Rabu, 02 Mei 2012

Penghargaan Yang Tak Menghargai


Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian saling mencintai.
(HR al-Bukhari, al-Baihaqi, Abu Ya’la)

Saling memberi hadiah

Seperti telah kita ketahui bersama. Tatkala kita memberi hadiah kepada seseorang dengan penuh keikhlasan. Maka banyak peristiwa kebahagian terjadi dalam hidup kita. Di antaranya adalah bertumbuhnya cinta. Dan, kegiatan saling memberi hadiah, bisa menjadi tanda, betapa kuatnya sikap saling menghargai antar sesama. Seperti aktifitas saling tukar cokelat dan kado ultah.

Bayangkan—bila itu bisa kita lakukan—bukan hanya pada hari tertentu. Tetapi menjadi kebiasaan sehari-hari sesuai kemampuan. Betapa indahnya hidup ini, ya kan?

Meskipun seperti itu, saya sangat memaklumi. Dalam belahan dunia ini. Entah di mana persisnya keberadaannya? Tentu ada orang-orang yang senantiasa selalu, mengisi hidupnya dengan memberi, memberi dan memberi. Mungkin itu dekat dengan rumah saya tempati. Desa saya tinggal. Kecamatan. Kabupaten. Provinsi. Negara. Bahkan mungkin belahan benua. Hal yang pasti terjadi, ada pribadi-pribadi seperti itu. Tentu Anda setuju dengan sayakan?

Training Ease Your Nervouse

Sementara itu, pada pertengahan Desember 2011 yang lalu. Saya mempunyai kesempatan mengisi training tentang Ease Your Nervouse di Hotel IBIS Slipi—merupakan cakupan pembahasan  di public speaking I. Kegiatan ini, telah menjadi agenda rutin dari Tanthowi Yahya Public Speaking School. Saya salah satu asociate trainer di sana. Pada kesempatan itu, saya mengajar pada sesi kedua dan ketiga.

Pada saat sesi break siang, jam 12.00 – 13.00. Saya memutuskan mengisi perut saya terlebih dahulu dengan hidangan makanan yang tersedia di ruang khusus (restoran) di Hotel tersebut. Setelah memastikan perut saya kenyang. Kemudian saya turun ke basemen untuk melaksanakan shalat dhuhur.

Pengalaman bermakna

Nah, di musholla kecil lantai basement ini. Sambil membuka sepatu, dan kaos kaki. Saya mendengar percakapan yang sangat bermakna bagi saya. Tentang, menghargai dengan penghargaan bernilai. Bukan sebaliknya—seperti pada judul catatan ini—penghargaan yang tak menghargai.

Apa sebenarnya pembicaraan itu, sehingga sangat bermakna bagi saya? Bila saya menyampaikan kepada Anda. Saya tidak tau apakah itu bermakna dan bernilai bagi Anda? Tapi, bagi saya sungguh sangat-sangat bernilai.

Ceritanya, ada seorang pegawai sebuah perusahaan (saya tidak tau mereka bekerja di mana?) sedang duduk merehatkan tubuhnya di dalam ruang shalat. Dia menyapa temannya menggunakan kata-kata ungkapan “Selamat ya atas penghargaan karyawan terbaik”.

Akan tetapi, teman yang disapa merespon dengan nada sinis “Penghargaan apaan, managemen gak niat menghargai”. Ucapnya. Lalu si pegawai melanjutkan bertanya “Maksudmu?” dengan penuh tanda tanya. Alis dan dahinya agak mengerut.

Penghargai yang tak bernilai

“Iya, managemen gak niat. Memang aku akui kalau hadiahnya lumayan berharga bagiku, tiket pesawat garuda PP ke tujuan kampung halaman. Akan tetapi, masa berlakunya tinggal 6 hari lagi. Kalau tidak aku gunakan, tiket tersebut hangus. Bayangkan saja, kapan aku mengurus cuti dan menggunakan tiket tesebut? Managemen menganggap itu sangat bernilai sekali. Tapi, gak niat kalau begini namanya”. Karyawan yang mendapat hadiah menjelaskan kepadanya.

Saya merasa sangat bersyukur sekali mendengar perbincangan dua karyawan tersebut. Sebab itu pembelajaran hidup yang amat berharga. Yakni tentang cara menghargai orang lain dengan penghargaan sebenarnya. Hal ini membikin saya teringat dengan kalam ilahi yang maknanya.

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”
(Q.s. Ali Imran [3]: 92)

Selesai shalat, saya kembali ke ruang pelatihan. Dan melanjutkan materi sesi praktek mengatasi rasa cemas saat berbicara di depan umum. Alhamdulillah, dengan cara-cara terapi sederhana perserta mampu mengenlola kecemasannya. Sehingga, membuat mereka bisa tampil penuh percaya diri.

Ciganjur, 28 Maret 2012
Bagikan