Bila mengistirahatkan tubuh secara teratur bisa
menyegarkan fisik. Maka, demkian juga dengan pikiran, kian melakukan kian
menjernih.
#NasehatDiri
Upacara
Bendera
Hal-hal yang
saya suka saat masih sekolah di tingkat dasar (SD) adalah, kegiatan rutin
setiap hari senin pagi—upacara bendera. Saya menyukainya karena, saat ritual
itu dipersembahkan, saya dan teman-teman bisa menyanyikan lagu indonesia raya.
Meskipun, setelah ritual itu keseringan, sehingga berubah menjadi kebosanan.
Akan tetapi, saya tetap menikmatinya dengan canda dan tawa.
Malahan,
terkadang berharap, supaya bapak inspektur upacara lama-lama berorasi. Karena,
mata pelajaran pertama hari senin pagi, saya kurang suka dengan gurunya.
Sehingga, dengan lamanya inspektur menyampaikan amanatnya, waktu pelajaranpun
menjadi terpotong. Dengan sendirinya, penyiksaan batin, tidak terlalu lama saya
alami di dalam kelas.
Selain itu,
tentunya, Anda sangat menghafal rukun-rukun dalam ritual upacara ini. Pembacaan
pancasila, UUD45, amanat pembina, menyanyikan lagu indonesia raya dan
mengheningkan cipta. Anda masih ingatkan?
Silent
sitting
Saya mendengar
istilah silent sitting dari teman
saya, Ibu Melly Kiong. Beliau seorang ibu yang sangat besar perhatiannya
terhadap masa depan anak-anak. Bukan hanya buah hatinya sendiri, tetapi juga
anak-anak indonesia lainnya. Yaitu dengan mengkampanyekan cara-cara pengasuhan
yang tepat sesuai perkembangan zaman anak. Beliau mengadakan pelatihan, group
facebook, bahkan menulis buku pengalamannya mendidik Mathiew, putra
kesayangannya.
Ibu Melly
menceritakan silent sitting kepada
saya, saat kami bertemu di acara pertemuan Anak Berkebutuhan Khusus—di Sunter. Silent sitting adalah kondisi hening—menyadari
setiap nafas masuk dan keluar—serta menyapa diri sendiri. Kegiatan ini tidak
lama, hanya beberapa menit saja. Paling lama 5 menit.
Sementara
ibu Melly sendiri—mengetahui tehnik ini saat berbagi inspirasi dengan para guru
dan anak-anak SD (saya lupa sekolahnya). Di sekolah ini, para siswa setiap pagi
sebelum belajar, akan melakukan silent sintting
sejenak. Paling lama selama 5 menit. Para siswa mengerjakan secara
bersama-sama. Termasuk para dewan guru.
Sekolah dasar
ini, menerapkan—silent sitting—setelah
seorang guru melakukan kunjungan studi banding ke Thainland. Sang guru
memperhatikan aktifitas kebiasaan anak-anak di sekolah dasar tempat tujuan
beliau. Sang guru bertanya tujuan dan manfaat ke guru-guru di sana. Lalu,
beliau berinisiatif, menerapkan hal serupa di sekolahnya.
Singkat
cerita, setelah para siswa menerapkan program ini, ternyata daya tangkap
anak-anak lebih meningkat. Selain dari faktor penunjang lain. Seperti; sarana,
metode penyampaian para guru, kurikulum dan lainnya.
Mengheningkan
cipta
Kembali
dengan cerita upacara bendera. Sebagaimana kita menyadari bersama. Dalam tatanan
agenda pengibaran merah putih, tercatat prosesi mengheningkan cipta untuk para
leluhur yang telah mengorbankan, jiwa, harta dan nyamanya demi bangsa. Makanya
inspektur mengucapkan “Untuk mengenang
jasa para arwah pahlawan. Mengheningkan cipta mulai”.
Nah,
mendengar cerita dari ibu Melly kiong, saya langsung teringat dengan ritual
“hening” saat upacara. Ternyata tanpa saya sadari, sebenarnya sekolah telah
mengajarkan kepada saya bagaimana cara menenangkan diri walau hanya sejenak.
Namun sayang, proses itu tidak terkomunikasikan, manfaat dan faedah
melakukannya.
Bercengkrama
dengan diri
Bapak
Rhenald kasali dalam catatannya pernah menyampaikan. Proses berbicara kepada
diri sendiri, bila melakukan secara berkesinambungan setiap hari, walau hanya 5
menit. Maka, dampaknya akan meningkatkan
kesadaran diri. Hal tersebut sangat berfaedah bagi mereka yang mau
mengikatkan sensifitasnya. Terutama untuk membiasakan diri mempertajam intuisi.
Beliau menambahkan, jika intuisi semakin terasah, maka—saat kita mengambil
keputusan—semakin cekatan.
Selain itu,
bila kita mau merujuk ke konsep kinerja pikiran. Ternyata, para ahli telah
meneliti, belajar terus menerus selama 1 jam, tidaklah membuahkan hasil signifikan.
Baik dalam hal pemahaman atau proses penyimpanan di memori. Akan tetapi,
belajar setiap 15 menit, kemudian mengambil jeda sejenak, setelah itu
melanjutkan kembali pelajarannya, penemuan
membuktikan—itu lebih ramah otak. Dan kualitas rekamannya, menancap lama di
memori jangka panjang.
Mengatasi
kejenuhan
Dalam aspek
lain, saya pribadi sering melakukan silent
sitting, tatkala pikiran saya sedang sumpek. Semeraut. Tidak jelas arah.
Bosan. Apalagi saat ide-ide tidak bermunculan. Maka yang saya lakukan, duduk
menenangkan diri dan menyadari diri saya seutuhnya. Saya lebih fokus kepada hal-hal
dalam diri saya, dibandingkan di luar diri saya.
Walhasil,
pikiran jadi jernih kembali dan tenang. Ide-idepun bermunculan. Contohnya
tulisan ini. Saya menulis catatan ini setelah saya duduk sejenak mendamaikan
diri. Selain dari rutinitas harian yang saya lakukan setiap selesai shalat
shubuh atau sebelum tidur malam hari.
Nah, bagi
Anda yang sedang jenuh. Saya merekomendasikan melakukan menghening sejenak
seperti saat kita menghening cipta dulu—upacara bendera.
Ciganjur, Senin, 16 April 2012
mari silaturahim, follow @mind_therapist I 270fe9b7
Bagikan