Sabtu, 19 Mei 2012

4 Alasan Seseorang Ngelike di Facebook 1


Selalu ada niat baik, di balik sebuah perilaku. 

#NLP Presuposisi 

Saksi semanggi

Saya merupakan generasi pergeseran rezim orde baru ke reformasi. Sampai saat ini—pikiran saya masih bisa mengingat dengan jelas—saat teman saya membuat puisi tugas latihan pelajaran bahasa indonesia. Judul puisinya “Saksi Semanggi”. Puisi tersebut berisi tentang perjuangan para reformer—melakukan transformasi untuk bangsa ini. Bukan hanya uang, tenaga, tapi juga nyawa mereka persembahkan.

Berbicara mengenai rezim orde baru, tentu banyak hal terkenang bagi Anda. Sementara saya sendiri, saat itu masih beraktifitas sebagai pelajar tingkat pertama. Dan, program yang erat bagi saya—program wajib belajar 9 tahun. Kalau sekarang bertambah menjadi—wajib belajar 12 tahun. Penyebutan tingakatan kelas saja, tidak ada lagi 1,2 atau 3. Tetapi, kelas 1 sampai kelas 12.  

Like and Dislike

Nah, sesuai dengan subjudul paragraf ini—“like and dislike”—Apakah Anda masih ingat pelajaran bahasa ingris kelas satu tingkat pertama dahulu? Materi yang saya maksud persisnya pola kalimat like and dislike. Yakni, pola bahasa ingris dalam konteks mengungkapkan suka dan tidak suka. 

For example—kata yang sering saya baca di buku manual—I like teaching very much. I don’t like cheating at examination. I dislike wasting time. Etc. Saya tidak ingat lagi, apa persisnya perbedaan like and dislike tersebut. Dalam hal apa biasa dipakai kata dislike? Dan pada konteks apa menggunakan like? Karena bagi saya, yang terpeting saat berbicara bahasa ingris adalah, Anda memahami apa yang saya katakan. Kalau tidak faham, itu sudah menjadi urusan Anda. He… he… he…

Join menjadi like

Sementara sekarang ini, kata “like” ini semakin populer. Hatta, kepopulerannya itu, setiap orang menggunakannya. Baik itu anak SD yang cuma baru tau apa arti malu. Remaja mengalami gejolak cinta menggelora dalam dirinya. Dewasa mencari-cari potensi diri dan berkarir. Bahkan sampai orang tua yang mengenang masa lalu. Sungguh kata like ini sangat dekat dengan kita.

“Like” yang saya maksud adalah, ikon like pada facebook. Entah itu status, catatan, video, event, dan fans page. Berbicara fans page, dulunya menggunakan istilah join. Kalau Anda yang menyetel facebook berformat bahasa indonesia, maka tertulis gabung. Dan menariknya, bahasa terjemahan untuk ajakan pada sebuah fans page, sangat-sangat unik. Coba Anda kenang kembali sejenak contoh kalimatnya “Rahmadsyah mengajak Anda menjadi penggemarnya”.

Gara-gara ini sampai seorang teman menulis status di wallnya. “Memang edan anak muda jaman sekarang. Mengundang aku menjadi penggemarnya. Artis pujaanku saja, tidak mengajakku menjadi penggemarnya, eh dia entah siapa, mengajakku menjadi bagian penggemarnya”.

Like berubah arti

Nah, entah kenapa, khusus untuk halaman pengemar, pengelola facebook mengganti kata join menjadi like. Mungkin dari segi arti lebih nyaman like=suka, bila dibandingkan join=gabung. Karena, sangat-sangat rancu, menggemari seseorang, tapi menyatakan diri gabung. Sementara like=suka, rasa-rasanya lebih logis.

Dan, bila kita membahas tentang like di facebook. Persisnya yang saya maksud di sini, perilaku seseorang mengelike (tekan ikon like). Sekarang ini sepertinya bukan lagi karena sesuai makna terkandung di sana—like=suka. Akan tetapi, beragam makna terasosiasikan dengan tombol like tersebut. Meskipun, memang, beberapa menekan like karena unsur suka—terhadap status, event, atau catatan.

Bersambung ke 4 Alasan Ngelike di Facebook 2

Ciganjur, Sabtu, 21 April 2012 
Bagikan