Senin, 07 Mei 2012

Niat Tulus Saja Sudah Cukup


Ikhlas + Ridha = Keberkahan.
Dikdoank

Fokus Pagi Indosiar

Hari kamis yang lalu. Saya menyaksikan fokus pagi di Indosiar. Topik pembahasan pada hari itu tentang pendidikan. Dengan narasumber Dikdoank. Mungkin Anda bertanya-tanya bagaimana bisa Dikdoank berbicara mengenai pendidikan? Sementara Anda lebih akrab mengenalnya sebagai musisi? Iya Anda benar dalam hal ini.

Akan tetapi, patut kita sadari bersama. Selain musisi, Dikdoank adalah pemerhati pendidikan anak. Dia pencetus sekolah alam di Ciputat—Kandank Jurank Doank. Memang ini bukan sekolah formal. Akan tetapi, di tempat ini, anak-anak akan berlatih mengenal potensi dalam dirinya. Lewat proses bermain, dan mengolah rasa. Dikdoank mendirikan tempat itu—diselimuti cita-cita—agar generasi indonesia menjadi generasi pencipta, bukan penjiplak.

Dari program ini, ada hal menarik bagi saya. Tatkala Host fokus pagi bertanya “Apa saja kendala yang dihadapi selama proses mengembangkan sekolah ini?” Jawaban Dikdoank benar-benar menjadi hikmah kehidupan bagi saya. Semakin melengkapi, bagaikan stir, spion, mesin, roda pada mobil. 

Kekeliruan saya pertama-tama merintis adalah mengharapkan bantuan dari orang lain. Dan karena itu keraguan sempat menjamui saya. Lalu saya memutuskan menjalankan terus. Dan saya mendapatkan pengalaman berharga. Pada akhirnya, semua menjadi berkah. Bila kita sudah ikhlas, tuhan meridhai, maka keberkahan hasilnya”.

Gelisah

Selain hikmah kehidupan. Kata-kata Dikdoank, bagaikan jawaban langsung kauniah dari Allah dari pertanyaan saya. Tepatnya dari kegelisahan yang saya alami. Apa yang saya hiraukan? 

Permulaan April hingga menggenapi minggu ke-dua bulan ini. Ada rasa semacam orang gelisah, haru, dan prihatin dalam diri saya. Rasa itu seperti ada yang berdenyut pilu di area jantung. Lalu saya bertanya kepada diri saya sendiri (saya menyebutnya sang bijak). “Apa maksudnya ini?”.

Kemudian ada suara dalam diri saya “Ayo berbagi…berbagi…terus berbagi”. Saya langsung menangkap signal yang dimaksud oleh suara tersebut. Berbagi di sini adalah menyebarkan ilmu yang telah saya ketahui dan sebagiannya telah saya amalkan. Selanjutnya suara itu bertanya kepada saya “Bagaimana kamu akan mempertanggung-jawabkan di hari pembalasan kelak, ketika Allah bertanya tentang ilmumu?”. 

Pertanyaan ini semakin menambah pengalaman batin. Pertama-tama saya diamkan rasa itu. Tapi, kian hari kian bergejolak. Akhirnya saya putuskan berbagi pengalaman batin kepada dua orang. Pertama pembimbing spritual saya. Dan kedua pembimbing karir dan bisnis. Masukan-masukan dari beliau berdua, mengunjungkan pemikiran saya pada sebuah tindakan nyata. Suatu aktifitas kecil, namun nyata. 

Niat tulus saja

Lalu, sayapun memutuskan hal-hal yang akan saya kerjakan. Saya menyampaikan niat saya, untuk menjalankan seperti anjuran beliau berdua. Hal ini saya lakukan, karena sudah menjadi tradisi di perguruan (baca pondok pesantren). Setiap mengerjakan sesuatu misi dalam hidup, memohon doa, restu, dan dukungan dari guru.

Sungguh luar biasa, dua hari kemudian. Tepatnya setelah saya azamkan (baca; benar-benar mau menjalankan). Ada seorang adik kelas di kampus STEI TAzkia, sebut saja namanya Khaidir. Dia mengirim sms, intinya, dia berharap—agar saya mau mengajarkan NLP yang saya kuasai kepadanya—dari pilihan kata smsnya, dia semangat untuk mempelajari. Sayapun langsung menyetujui.

Seketika itu juga, saya memjamkan mata. Saya menghening sambil bersyukur “Ya Allah, doaku langsung Engkau jawab. Ridhai hamba menjalankan misi ini”.

Ciganjur, Senin, 9 April 2012
Bagikan