![]() |
| Ayo berkarya |
Saya tidak berniat sukses, tapi gagal. Saya tidak
berharap untung tapi rugi.
#Bob Sadino
Seorang ayah berdiri di depan anak lelakinya—yang akan
menempati kursi kelas satu tingkat tsanawiyah Pondok Pesantren Ikhtiar di pelosok
barat Indonesia. Kemudian beliau membungkukkan badannya supaya sejajar mata dan
kepala dengan anaknya.
Lalu, sambil memegang bahu kiri dan kanan calon
perantau dengan kedua tangannya—dia memberi petuah kepada sang anak—“Jadilah yang terbaik”. Setelah itu sang
ayah memeluk anaknya. Sebelum dia pulang meninggalkan putra semata wayang di
pesantren tersebut. Hingga dia selesai sekolah.
Momok
belenggu pikiran
Kemudian, sambil Anda terus melanjutkan membaca
catatan ini dengan penuh rasa senang. Izinkan saya bertanya kepada Anda. Apakah
Anda termasuk orang-orang yang mendapat titipan harapan, entah dari orang tua,
guru, teman, atasan, atau pasangan, supaya menjadi yang terbaik? Seperti
nasehat sang ayah di atas kepada anaknya. “Jadilah
yang terbaik”.
Saya menebak, hampir rata-rata di antara Anda menjawab
iya. Bahkan, Anda mungkin mencoba menyela, “Itu
bukan titipan dan harapan orang lain, tapi memang keinginan saya sendiri”.
Saya salut dengan semangat dan keinginan Anda.
Sementara itu, bila kita mau menyadari sejenak. Hanya sekedar
menduga-duga. Bukankah, faktor terhambatnya kaki melangkah, tangan berkreasi,
dan mulut berkata yang menggugah—karena momok pikiran selama ini yang terus menerus
membelenggu tindakan kita? Momok tersebut berupa pemikiran “Saya harus menjadi yang terbaik”.
Betulkan?
Proposal
pelatihan komunikasi
Namun, sungguh sangat luar biasa bila “tidak”. Karena,
saya sendiri merasakan, faktor menghalangi saya bisa kreatif (bertindak)—karena,
harapan ingin menjadi yang terbaik.
Sampai seorang teman mengubah cara padang saya.
Ceritanya, saat itu saya dan dia (Bagus) sedang duduk
bersama di kediaman Pak Amarta Imron (owner), Kota wisata, Cibubur. Saya dan mas
Bagus merancang program pelatihan yang akan kami laksanakan bersama. Sekaligus,
merangkai kata-kata untuk proposal pelatihan komunikasi, permintaan pemda DKI.
Selanjutnya, sang teman meminta saya untuk membuat
pengantar, materi, metode pelatihan dan manfaatnya. Lantaran, saya sering
membawakan materi komunikasi
efektif, maka sayalah yang
diminta menulisnya.
Langsung saja, saya membuka folder proposal training di notebook saya. Kemudian saya cari proposal yang sudah
tersedia di sana. Proposal pelatihan komunikasi untuk KPPI, rancangan teman
saya. Seketika itu juga saya menunjukkan kepadanya “Apakah seperti ini bro? Bagaimana kalau ini aja? Kan sama, komunikasi?”.
Sebelum menunjukkan kepada mas Bagus, saya sudah
meniatkan mengkopi paste dan mengganti nama perusahaan yang dituju. Tapi, teman
saya yang sedang berdiri sebelah kanan—sambil memegang buku bacaannya—langsung
membantah. “Tidak, buat yang baru. Kalau
belum bisa, ganti kalimat di proposal itu dengan bahasamu sendiri”.
Kemudian, saya mencoba mencari pembenaran supaya tidak
membuat proposal baru. “Isi proposal ini
sudah bagus lho. Terbukti diterima dan pelatihannya terlaksana”. Ucap saya
dengan menunjuk tangan kanan ke layar notebook. Lalu mas Bagus melanjutkan “Bro, kamu takut karyamu (tulisan proposalmu)
jelek ya? Makanya mau copy-paste. Kalau begitu, sekarang tolong buatkan aku
proposal terjelek yang bisa kamu buat. Oke?”.
Cara
mudah menulis
Kemudian mas Bagus trainer menulis buku ala otak kanan
ini, menceritakan kepada saya, bagaimana cara dia memprovokasi peserta
pelatihan Jenius Writingnya. “Bro, Hampir rata-rata alasan pesertaku belum
bisa menulis karena takut kurang berbobot. Jelek. Dan setiap aku mendengar ada
peserta membuat pembenaran seperti itu—aku langsung meminta dia menulis
karyanya yang terjelek.
Mengapa?
Karena dia pemula. Ya wajar toh jelek. Tapi, setidaknya dia sudah bertindak.
Setelah dia menulis, dia bisa belajar dan mengubah tulisannya menjadi lebih
baguskan? Hasilnya, Eh tanpa sadar mereka bisa menulis. Dan karyanya
bagus-bagus seperti namaku Bagus. He..he… ” Sambil tertawa cengengesan.
Selesai dia bercerita. Saya termotivasi supaya bisa
menghasilkan karya authentic dalam
menulis. Lalu, saya memfokus kembali kedua mata ke notebook dan membuka new document. Saya buka mozila dan berkunjung ke rumah google. Saya mencari contoh-contoh
pengantar proposal komunikasi di sana. Kemudian saya kopi ke new document yang telah tersedia.
Setelah itu saya gabung, saya renovasi, dan saya rombak ulang. Serta membingkainya
sesuai dengan gaya bahasa saya.
Walhasil, jadilah pengantar proposal karya saya. Dan
ternyata, menulis itu menjadi lebih mudah, setelah berniat menghasilkan
proposal terjelek dan terburuk, berdasarkan kemampuan (pemahaman) saya miliki.
Dalam
segala bidang, awali dengan jelek
Saya merenung dengan memejamkan mata sejenak. Rupa-rupanya,
banyak karya tidak tercipta, gara-gara mantra salah tafsir ini “Jadilah yang terbaik”. Memang, tidak ada
yang salah dengan nasehat atau harapan tersebut. Tapi, bila karena merasa hasil
karya kurang bagus. Jelek. Buruk. Sehingga membuat Anda dan saya sulit
bertindak. Sepertinya, lebih baik kita mulai berpikir dengan menghasilkan karya
terburuk. Sehingga, tidak ada beban saat memulai.
Namun, ini bukan berarti tidak ada niatan supaya
menjadi terbaik. Atau malah sebaliknya, tanpa ada harapan. Akan tetapi, hampir
persis seperti kata Om Bob Sadino pemilik Kemchik, suami dari Soelami Soejoed “Saya tidak berniat sukses, tapi gagal. Saya
tidak berharap untung tapi rugi”.
Dan sudah kita ketahui bersama, maksud dari ucapan itu
sebenarnya, lebih mementingkan untuk take
action, dari pada banyak mikir. Karena, hanya lewat suatu peristiwa, kita
bisa mengevaluasi. Guru Gede Prama menginspirasinya dengan “Hargai prosesnya”.
So, kalau memang perkara akan kita putuskan sekarang
adalah ihwal baru bagi kita. Mari kita niatkan mendapat hasil terjelek, dari
kemampuan terbaik yang kita upayakan
dengan penuh maksimal. Sehingga, perlahan-lahan kita menikmati prosesnya.
Kemudian, kita terus mengevaluasi dan memperbaiki persembahan kita. Hingga
menjadi terbaik. Setuju?
Ciganjur, Selasa 6 Maret 2012
Mari silaturahim, follow @mind_therapist I 270FE9B7
Bagikan
