Semua yang hidup,
hak baginya untuk mati. Lantas apa yang kurisaukan dalam hidup ini?
#NasehatDiri
Suatu pagi yang cerah, Nasruddin mengunjungi rumah
gurunya. Seperti biasa yang dia lakukan. Setiap bulan, hampir 4 kali dia
mengunjungi tempat gurunya untuk mengasah, mengulangi dan mendapatkan
persepektif baru tentang pengalaman hidup yang dia hadapi. Biasanya Nasrudin
selalu bercerita kepada gurunya.
Tetapi, pagi itu, wajah Nasruddin terlihat berbalut
rona kegelisahan. Bagai bunga putri malu yang tersentuh daunnya. Rupanya,
Nasrudin khawatir akan masa depan. Terutama aktivitas yang dia lakukan.
Nasruddin
merisaukan masa depannya
Sang Guru memperhatikan wajah nasrudin yang murung
seperti itu. Menyapa murid kesayangannya dengan canda “Din, menurutku pagi ini matahari sangat cerah menyinari semesta, jangan
kau rusak keindahannya dengan raut kusam wajahmu itu. Apa yang terjadi dengan
mu?”.
Kemudian, Nasruddin menceritakan perihal kegelisahannya
kepada sang Guru. ”Begini guru, kemarin
hari minggu. Aku baru saja selesai bertemu
dengan teman-teman yang berprofesi denganku. Kami
sharing satu sama lain, kondisi bisnis kami. Ternyata kami mengalami hal
serupa. Produk yang kami tawarkan mulai berkurang peminatnya.
Bahkan, ada di antara kami yang mengungkapkan, dia tidak
mau memakai embel-embel ilmu yang kami pelajari yang menjadi pintu rezekinya selama
ini, pada setiap penawaran produknya. Ke depan,
saya harus membuat program baru, dan sepertinya memang harus belajar ilmu baru”.
Ini tentang keyakinan kepada diri
Karena sang guru penuh arif dan
bijaksana, kemudian beliau berusaha menghargai dan menghibur perasaan Nasrudin
dengan menjawab ”Din, menurutmu siapa yang akan menggunakan program yang kamu tawarkan,
sementara kamu sendiri, tidak yakin dengan nya?” Mendengar jawaban itu
nasrudin mulai berfikir. Ini bukan
persoalan program, tetapi keyakinan dalam diri.
Sang guru memperhatikan perubahan
rona wajah dan tatapan mata pada diri Nasrudin, akibat pertanyaan kontemplatif dari
gurunya. Beberapa saat berlanjut, sang guru meneruskan.
”Din, kamu ingat ini ya. Bisnis
yang kamu jalani adalah bisnis ketidakpastian. Sehingga, kelumrahan dan
kealamiahan dengan fenomena yang kamu alami, seperti yang terjadi sekarang. Dan
harus kamu sadari, dunia tidak selamanya siang, dan juga tidak selalu
diselimuti oleh malam. Kalau semua keinginan dan harapanmu harus terjadi, maka
dunia lebih parah dari sekarang.”
Ketika Al-Quran mulai ditinggalkan
Tambahan jawaban sang guru,
semakin membangkitkan kesadaran dalam diri Nasrudin. Sampai Nasrudin bertanya
kepada dirinya. ”Bila demikian pasalnya,
apa sebenarnya yang aku risaukan?”
Pikiran Nasrudin belum sempat
menjawab, sang guru menambahkan lagi ”Din,
Rasulullah pernah bersabda, yang maknanya, Akan datang suatu masa, di mana umat
akan meninggalkan (melupakan) Al-Quran. Bila Al-quran saja akan ditinggalkan,
apalagi ilmu dan program-program yang kamu buat dan teman-temanmu kerjakan itu
Din?” Mendengar hal tersebut, Nasruddin hanya diam.
Ciganjur, 18 Oktober 2011
Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist I 270fe9b7
Bagikan