Sabtu, 24 November 2012

DNA Penulis; Apakah skill menulis titipan atau memang bisa kita bentuk dari kebiasaan?



Apakah skill menulis titipan atau memang bisa kita bentuk dari kebiasaan?

Pedagang dilahirkan atau dibentuk?
Bulan April yang lalu, pada kolom motivasi tabloid Peluang Wirausaha. Saya menulis tentang DNA Pengusaha; Pedagang dilahirkan atau dibentuk?. Gagasan ini tercetus setelah saya membaca buku si raja management, pendiri rumah perubahan. Bapak Rhenald Kasali. Dalam buku beliau yang berjudul “Re-Code Change DNA”, beliau membahas perilaku para pedagang daerah yang berhasil di ibu kota Jakarta. 

Sebut saja contohnya orang-orang Padang berniaga makanan. Orang-orang Makasar juga demikian. Dan pengusaha sukses lainnya asal daerah yang berhasil mengubah nasibnya di sini. Entah usahanya telah terlisting di Bursa Efek Jakarta. Atau kelontongan. Pendapatan mereka masih bisa terhitung oleh kalkulator angkanya. Dari yang mengantongi jutaan perbulan dan ratusan ribu hariannya.

Hal yang menarik dari kaum muhajirin ini, jika mereka kembali ke tanah kelahirannya. Maka, semangat juang “DNA Pengusahanya” seakan meredup. Mereka kembali seperti rata-ratanya. Apalagi saudara-saudara di kampungnya. Jauh sekali terpancar jiwa pedagang dalam diri mereka, bila sedang berada di tanah kelahiran. 

Ini membuktikan, pengusaha itu bukan diwariskan dalam bentuk DNA. Akan tetapi, berkat pembentukan pengalaman yang membentuk kerangka DNA baru. Dalam bukunya yang lain, Myelin. Pak Rhenald kasali menyebutkan. Saraf-saraf myelin telah mengotomatisasi mereka menjadi entrepreneurs.

Apa itu DNA?
Sementara itu, sebelum saya melanjutkan hikayat ini kepada Anda tentang DNA Penulis. Ada baiknya saya memberitahu Anda kepanjangan dari DNA itu sendiri. Mengapa saya sebut kepanjangannya? Karena, pemahaman saya tentang DNA sangat minim. Jika saya memaksakan diri menjelaskan kepada Anda. Dua kemungkinan terjadi. Pertama, saya mengada-ngada dan berbohong. Kedua, saya bisa menyesatkan Anda tentang ciptaan maha karya Tuhan ini.

DNA singkatan dari (deoxyribonucleic acid) atau asam deoksiribosa nucleate (ADN), merupakan tempat penyimpanan informasi genetik. Jelaskan? Sangat singkat dan padat. Itu saja dapat saya sampaikan. Jika Anda mau tau lebih lanjut apa itu deoxyribonucleic acid atau deoksiribosa nucleate. Saya menyarankan untuk berkonsultasi dengan ahlinya.

Namun, informasi lain yang saya ketahui tentang struktur helix ini. Pada DNA setiap manusia tersimpan mengenai format warna kulit. Bentuk wajah. Rambut. Jenis kelamin. Virus. Keahlian bawaan. Dan sebagainya. Konon katanya, di negeri paman sam. Para scientist di sana telah berhasil menciptakan teknologi untuk merekayasa DNA. Sehingga, sebelum bayi lahir ke dunia ini. DNA dalam cabang bayi bisa di format ulang. Meski seperti itu, hal ini belum dilegalkan. Karena, termasuk perilaku melewati kehendak Tuhan.

DNA Penulis
Cukup sampai di sini dulu pembahasan mengenai DNAnya. Sekali lagi saya sampaikan. Jika Anda mau tau lebih lanjut, maka silahkan membeli buku membahas tentang DNA. Atau cara termurah, jelajahi dunia maya. Di sana tersedia sejuta informasi Anda butuhkan. 

Nah, bagaimana dengan DNA penulis. Apakah skill menulis titipan atau memang bisa kita bentuk dari kebiasaan? Ingat, saya menulis skill bukan talent. Saya yakin ketrampilan itu bisa dilatih dan diasah. Jadi bukan pemberian berupa bakat. Sementara bakat sendiri, sekarang ini banyak yang mengakui hasil dari latihan terus menerus. 

Karena kebiasaan
Berdasarkan beberapa buku yang saya baca tentang tulis menulis. Saya belum pernah mendapat informasi—bahwa, menulis itu hanya untuk segelintir orang yang telah Tuhan tetapkan kepadanya. Akan tetapi, para instruktur mengabadikan kata dalam buku mereka secara terang-terangan. Bahwa, semua orang bisa menjadi penulis. Persoalan itu profesional, advance atau amatir. Itu soal belakangan.

Menariknya adalah, dalam memoar dan catatan hidup penulis. Tersirat penguat, seolah mereka mengatakan, bahwa aktifitas menulis, sehingga mereka menjadi penulis hebat seperti sekarang ini, semata-mata karena kebiasaan mereka. Dan habitut ini, sedari kecil sudah mereka kerjakan. Bahkan, ada yang memulai dari sejak memasuki golden age—usia 40 tahun. Seperti bapak Hernowo hasim.

Sementara penulis yang harum namanya memulai pekerjaan ini sedari kecil. Contohnya; Setephen King dan Jk Rowling. Ini dua deretan nama dari luar negeri. Sementara dari nusantara sendiri. Seperti mas Prie GS, sang budayawan. Beliau telah memulai saat pertama sekali jatuh cinta di masa sekolah dulu. 

Contoh penulis produktif lainnya, bapak Andreas Harefa. Beliau menyebut dirinya sebagai WTS. Bukan wanita tuna susila. Akan tetapi, singkatan dari Writer, Trainer and Speaker. Saya pernah membaca buku karya Edy Zaquest, hasil wawancara beliau. Seingat saya bukunya berjudul, Mengikat Kata Merajut Makna. Pak Andreas mengisahkan, bahwa beliau sudah memulai menulis semenjak SMP. 

Menulis adalah ketrampilan
Saya yakin masih banyak nama-nama lain yang membadankan ritual menulis semenjak mereka baru mengenal apa artinya cinta. Masih mengalami emosi gejolak debaran membara dalam dadanya. Namun, saya tidak menyebutkan nama-nama lain itu, karena saya belum membaca langsung, atau mendengar sendiri dari mereka. Dalam hal ini, saya lebih memilih fakta dan tidak mengada-ngada. 

Jadi, inti yang ingin saya sampaikan di sini. Bahwa bisa menulis atau memutuskan diri menjadi penulis itu, bukan karena bakat. Tidak ada alasan satu pun akan menguatkan argumen kita, bahwa kita tidak bisa menulis karena silsilah leluhur tidak satu pun penulis. Akan tetapi, menulis adalah ketrampilan. Yang bisa terus diasah. Selama Anda mau melakukannya.
Kalau begitu, apa pilihan Anda? Apakah penulis itu dilahirkan atau dibentuk? Saya yakin Anda memutuskan, seorang penulis itu hasil latihan. Iya kan?
Ciganjur, Jumaat, 1 Juni 2012
Ikuti Workshop “BREAK YOUR NERVOUS in Public Speaking”, Sabtu 26 Januari 2013. Info lebih lengkap klik http://www.rahmadsyah.com/2012/11/cara-mengatasi-cemas-gerogi-berbicara.html
Bagikan