Selasa, 08 Mei 2012

Inilah Tips Agar Gemar Membaca


“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”
(QS Al-‘Alaq ; ayat 1)

The Art of Reading

Dua hari yang lalu, saya jalan-jalan ke tempat wisata pikiran (baca toko buku). Saya melihat beberapa petugas menggenakan baju kaos berwarna hitam. Di dada mereka terkutip kata-kata seirama dengan judul buku, “The Art of Reading”. Hal yang menggelitik saya, subjudul buku itu sangat provokatif. “Mengapa 90% buku yang dibeli tidak habis dibaca?”. 

Tema (subjudul) ini, entah penelitian nyata atau hanya majas semata. Akan tetapi, seorang penulis buku menyampaikan kepada saya. Buku karya beliau termasuk buku yang habis dibaca oleh kebanyak pembeli. Karena, biasanya, perilaku pembeli hanya membaca bab satu dua saja. Dan bab terakhir (baca; mulai membaca dari belakang).

Buku ramah otak

Saya mencoba memahami, apa yang menyebabkan saya sendiri malas membaca buku sampai habis? Rupanya, alasan saya tidak menyelesaikan sampai tuntas buku yang saya beli karena, saya hanya mau membaca yang ada hubungan spesial—secara personal—dengan diri saya. Atau yang saya sebut—bermakna. Dan saya yakin, Anda memiliki pengalaman  pribadi masing-masing. 

Semetara itu, menurut para ahli pendidikan anak. Penyebab utama anak-anak di kelas 4 mulai malas membaca buku paket mata pelajaran karena, buku-buku tersebut tidak ramah otak. Maksudnya, model tataletak (Layout) buku, hanya menstimulus “mesin” logikanya saja. Sementara “mesin” kreatifitas, gambar, emosi, dan warna—cuma 10% dari keseluruhan buku tersebut. Akibatnya, “mesin” cepat lelah, akhirnya mati (baca; tidur).

Namun coba perhatikan, apa yang menyebakan anak-anak bisa mengkhatamkan komiknya berjilid-jilid dalam hitungan minggu bahkan hari? Jawabannya Anda dan saya sudah barang tentu tau. Komik tercipta sangat-sangat ramah otak. Begitu juga dengan buku-buku yang menyeimbangkan keseluruhan kinerja otak. Pasti habis dibaca. Meski waktunya lama.

Mengikat Makna

Demikian halnya dengan ulasan Pak Hernowo dalam buku “Mengikat Makna Update”. Dalam buku inspirational ini—(saya menyebutnya inspirational, karena gara-gara buku ini saya kecanduan menulis. Saya sangat merekomendasi Anda membacanya perlahan-lahan)—Pak Hernowo Hernowo menihilkan proses mengikat makna tanpa membaca. Karena, antara membaca dan menulis, dua hal yang tak terpisahkan. Saling menstimulus satu sama lain. Seperti peluru dan pistol FN9.

Bahkan, pak Hernowo melampirkan kisah seorang gadis yang kehilangan minat membacanya. Sebut saja namanya Intan. Padahal, dia pertama-tama sangat rajin sekali membaca buku. Tidak hanya buku pelajaran sekolah, tetapi juga buku lain sesuai kegemarannya. Namun, perjalanan waktu. Intan mulai merasa ketiadaan makna dalam aktifitas membaca tersebut. Sampai akhirnya dia menjarangkan diri membaca—kecuali terpaksa. Seperti desakan ujian.

Penulis buku produktif ini (Hernowo) menjelaskan. Itulah pentingnya proses mengikat makna. Yaitu menulis apa yang telah kita baca. Dan membaca apa yang telah kita tulis. Kedua aktifitas ini memang sudah dijodohkan dari semenjak lahir. Maka, harus disatukan dalam ikatan suci pernikahan “memaca dan menulis” supaya bisa melahirkan “mengikat makna”.

Inspirasi menulis

Setelah saya membadankan apa yang Pak Her sampaikan. Memang tidak bisa terbantahkan, dan terbukti benar. Menulis semakin mudah setelah membaca. Dan membaca kian menggairahkan karena mau menuliskannya. 

Saya sering sekali, setiap membaca buku atau apapun. Biasanya sering muncul ide-ide briliant. Di mana ide-ide tersebut, hal yang bermanfaat bagi diri saya. Sayangnya itu terbuang begitu saja. Tidak hanya itu, buku-buku yang saya baca—kurang berbekas di memori, karena saya tidak mengikatnya.

Akan tetapi, bila setiap saya membaca satu paragraf sampai satu halaman—kemudian saya menuliskan hal yang saya anggap bermakna bagi saya dari bacaan tersebut—maka, cenderung ingatan saya merekam dengan kuat informasi tersebut. Karena, pada saat kita menulis, sebenarnya kita sedang merecall langsung apa yang sudah terekam. Sehingga terjadi pengulangan di sana. 

Ayo mengikat makna

Oleh karena itu. Agar apa yang Anda baca teringat selamanya. Dan Anda bisa menggairahkan diri untuk membaca. Mulai saat ini putuskan supaya selalu menuliskan atau menyampaikan walau hanya satu kalimat saja. Tentunya, hal tersebut yang Anda nilai bermakna bagi Anda. Pak Her mengartikan hal “bermakna” itu—sesuatu yang penting dan bernilai.

Saya sudah membuktikan, setelah mengamalkan ini perlahan-lahan. Lama-kelamaan, menbaca menjadi sesuatu aktifitas tidak boleh saya tinggalkan seperti shalat fardhu.

Ciganjur, Senin, 9 April 2012
Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist I 270fe9b7
Bagikan