari orang yang akan saya temui (trainer). Melainkan pemikiran menghambat itu, timbul dari diri saya sendiri. Seperti, pertanyaan di dalam, “Apakah mau bertemu dengan saya?, Merekakan sangat sibuk, bisa-bisa mengganggu waktunya?” dan, perasaan yang membuat saya benar-benar ragu mengirim permohonan untuk bertemu lewat email, karena saat itu, saya takut tidak mampu membayar waktu yang mereka luangkan. 

Tips mengajak bertemu ala Pak James 

Sampai suatu hari saya membaca pernyataan bapak James qwee di majalah swa. Pada edisi tersebut, swa mengangkat topik tentang maraknya pasar training dan derasnya animo karir baru menjadi trainer. Pak James menjelaskan proses beliau menjadi publik speaker, sampai saran kepada calon-calon trainer. Di antaranya adalah belajar langsung kepada yang lebih dahulu berkarya di dunia pelatihan.

Sementara itu, beberapa waktu lalu. Tepatnya pada tahun 2011, ada beberapa email yang masuk dalam inbox saya, juga berita di BBM. Isinya berupa “Mas Rahmad salam kenal, kapan bisa bertemu, saya mau belajar menjadi trainer”. Begitulah kira-kira inti emailnya. Seperti email yang pernah ingin saya kirimkan ke beberapa trainer yang saya anggap sesuai dengan saya. Membaca isi email tersebut saya langsung teringat dengan masa-masa awal meniti karir sebagai trainer & mind-therapist seperti sekarang.

Rata-rata yang ingin mengajak bertemu dan ngobrol sambil minum kopi, mereka mengenal saya bukan lewat publikasi pelatihan publik, tapi seringnya lewat tulisan pendek, berisi cerita kehidupan saya sehari-hari. Biasanya—seminggu sekali saya mengirim catatan tersebut—lewat milist yang saya ikuti dan group facebook.

Trainer juga manusia

Kembali dengan wawancara Pak James di majalah swa. Dalam wawancara tersebut Pak James menjelaskan, pada dasarnya trainer itu juga manusia biasa yang memiliki kehidupan bukan hanya tentang bisnis, tetapi juga lainnya. Oleh sebab itu, sesibuk apapun, pasti memiliki waktu luangnya. Maka, kesempatan bertemu itu pasti ada. Walau beberapa memang sangat padat jadwalnya. Seperti merayapnya kendaraan di jalan-jalan Jakarta. Contohnya Pak James sendiri. Beliau menyebutkan, dari senin-jumaat, selalu ada jadwal untuk mengajar. Sehingga, biasanya sabtu-minggu mau memfokuskan waktunya untuk keluarga.

Nah, tips bertemunya, menurut pak James, dengan mengetahui informasi jadwal trainer bersangkutan, waktu dan tempatnya. Maka, saat mengajak untuk bertemu, bisa sesudah pelatihan, dan janjian venuenya, dekat dengan tempat pelatihan tersebut. Kemudian, pak James juga menambahkan. Karena, tidak semua waktu dan kegiatan dikonversi menjadi uang, maka, saat bertemu, bawa sesuatu yang unik sebagai hadiah. Supaya membuat orang yang kita ajak janjian, mengenang kita. Seperti, bolpen terbuat dari bambu. Atau kotak kartu nama gambar unik, atau kata-kata trainer tersebut kita sablon di baju.

Saya senang bersilaturahim

Oh ya, menariknya, tatkala saya bertemu dengan beberapa teman yang seprofesi. Ternyata mereka sering juga mendapat email—ingin bertemu dari para pembaca dan shahabat yang ingin belajar—serta memutuskan untuk menjadi pembicara publik. Dan teman-teman saya itu, sama persis dengan saya. Pada dasarnya, sangat-sangat welcome untuk bertemu dengan siapapun, dan kapanpun. Selama memang sedang tidak mengajar, meeting, coaching atau melakukan konseling. 

So, shahabat, saya juga sangat senang bila dapat berbagi informasi tentang yang saya ketahui dengan Anda. Apalagi silaturahim menambah teman baru, merupakan kesukaan saya. Jadi, mari kita bertatap sapa sambil menikmati secangkir kopi hangat dengan nuasa penuh keakraban.

Ciganjur, Senin, 6 februari 2012 
Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist BB 270fe9b7
Bagikan