Setiap hari menggenapi perjalanan usia, hingga bertemu
dengan kelahiranku kembali. Bukan kado apa yang kudapatkan, menjadi
pertanyaanku. Akan tetapi sebuah renungan. Apakah hidup lebih baik dari
kemarin?
#Kontemplasi
Alarm
pagi
“dor…dor…dor… tufffh…brutttfph… dummmm”
Suara dering alarm HPku. Bunyinya seperti rentetan senjata dan bom meledak. Tak
ubah sedang terjadi perang. Seperti suara sahut menyahut Ak 47 dengan M 16 dan
SS 1 milik TNI dengan GAM. Perang kedua tentara ini, pernah saya nikmati saat
saya berusia 15 tahun. Saat itu masih kelas 1 SMA. Tanpa ada jeda, perang
berlangsung selama 1 jam.
Bunyi alarm
ini, membuat kedua mata terbuka secara paksa. Dan gelombang kesadaranku, secara
dratis berubah arah. dari theta
menuju ke alpha dan beta. Saya mengambil HP di atas meja
antara tumpukan buku. Kemudian menekan tombol stop di sisi kiri, untuk mengakhiri suara gemuruh itu.
Lalu, saya
duduk sejenak untuk mengumpulkan seluruh kesadaran saya. Kalau orang Aceh
bilang, sedang melakukan ritual pemanggilan nyawa. Selang satu menit, saya
melihat ke dinding. Saya menatap jam Seiko berwarna putih. Arah jarum jam yang
pendek, berposisi antara angka 4 dan 5. Tepat di tengah-tengah keduanya.
Sementara penunjuk lebih panjang, persis menunjuk pada angka 6.
Lalu saya
melihat ke sisi sebelah kanan. Saya memperhatikan istri sedang tertidur pulas. Dengan
posisi berbaring ke arah kiri. Lengan kirinya merangkul putri kami, juga sedang
tertidur lenyap bersama imanjinasinya.
Dalam posisi
masih duduk bersila, 10 menit kemudian saya mendengar suara azan dari corong
mushola belakang rumah. Meski belakang rumah posisinya, tetapi saya harus
memutar agar bisa tiba ke sana. Karena belakang rumah di padati rumah penduduk
lain. Kesesakannya, tidak menyisakan celah jalan setapak sedikit pun.
Hari ini terasa berbeda
Sungguh,
hari ini saya merasakan suasana yang berbeda. Padahal, ritual setelah bangun
dari alam mimpi, sudah sering saya lakukan. Namun, saat menatap wajah keaslian
istri dan betuk raut manusia tak berdosa bayi 3 bulan. Rasa syukur sepertinya
mengalir deras dalam setiap aliran darah saya. Apalagi saat menyadari nafas
masuk dan keluar. Semakin menguat tekanan kesyukuran itu.
Dengan penuh
kesigapan. Alhamdulillah, terlafazkan dari mulutku ini. Karena, hari ini, saya
masih Allah izinkan untuk mengisi sejarah dalam dunia ciptaannya. Bumi yang
dikhususkan untuk manusia dan makhluk lain.
Ulang tahun yang ke 27
Saya
bersyukur, hari ini usia saya telah menuntaskan perjalanan selama 27 tahun.
Artinya, sudah 9720 hari saya menikmati perputaran bumi mengelilingi matahari.
Dan esok, merupakan perjalanan baru memasuki rumah yang ke 28 tahun. Selain
itu, saya bersyukur, karena sampai saat ini banyak sekali karunia dan nikmat
yang tak mampu saya hitung satu persatu. Nikmat yang Allah amanahkan kepada
saya.
Istri yang
berkenan menemani, melewati, dan mengisi rumah tangga selama 1,5 tahun sudah
terlewati bersama. Amanah pelipur lara, berupa seorang putri yang catik jelita.
Karir semakin berkembang. Tubuh masih kuat dan sehat walafiat. Banyak bertambah
saudara di sana sini. Dan pengalaman-pengalaman berharga selama hari-hari sudah
saya tempuhi.
Alhamdulillah,
wasyukurulillah. Semua ini atas nikmat-Mu ya Allah.
Saya
mengucapkan terima kasih banyak kepada handai taulan, yang telah mengucapkan
selamat dan doa keberkahan bagi saya. Mohon membuka pintu maaf, atas segala
kesalahan di masa lalu. Baik dari tutur kata, maupun perilaku kurang berkenan.
Ciganjur,
Selasa, 22 Mei 2012
Bagikan