Tugasmu
hanya menyelesaikan apa yang telah kamu inginkan.
#Nasehat Sang Guru
Mengapa malas menulis?
Hapir dua
minggu lebih. Tepatnya dari semenjak tanggal 9 maret 2012 yang lalu. Saya
menelisik di folder ruang private catatan saya—tanpa ada tambahan stok terbaru
di sana.
Folder ruang private ini merupakan tempat saya menyetok tulisan-tulisan yang saya tulis tanpa memikirkan salah atau benar. Baik itu eyd, atau susunan dan pilihan katanya. Intinya, menulis bebas—lepas dari beban. Terpenting adalah, semua ide dalam pikiran saya, saya dapat menuangkan ke dalam lembaran putih bersih seukuran A4.
Folder ruang private ini merupakan tempat saya menyetok tulisan-tulisan yang saya tulis tanpa memikirkan salah atau benar. Baik itu eyd, atau susunan dan pilihan katanya. Intinya, menulis bebas—lepas dari beban. Terpenting adalah, semua ide dalam pikiran saya, saya dapat menuangkan ke dalam lembaran putih bersih seukuran A4.
Saya
berusaha mengamati sesuatu yang terjadi pada diri saya. Apa faktor penghambat
ini?
Padahal, 14
hari sudah berlalu, banyak peristiwa bermakna telah saya jalani. Biasanya, setiap
mengalami suatu peristiwa—baik secara langsung (pengalaman fisik), mendengar
atau membacanya. Saya langsung mengikatnya (baca; menulis). Tidak peduli itu
panjang atau pendek. Apalagi memperdulikan omongan orang lain.
Kemudian,
saya hening sejenak menenangkan diri. Seperti biasanya saya lakukan dan
ceritakan di blog ini. Saya duduk sambil bersila dan memejamkan mata saya. Saya
menyadari setiap nafas masuk dan keluar. Perlahan-lahan pergejolakan jiwa dalam
diri, mulai terasa semakin jelas. Sampai beberapa saat kemudian—Saya menyadari
faktor utama kemalasan saya melakukan kegiatan mengikat makna.
Konsep
baru buku The Tsunami Effect
Ternyata,
itu akibat kemarahan dan kekecewaan pada diri saya. Pasalnya, pada Jumaat 9
maret saya bertemu dengan pihak penerbit yang mengerjakan proyek buku pardana
saya. (InsyAllah terbit pertengahan bulan mei). Pada pertemuan tersebut, kami
membicarakan progress buku. Saya berharap petemuan itu menjadi tatap muka—berita
gembira untuk saya.
Akan tetapi,
rupanya pihak penerbit menemukan ide baru—konsep yang lebih menjual menurut
mereka. Oleh sebab itu, saya harus membuat tulisan tambahan. Meskipun tidak
merombak keseluruhan isi buku. Tetapi, tambahan ini tidak sreg bagi saya.
Sebab, berbeda dengan konsep saya rencanakan.
Selain itu,
menurut saya. Penambahan ide, mau tidak mau harus merombak beberapa kata pada
tiap bab. Supaya ada kaitan antara satu dengan yang lain. Dan itu, membutuhkan
waktu lagi untuk merenovasinya. Namun, penerbit memberi tawaran. Berupa
kerjasama menjalankan proyek ini. Yaitu, saya menuliskan tambahan bab satu dan
dua. Sementara pengait dengan bab-bab selanjutnya—mereka sendiri yang akan
merangkainya.
Antara
skripsi & menulis buku
Tidak saya
duga. Rupanya, projek perombakan ini membuat saya hilang gairah menuliskan bab
satu dan dua. Bahkan, berimbas kepada aktifitas menulis kegiatan bermakna bagi
saya. Setelah saya menyadari akar masalahnya. Lalu saya mendamaikan diri saya
sendiri. Agar saya bisa kembali menulis mengeluarkan setiap uneg-uneg yang ada
di dalam sini.
Nah, selama
proses menyelaraskan emosi ini. Saya mendapatkan warning dari sang bijak. Pesan yang masuk mengingatkan saya—supaya
berhati-hati terhadap keputusan apapun akan saya putuskan mengenai kelanjutkan
projek buku The Tsunami Effect.
Karena, menurutnya, bila saya menghentikan (tidak menyelesaikan) dengan segera
buku ini. Bisa jadi, itu akan menciptakan program (pola) baru pada diri saya.
Yaitu, tidak
menyelesaikan apa yang sudah saya mulai. Hal ini, sebelumnya terjadi dengan
kuliah. Sebab saya memutuskan untuk berhenti setelah 3 kali judul proposal
skripsi ditolak. Dan mengakhiri kuliah saya sebelum saya selesai menulis
skripsi.
Warning ini saya terima dengan bahagia. Bahkan, menumbuhkan
semangat baru bagi saya. Supaya segera menuntaskan revisi bab satu dan dua.
Lantaran, misinya bukan lagi hanya menyelesaikan buku. Tetapi, saya mau
menciptakan pola baru. Yaitu, menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Apapun
itu hasilnya.
Wahai sang
bijak yang terus menemaniku dan bersedia membantuku. Terima kasih atas nasehat
dan petuah-petuahmu.
Ciganjur,
Rabu 21 maret 2012
Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist I 270fe9b7
