Mengetahui tapi
tidak melakukan. Sama saja artinya tidak mengetahui.
#Falsafah Zen
Kisah 9 Angsa dan Seekor
Rajawali
Adalah 9 ekor bebek angsa sedang mencari makan di
sawah pedesaan. Secara bergerombolan, mereka menundukkan kepala ke dalam sawah
yang berair. Mulutnya terbuka celah sedikit untuk menyedot air dan makanan,
sementara lidah bergerak-gerak menyortir, jika makanan, maka akan diteruskan ke
perut dan air dikeluarkan kemabli melalui samping mulutnya.
Ketika sedang asyik-asyiknya mencari sesuatu untuk
mengisi perut mereka. Terdengar suara dari langit “Kelik…kelik…kelik…”. Angsa muda, salah satu di antara mereka mencari-cari
sumber suara dengan mengangkat kepalanya, melihat ke kiri dan kenan. Sementara
suara itu semakin lama semkin mendekat. Kemudian, bebek mengangkat kepalanya
lebih tinggi lagi, menengangah ke atas. Dia melihat ada yang mengepakkan sayap
dan melayang-layang di atas sana.
Ingin belajar cara
terbang
Lalu dia menyeletuk “Oh betapa senangnya”. Teman-temannya yang lain, keheranan dengan
celetukannya. Mereka berhenti mencari makan. Kemudian, Angsa besar yang menjadi
pemimpin bertanya “Apa yang kamu maksud,
betapa senangnya?” “Itu yang sedang
terbang”. Jawab angsa muda sambil menunjukkan kepada kelompoknya.
Angsa muda melanjutkan “Ketua, apakah kita bisa terbang seperti dia? Kitakan juga memiliki
sayap?”. “Mungkin bisa, bila kita tau
caranya”. Jawab angsa besar. “Bagaimana
kalau kita minta Rajawali itu mengajarkan kita cara terbang seperti dia?”
sahut angsa yang lain. “Setuju” kata
angsa muda dan yang lainnya.
Karena sepakat untuk belajar cara terbang meringankan
tubuh kepada rajawali. Kemudian 9 angsa tersebut menarik perhatian sang
rajawali agar mendekat kepada mereka. Setelah dia mendarat, angsa besar
menyampaikan niat belajar cara terbang, dan mengharap rajawali berkenan
mengajarkan caranya.
“Izinkan kami
belajar cara terbang kepadamu”.
Kata angsa besar dengan suara pelan penuh harap. “Baik”. Persetujuan sang rajawali. Selanjutnya Rajawali menjelaskan
kepada mereka cara memanfaatkan sayap, menahan udara supaya bisa melayang, dan
langkah-langkah lain supaya bisa terbang. Setelah menjelaskan teorinya, sang
Rajawali memperagakan “Perhatikan, begini
caranya”.
Teori dan praktek
Rajawalipun terbang dengan kaidah-kaidah yang telah
dia jelaskan kepada 9 angsa tadi. Dan beberapa saat kemudian, dia kembali lagi
bersama mereka. “Apakah kalian sudah
mengerti?” tanya sang rajawali. Angsa muda menjawab dengan penuh semangat “Ya, mengerti”. “Kalau begitu, sekarang saat nya mempraktekkan”. Lanjut rajawabli.
“Horee..hore..hore..”
Angsa muda kegirangan. Tetapi berbeda dengan angsa besar dan yang lainnya. “Tidak, terima kasih rajwali. Kami sudah
faham dan mengerti yang kamu jelaskan. Prakteknya besok saja, karena hari sudah
sore”. Ucap sang angsa besar, sambil melangkah pulang ke rumah mereka.
“Angsa muda,
kenapa kamu masih berdiri di situ? Ayo kita pulang”. Ajak angsa lain yang
sedang melangkah pulang. “Tidak, aku
tetap di sini. Aku mempratekkan apa yang telah diajarkan oleh rajawali. Sampai
aku benar-benar bisa”. Akhirnya, kedelapan angsa melangkah pulang, dan satu
angsa muda, tetap bersama rajawali, asyik berlatih terbang.
Siapa yang menguasai?
Saya penasaran, menurut Anda, angsa yang manakah yang
akan menguasai cara terbang dan bisa mengelilingi angkasa?
Ciganjur, 22 maret 2012
Bagikan
