Apapun aktifitasnya, kreatif itu mutlak terjadi.
#NasehatDiri
Izinkan saya
bertanya kepada Anda.Selama Anda pernah menggunakan jasa kamar mandi kecil
(toilet umum), berapakah jumlah tertinggi angka rupiah yang ditarifkan oleh
petugas? Biasanya, di beberapa tempat umum, paling mahal untuk membuang air
seni—Rp.1000,-. Akan tetapi, saya pernah mengeluarkan uang Rp.7000,- supaya
bisa melepaskan sesuatu yang tak mampu saya tahan pada diri saya. Mengapa bisa
sebesar itu?
Training
Man Jadda wajada
Ceritanya, pada
hari sabtu 14 april 2012, saya ada jadwal mengisi training motivasi—persiapan
UN untuk para siswa dan siswi kelas 12—International
Islamic Boarding School of Republic Indonesia, Cikarang. Ibu Julita wakil
kepala sekolah IIBS, semenjak sebulan yang lalu (maret). Beliau telah mengirim
surat permohonan kesediaan menjadi pembicara ke saya. Dalam rangka motivasi
dan doa bersama menjelang UN. Dan
saya membuat agenda di kalender blackberry.
Ini merupakan
kesempatan kedua bagi saya, berbagi cerita dengan para santri di sana. Tahun
kemarin, saya juga menjadi pembicara pada acara yang sama. Nah, saat janjian
dengan Ust Ali (person in charge acara)—saya memohon agar bisa dijemput—seperti
tahun kemarin. Karena, saya lupa lokasi sekolah dan cara menuju ke sana. Syukur
beliau mengiyakan untuk mengusahakan jemputan.
Tepat 2 hari
sebelum acara, Ust Ali memastikan kembali kepada saya mengenai kebutuhan
perlengkapan training. Dan, di mana saya mau dijemput. “Pak Rahmad, Alhamdulillah mobil dan sopir ada, mau dijemput di mana
besok sabtu?” sms ust Ali masuk ke HP saya. Langsung saya menekan
menu-pilihan-jawab pada HP Nexian telah menemani selama 3 tahun. Kemudian saya
mengetik “Mohon menjemput di Bekasi Barat
saja, jam 07.30”.
Sebagaimana
biasa, bila perjalanan jauh ke tempat pelatihan dari area tempat saya tinggal,
maka saya berangkat dari rumah jam 5.30 pagi. Tujuan ke Bekasi Barat lumayan
mudah aksesnya dari pasar rebo. Dan itu tidak terlalu jauh dari rumah saya
menetap di Ciganjur. Seandainyapun lama, itu lantaran faktor kemacetan.
Toilet
dalam toko
Dari pasar
rebo, saya melanjutkan Bekasi Barat, dan
tiba di sana jam 07.13 wib. Saya turun di depan Mall, tepat di lampu merah
setelah keluar pintu tol. Pertama saya berniat menunggu di sekitar itu saja,
namun apa hendak dikata. Ada yang tak mampu saya bendung—dan mengharuskan saya
menunaikannya (kebelet pipis).
Dari situ saya
melihat, ada pom bensin sebelah Mall Mega Bekasi. Tanpa menungu lama, saya
memutuskan menganyunkan langkah kaki saya, mencari bilik inspirasi—kata orang
melayu. Pom bensin yang saya tuju bukanlah berlogo pertamina. Akan tetapi, merek
ternama dari Eropa.
Pas menuju
pom bensin tersebut, saya bertanya kepada petugas pengisian bensin “Mas kamar kecil ada di mana ya?” tanya
saya dengan menahan hasrat terdalam. “Ooo,
ada di dalam toko pak, silahkan masuk saja”. Pertama-tama, saya agak ragu,
masa iya pom bensin menyediakan toilet di dalam, bukannya di luar sebagaimana
lazimnya.
Karena sudah
tidak mampu lagi saya menahan, maka saya masuk dengan mendorong pintu toko yang
ditunjuk. Secara spontan kedatangan saya disambut oleh kasir “Selamat datang ada yang bisa di bantu?”.
Dari pintu masuk, saya bisa melihat di samping tempat kasir berdiri, ada pintu berwarna
cokelat. Di sana tertulis “toilet”.
Sebenarnya,
saya mau menjawab “Toiletnya ada di mana
mbak?” akan tetapi, perasaan gak enakan menyelimuti diri saya. Sebab keberadaan
kamar kecil tersebut sangat privasi. Saya merasa tidak elok masuk ke sana,
hanya untuk melepaskan hajat saya. Tak ubahnya, saya masuk ke rumah orang, lalu
minta permisi ke kamar mandi.
Biar
terkesan saya pelanggan dan pantas menggunakan toilet, maka saya mencari-cari,
apa yang harus saya beli, dan saya pantas memanfaatkan kamar mandi. Setelah
saya melihat-lihat makanan dan minuman yang dijual di sana. Maka saya
memutuskan memesan mochacino dan minum dalam toko tersebut. Sehingga saya ada
alasan untuk mencapai tujuan saya. “Mbak,
saya pensan kopi mochacino saja ya”. Lalu datang petugas menyiapkan pesanan
saya.
Kecing
Rp.7000,-
Sambil
menunggu itulah, saya beranjak ke kamar mandi dan berbasa-basi—saya bertanya
kepada petugas—“Toilet ini boleh
dipakai?”. Sambil menyiapkan kopi untuk saya, dia menanggukkan kepalanya dan
menjawab “Boleh, silahkan pak”.
Jawaban dia laksana ternggorokan haus dilalui oleh air dingin bagi saya.
Begitulah leganya saya melepaskan hasrat tidak bisa menahan lama itu.
Setelah
keluar dari bilik inspirasi, saya melihat kopi saya sudah jadi dan terhidang di
atas meja kecil. Lalu saya membayar langsung kopi yang telah saya pesan “Harganya berapa mbak” tanya saya sambil
mengeluarkan dompet dan uang di dalamnya. “Kopi
mochacino saja pak? Rp.7000,-“ kasir menginfokan kepada saya. Lalu saya
mengeluarkan uang sepuluh ribuan dan menyerahkan kepadanya. Dan kasirpun,
mengembalikan sisanya kepada saya.
Sehabis itu,
saya duduk di meja tempat kopi saya pesan dihidangkan dan menikmati secangkir
mocachino sambil menanti jemputan. Taklama 10 menit kemudian, pak Agus sopir
IIBS menghubungi saya, bahwa beliau sudah keluar tol bekasi barat. Sayapun
menjelaskan posisi saya. Setelah itu kami berangkat menuju ke sekolah IIBS.
Nah,
sekarang Anda sudah taukan, bagaimana saya harus mengeluarkan Rp.7000,- untuk
menggunakan toilet? Sebenarnya boleh-boleh saja saya hanya minta izin. Akan
tetapi, ketidakenakan lebih besar dibandingkan tidak tau malu pada diri saya.
Bahkan, saya menganggap itu suatu metode luar biasa, supaya terjadi transaksi.
Bayangkan saja, setiap ada orang mencari toilet tapi merasa gak enakan, pasti
membeli sesuatu dulu kan? Contohnya saya. He.. he… he…
Ciganjur,
Sabtu, 14 April 2012
Bagikan