Kamis, 24 Mei 2012

Hiduplah Saat Ini; Cara Menerima Masa Lalu Dengan Suka Cita


Jangan pernah larut dengan masa lalu. Karena hari ini sudah berbeda dengan dulu.

#Naruto

Naruto movie

Tadi pagi, 6 April 2012, saya menyaksikan film kesayangan saya—Naruto di Global TV. Film kartun yang tak pernah usai ceritanya. Film ini tidak pernah tamat kisahnya, bukan karena ceritanya yang terus berlanjut. Tapi, Global TV memutarnya berulang-ulang dari episode 1. Seingat saya—sudah tiga kali dari episode pertama hingga shipunden—saya saksikan di chanel tersebut.

Ada hal berkesan bagi saya pada film ini, sehingga, saya mau merekamnya dalam catatan ini. Yaitu, perkataan Naruto kepada Kurunei. Salah seorang murid Oricimaru. Kurunei mempunyai misi untuk membunuh seluruh masyarakat desa. Dia melakukan itu, agar mendapat pengakuan dari Oricimaru. Akan tetapi, setelah 10 tahun kejadian itu berlalu. Kurunei masih saja teringat dengan aksi keganasannya. 

Lalu, Naruto meneguhkan hati Kurunei “Jangan pernah larut dengan masa lalu. Karena hari ini sudah berbeda dengan dulu”. Kalimat sederhana, tetapi mengandung makna dahsyat. 

Buka lembaran baru

Demikian pula dalam kehidupan kita saat ini. Sudah pasti, siapa pun yang masih bernyawa hingga detik ini. Dia mempunyai masa lalu. Entah itu menyenangkan atau menyeramkan. Akan tetapi, masa silam yang suram. Atau zaman dulu yang nan gemilang. Itu semua maha karya pikiran kita sendiri. Pikiran kita telah menciptakan makna dan rasa sendiri, terhadap kejadian itu.

Oleh karena itu, bagi Anda yang mempunyai peristiwa kurang menyenangkan di masa lampau. Segeralah mendesain ulang sikap Anda terhadap peristiwa itu. Karena, bila terus melekat dengan pikiran yang kurang memberdayakan Anda. Bisa mengakibatkan bencana dalam kehidupan Anda saat ini. 

Aid Alqarni mencerahkan dengan kata-katanya yang menawan “Mengapa engkau masih berduka dengan jeruk asam kemarin. Padahal hari ini engkau telah memakan jeruk manis?” Sungguh sangat indah bukan? Demikianlah perumpamaan bagi mereka masih hidup dengan masa lalu. Oleh karena itu, mari kita syukuri dan nikmati hidup yang sekarang.

Hati-hati

Harap mewaspadai diri Anda. Menjalani hidup yang sekarang, bukan saja karena kehidupan dulu kurang menyenangkan. Akan tetapi, juga untuk masa-masa keemasan kita. Contohnya seperti ini. Saya mempunyai seorang teman bekerja di perusahaan negara (BUMN). Teman saya sangat menikmati pekerjaannya. Karena sesuai dengan passionnya. 

Hal yang menguatkan keenjoyannya, lantaran atasannya (manager) menganut konsep—yang penting pekerjaannya beres—bukan kehadiran. Maksud saya, bila ada projek, bosnya ini tidak mempersoalkan keberadaan teamnya. Akan tetapi yang terpenting, tugas selesai sesuai waktu yang telah terjadwal. Dia sangat suka model kerja seperti ini. 

Akan tetapi, dua bulan yang lalu, terjadi ritme kerja berbeda di divisinya. Karena, sang manager dipercayakan menjadi asisten direksi. Sehingga, posisi manager di ganti dengan orang baru. Tentunya, gaya kerja juga berbeda. Ya, ibarat kita naik taksi. Mobilnya boleh sama, tapi beda sopir, beda kenyamanannya. Demikian juga dengan rutinitasnya di kantor.

Bosnya yang baru ini, selain mengharapkan hasil. Juga mensyaratkan, semua team harus berada di kantor. Baik saat mengerjakan suatu projek, atau tidak. Model kerja seperti ini, tidak sesuai dengan gaya teman saya. Sampai suatu hari, dia curhat ke temannya—yang mempunyai posisi tinggi di tempat kerjanya—tetapi beda divisi. 

Curhat sang teman

Aku mulai tidak nyaman, dengan gaya kerja atasan yang baru”. Ungkapnya sambil geleng-geleng kepala. Terus temannya bertanya “Apa yang mendasari kamu seperti itu?”. “Itu, bossku yang sekarang, menuntut keberadaanku agar selalu ada di kantor. Beda dengan yang dulu. Aku ada di kantor atau tidak. Paling penting, tugasnya selesai. Aku lebih nyaman seperti itu. Karena terkadang ilham tidak pernah tau kapan datangnya”. Ungkap teman saya.

Lalu temannya bertanya “Kamu tidak nyaman karena gaya kerja atasanmu, atau tidak bisa menerima keadaanmu yang sekarang?”. Dia mengerutkan dahi “Maksudnya?”. 

Tadi kamu bilang, gaya kerja bosmu yang saat ini kurang cocok denganmu, karena berbeda dengan manager yang lama. Artinya, kamu sedang melakukan perbandingan dulu dengan sekarang. Itu menandakan juga, kamu masih hidup dengan masa lalumu. Makanya kamu tidak nyaman menjalani hidupmu yang sekarang. Dan itu, sekaligus mengartikan, kamu belum bisa menerima hari-harimu saat ini”. Temannya memprovokasi pikirannya.

Mendengar provokasi temannya, dia merenung dan memikirkan dalam-dalam maksud kalimat itu. “Iya-iya, ini bukan persoalan bossnya. Tetapi ini tentang caraku menyikapi kehidupanku sekarang. Aku masih terbawa dengan kenyamananku di masa lalu”. Dia berbicara kepada dirinya sendiri. Setelah menyadari inti masalahnya, diapun kini menjalani rutinitas kerjanya, seperti sediakala.

Hiduplah saat ini

Oleh karena itu, mari kita nikmati hari ini seratus persen. Mari kita mensyukuri apa yang telah terjadi di masa lalu. Karena yang sudah lewat adalah anugerah yang tak pernah dapat kita tarik kembali. Sementara hari ini, adalah hadiah terindah juga dari sang pencipta. Ayo kita isi secerah mentari pagi. Hindari mengotorinya dengan kenangan menyeramkan di masa silam. Juga, jauhi menyelimutinya dengan nostalgia menggembirakan. Hiduplah saat ini. Seperti kata Naruto, “Jangan pernah larut dengan masa lalu. Karena hari ini sudah berbeda dengan dulu

Ciganjur, Jumaat, 6 Maret 2012
Bagikan