Apakah
hidupku sudah bermakna?
#Kontemplasi
Seminar motivasi
Sabtu, 5 Mei
2012. Jam 06.30 saya sudah bergegas berangkat menuju Bekasi barat. Seperti
lazimnya. Saya melaksanakan ritual—sebelum meninggalkan rumah berangkat bermain, (istilah saya untuk bekerja)—saya mencium kening istri dan memeluknya. Semenjak
putri pertama kami lahir, keningnyapun, menjadi tempat pendaratan hidung saya.
Saya
berangkat ke Bekasi Barat—dalam rangka memenuhi undangan menjadi pembicara
motivasi di kampus Universitas Bhayangkara Bekasi. Kesempatan ini datang berkat
perkenalan saya dengan seorang wanita luar biasa di facebook—bunda Tatie
Marmono. Beliau sudah lima tahun menjabat sebagai Dekan Fakultas Psikologi di
Universitas Bhayangkara.
Sebulan yang
lalu tepatnya permulaan April. Bunda Tatie menghubungi saya untuk mengajak
berbagi inspirasi bersama anak-anak didikan beliau—mahasiswa psikologi.
Langsung saja tanpa butuh pertimbangan panjang, saya menyatakan bersedia.
Selama waktunya cocok. Dan sehat masih membandan dengan saya. Syukur kepada
Allah. Jadwal seminarnya tanggal 5 Mei. Hari itu, saya belum punya agenda.
Maka, kami sepakati, sabtu 5 mei, seminar motivasi di Unibara.
Training
Need Analysis
Selain
memastikan jadwal—telah menjadi standart operational kerja saya—setiap menerima
undangan pelatihan. Saya akan mengecek empat hal. Pertama, Tema dan tujuan
kegiatan. Kedua, siapa pesertanya? Ketiga, berapa banyak jumlahnya? Dan
terakhir, berapa lama durasinya?
Dan untuk
seminar kepada mahasiswa Psikologi Unibhajaya. Bunda Tatie memberi wewenang
penuh kepada saya menentukan temanya. Maka, saya memutuskan mengangangkat tema
“Mengukir
Jejak Di Semesta”. Topik ini merupakan program baru dari tema-tema
pelatihan saya. Dan “Mengukir Jejak Di Semesta” adalah
pengalaman hidup yang telah saya lewati. Di mana peristiwa itu saya rangkum
berupa formula, sehingga menjadi langkah-langkah praktis menyadari diri.
Saya sering
menjelaskan kepada klient yang menggunakan jasa saya—bahwa tujuan pelatihan
ini—harapannya terbangun kesadaran dalam diri peserta. Kesadaran yang saya maksud—menyadari
visi hidup—sehingga, tercipta internal motivation dalam diri seperta. Selain
menciptakan Visi, saya juga mengajak peserta untuk merangkai misi hidupnya,
agar Visi terwujud.
Apa
visi hidup Anda?
Seminar
mulai agak sedikit mundur dari jadwal, 09.30 yang seharusnya jam 09.00. Sebenarnya
bukan mundur. Tetapi lebih tepatnya tiga puluh menit pertama, terisi dengan
ritual dalam setiap aktifitas seminar. Kata sambutan dan lainnya. Peserta yang
hadir sebanyak 50 orang. Selain mahasiswa, juga ada dosen berkenan mengikuti
seminar ini.
Alhamdulillah,
seminar berjalan dengan baik. Meski, tidak 100% seperti harapan saya.
Yaitu—saya sangat mengharapkan—teman-teman mahasiswa menemukan Visi dan misi
hidupnya. Sayangnya hanya sedikit saja yang berhasil memutuskan visi dan
misinya. Hal ini wajar, jangankan mahasiswa. Tema yang sama pernah saya berikan
peserta yang telah berusia rata-rata 25 tahun ke atas sampai 45. Merekapun di
ruang kelas belum terpikirkan, apa Visi hidupnya?
Di akhir
sesi, saya menitip pesan kepada rekan-rekan mahasiswa. Teruslah menggali dan
bertanya kepada diri sendiri, apa maksud Tuhan mentakdirkan kita hidup di dunia
ini? Dan terus mengevaluasi dengan langkah-langkah telah dipraktekkan di kelas.
Karena, manfaat menemukan tujuan hidup (visi), sungguh-sungguh membuat kita
menjalani hidup dengan penuh makna. Karena itulah yang saya alami.
Jam 12.00
pelatihan selesai. Dan setelah MC menutup acara, ada sesi foto bersama. Mohon
maaf belum dapat saya sajikan kepada Anda, foto-foto kegiatan kemarin.