Selalu ada niat baik, di balik sebuah perilaku.
#NLP Presuposisi
Saksi semanggi
Saya merupakan generasi pergeseran rezim orde baru ke
reformasi. Sampai saat ini—pikiran saya masih bisa mengingat dengan jelas—saat teman
saya membuat puisi tugas latihan pelajaran bahasa indonesia. Judul puisinya
“Saksi Semanggi”. Puisi tersebut berisi tentang perjuangan para
reformer—melakukan transformasi untuk bangsa ini. Bukan hanya uang, tenaga,
tapi juga nyawa mereka persembahkan.
Berbicara mengenai rezim orde baru, tentu banyak hal terkenang
bagi Anda. Sementara saya sendiri, saat itu masih beraktifitas sebagai pelajar
tingkat pertama. Dan, program yang erat bagi saya—program wajib belajar 9
tahun. Kalau sekarang bertambah menjadi—wajib belajar 12 tahun. Penyebutan
tingakatan kelas saja, tidak ada lagi 1,2 atau 3. Tetapi, kelas 1 sampai kelas 12.
Like and Dislike
Nah, sesuai dengan subjudul paragraf ini—“like and
dislike”—Apakah Anda masih ingat pelajaran bahasa ingris kelas satu tingkat
pertama dahulu? Materi yang saya maksud persisnya pola kalimat like and dislike. Yakni, pola bahasa
ingris dalam konteks mengungkapkan suka dan tidak suka.
For example—kata yang sering saya baca di buku manual—I like teaching very much. I don’t like
cheating at examination. I dislike wasting time. Etc. Saya tidak ingat lagi, apa persisnya perbedaan like and
dislike tersebut. Dalam hal apa biasa dipakai kata dislike? Dan pada konteks apa menggunakan like? Karena bagi saya, yang terpeting saat berbicara bahasa ingris
adalah, Anda memahami apa yang saya katakan. Kalau tidak faham, itu sudah
menjadi urusan Anda. He… he… he…
Join menjadi like
Sementara sekarang ini, kata “like” ini semakin
populer. Hatta, kepopulerannya itu, setiap orang menggunakannya. Baik itu anak
SD yang cuma baru tau apa arti malu. Remaja mengalami gejolak cinta menggelora
dalam dirinya. Dewasa mencari-cari potensi diri dan berkarir. Bahkan sampai
orang tua yang mengenang masa lalu. Sungguh kata like ini sangat dekat dengan
kita.
“Like” yang saya maksud adalah, ikon like pada
facebook. Entah itu status, catatan, video, event, dan fans page. Berbicara
fans page, dulunya menggunakan istilah join. Kalau Anda yang menyetel facebook
berformat bahasa indonesia, maka tertulis gabung. Dan menariknya, bahasa terjemahan
untuk ajakan pada sebuah fans page,
sangat-sangat unik. Coba Anda kenang kembali sejenak contoh kalimatnya “Rahmadsyah mengajak Anda menjadi
penggemarnya”.
Gara-gara ini sampai seorang teman menulis status di
wallnya. “Memang edan anak muda jaman sekarang. Mengundang aku menjadi
penggemarnya. Artis pujaanku saja, tidak mengajakku menjadi penggemarnya, eh dia
entah siapa, mengajakku menjadi bagian penggemarnya”.
Like berubah arti
Nah, entah kenapa, khusus untuk halaman pengemar, pengelola
facebook mengganti kata join menjadi like. Mungkin dari segi arti lebih nyaman
like=suka, bila dibandingkan join=gabung. Karena, sangat-sangat rancu,
menggemari seseorang, tapi menyatakan diri gabung. Sementara like=suka,
rasa-rasanya lebih logis.
Dan, bila kita membahas tentang like di facebook. Persisnya yang saya maksud di sini, perilaku
seseorang mengelike (tekan ikon like). Sekarang ini sepertinya bukan lagi
karena sesuai makna terkandung di sana—like=suka. Akan tetapi, beragam makna
terasosiasikan dengan tombol like tersebut. Meskipun, memang, beberapa menekan
like karena unsur suka—terhadap status, event, atau catatan.
Bersambung ke 4 Alasan Ngelike di Facebook 2
Ciganjur, Sabtu, 21 April 2012
Bagikan