Jangan
pernah larut dengan masa lalu. Karena hari ini sudah berbeda dengan dulu.
#Naruto
Naruto movie
Tadi pagi, 6
April 2012, saya menyaksikan film kesayangan saya—Naruto di Global TV. Film
kartun yang tak pernah usai ceritanya. Film ini tidak pernah tamat kisahnya,
bukan karena ceritanya yang terus berlanjut. Tapi, Global TV memutarnya
berulang-ulang dari episode 1. Seingat saya—sudah tiga kali dari episode
pertama hingga shipunden—saya saksikan di chanel tersebut.
Ada hal
berkesan bagi saya pada film ini, sehingga, saya mau merekamnya dalam catatan
ini. Yaitu, perkataan Naruto kepada Kurunei. Salah seorang murid Oricimaru.
Kurunei mempunyai misi untuk membunuh seluruh masyarakat desa. Dia melakukan
itu, agar mendapat pengakuan dari Oricimaru. Akan tetapi, setelah 10 tahun
kejadian itu berlalu. Kurunei masih saja teringat dengan aksi keganasannya.
Lalu, Naruto
meneguhkan hati Kurunei “Jangan pernah
larut dengan masa lalu. Karena hari ini sudah berbeda dengan dulu”. Kalimat
sederhana, tetapi mengandung makna dahsyat.
Buka lembaran baru
Demikian
pula dalam kehidupan kita saat ini. Sudah pasti, siapa pun yang masih bernyawa
hingga detik ini. Dia mempunyai masa lalu. Entah itu menyenangkan atau menyeramkan.
Akan tetapi, masa silam yang suram. Atau zaman dulu yang nan gemilang. Itu
semua maha karya pikiran kita sendiri. Pikiran kita telah menciptakan makna dan
rasa sendiri, terhadap kejadian itu.
Oleh karena
itu, bagi Anda yang mempunyai peristiwa kurang menyenangkan di masa lampau.
Segeralah mendesain ulang sikap Anda terhadap peristiwa itu. Karena, bila terus
melekat dengan pikiran yang kurang memberdayakan Anda. Bisa mengakibatkan
bencana dalam kehidupan Anda saat ini.
Aid Alqarni
mencerahkan dengan kata-katanya yang menawan “Mengapa engkau masih berduka
dengan jeruk asam kemarin. Padahal hari ini engkau telah memakan jeruk manis?”
Sungguh sangat indah bukan? Demikianlah perumpamaan bagi mereka masih hidup
dengan masa lalu. Oleh karena itu, mari kita syukuri dan nikmati hidup yang
sekarang.
Hati-hati
Harap
mewaspadai diri Anda. Menjalani hidup yang sekarang, bukan saja karena kehidupan
dulu kurang menyenangkan. Akan tetapi, juga untuk masa-masa keemasan kita.
Contohnya seperti ini. Saya mempunyai seorang teman bekerja di perusahaan
negara (BUMN). Teman saya sangat menikmati pekerjaannya. Karena sesuai dengan
passionnya.
Hal yang
menguatkan keenjoyannya, lantaran atasannya (manager) menganut konsep—yang
penting pekerjaannya beres—bukan kehadiran. Maksud saya, bila ada projek,
bosnya ini tidak mempersoalkan keberadaan teamnya. Akan tetapi yang terpenting,
tugas selesai sesuai waktu yang telah terjadwal. Dia sangat suka model kerja
seperti ini.
Akan tetapi,
dua bulan yang lalu, terjadi ritme kerja berbeda di divisinya. Karena, sang
manager dipercayakan menjadi asisten direksi. Sehingga, posisi manager di ganti
dengan orang baru. Tentunya, gaya kerja juga berbeda. Ya, ibarat kita naik
taksi. Mobilnya boleh sama, tapi beda sopir, beda kenyamanannya. Demikian juga
dengan rutinitasnya di kantor.
Bosnya yang
baru ini, selain mengharapkan hasil. Juga mensyaratkan, semua team harus berada
di kantor. Baik saat mengerjakan suatu projek, atau tidak. Model kerja seperti ini,
tidak sesuai dengan gaya teman saya. Sampai suatu hari, dia curhat ke temannya—yang
mempunyai posisi tinggi di tempat kerjanya—tetapi beda divisi.
Curhat sang teman
“Aku mulai tidak nyaman, dengan gaya kerja
atasan yang baru”. Ungkapnya sambil geleng-geleng kepala. Terus temannya
bertanya “Apa yang mendasari kamu seperti
itu?”. “Itu, bossku yang sekarang,
menuntut keberadaanku agar selalu ada di kantor. Beda dengan yang dulu. Aku ada
di kantor atau tidak. Paling penting, tugasnya selesai. Aku lebih nyaman
seperti itu. Karena terkadang ilham tidak pernah tau kapan datangnya”.
Ungkap teman saya.
Lalu
temannya bertanya “Kamu tidak nyaman
karena gaya kerja atasanmu, atau tidak bisa menerima keadaanmu yang sekarang?”.
Dia mengerutkan dahi “Maksudnya?”.
“Tadi kamu bilang, gaya kerja bosmu yang saat
ini kurang cocok denganmu, karena berbeda dengan manager yang lama. Artinya,
kamu sedang melakukan perbandingan dulu dengan sekarang. Itu menandakan juga,
kamu masih hidup dengan masa lalumu. Makanya kamu tidak nyaman menjalani
hidupmu yang sekarang. Dan itu, sekaligus mengartikan, kamu belum bisa menerima
hari-harimu saat ini”. Temannya memprovokasi pikirannya.
Mendengar
provokasi temannya, dia merenung dan memikirkan dalam-dalam maksud kalimat itu.
“Iya-iya, ini bukan persoalan bossnya.
Tetapi ini tentang caraku menyikapi kehidupanku sekarang. Aku masih terbawa
dengan kenyamananku di masa lalu”. Dia berbicara kepada dirinya sendiri.
Setelah menyadari inti masalahnya, diapun kini menjalani rutinitas kerjanya,
seperti sediakala.
Hiduplah saat ini
Oleh karena
itu, mari kita nikmati hari ini seratus persen. Mari kita mensyukuri apa yang
telah terjadi di masa lalu. Karena yang sudah lewat adalah anugerah yang tak
pernah dapat kita tarik kembali. Sementara hari ini, adalah hadiah terindah
juga dari sang pencipta. Ayo kita isi secerah mentari pagi. Hindari mengotorinya
dengan kenangan menyeramkan di masa silam. Juga, jauhi menyelimutinya dengan
nostalgia menggembirakan. Hiduplah saat ini. Seperti kata Naruto, “Jangan pernah larut dengan masa lalu. Karena
hari ini sudah berbeda dengan dulu”
Ciganjur,
Jumaat, 6 Maret 2012
Bagikan