Rabu, 11 April 2012

Inilah Komitmen Mengikat Makna


Meski airnya cuma setetes, tapi bila terus-menerus (istiqamah) menetesi batu, maka batunya berlubang juga.
#NasehatDiri

Bubur Ayam Cirebon

Selasa, 13 maret 2012. Jam 07.30 pagi saya sudah tiba di Cilandak Mall. Lalu saya mencari sarapan pagi bubur ayam sekitar area tersebut. Mata saya menyapu dari kiri hingga ke kanan. Mencari warung atau gerobak yang menawarkan bubur ayam. Tepat di tengah pintu masuk, bila kita menghadap keluar. Di sana ada gerobak bertuliskan Bubur Ayam Cirebon. Dan sayapun menghampiri untuk mengisi perut saya yang mulai bergoyang-goyang seperti ngebor Inul darasista.

Memang, bubur ini enak dan pas di mulut saya. Akan tetapi, Anda jangan percaya opini cita rasa sarapan pagi ini. Karena, menurut seorang teman, bila yang mengopinikan cita rasa makanan enak, itu butuh dikajiulang. Sebab, terkadang bukan karena makanannya. Tetapi, karena lidah saya yang mati rasa. Teman saya bilang  “Apapun makanan yang masuk ke mulut mu Mad, pasti selalu kamu anggap enak. Sepertinya kamu buta rasa Mad”.

Bertemu trainer parenting

20 menit kemudian, saya menuju ke Mc Donalds. Seperti janji yang telah saya sepakati dengan Bang Shahrial. Seorang trainer parenting. Beliau juga berdarah Aceh seperti saya. Kami janjian di sana untuk ngopi bareng. Dan juga membicarakan tentang aktifitas kami masing-masing. 

Selama pembicaraan tersebut, ada hal yang sangat berkesan bagi saya. Tatkala saya mengutarakan tentang dahsyatnya catatan harian aktifitas sehari-hari, menjadi alat marketing bagi calon-calon pengguna jasa saya. Dan saya menyarankan beliau untuk memulai menuliskan pengalamannya dalam mendidik anak sendiri dan kejadian yang beliau hadapi di lapangan. Baik sesi konseling atau pelatihan.

Rupanya, menulis ini menjadi tantangan baru bagi beliau. Sebab itu belum pernah bang Shahrial lakukan selama ini. Beliau sendiri sangat menyadari, itu penting bagi karirnya. Dan menulis itu pada dasarnya sederhana dan mudah. Namun belum melakukan saja.

Mudahnya menulis

Argumen mudah karena, dulu selama menjadi volunteer pada NGO / LSM asing di Aceh. Bang Shahrial mempunyai seorang teman dari redaksi sebuah koran lokal di sana. Setiap berkunjung ke barak pengungsian atau posko penampungan para korban tsunami. Temannya dari redaksi ini selalu membawa catatan kecil. Kemudian, mengeluarkan pena dari kantong bajunya dan menulis aktifitas kejadian pada hari tersebut.

Bang Sharial memberi contoh; 

Kamis, jam 16.00 saya berkunjung ke Barak Siron Desa Siron Aceh Besar. Saya berangkat bersama dengan Bang Shahrial, Imron, dan sopir GTZ. Di barak saya berjumpa dengan kepala desa Pak Jumhuri. Beliau orangnya ramah. Kami disungguhi kopi Aceh Ulee kareng”.

Kemudian bang Shahrial bilang “Apa yang dia tuliskan sangat sederhana. Mungkin bagi bebrapa orang tidak bermakna. Tetapi, yang abang acungi jempol padanya adalah konsisten—kalau bahasa agamanya—istiqamahnya dalam menulis, sangat luar biasa”.

Komitmen Mengikat Makna

Cerita bang Shahrial sangat bermanfaat bagi saya. Karena kisah tentang temannya yang terus menerus menulis setiap waktu, setiap aktifitas yang dilakukan dan peristiwa terjadi. Membangkitkan gairah saya untuk semakin mengistiqamah dalam agenda “mengikat makna” (menulis dan membaca).

Setelah lama bercengkrama hingga jam 12.30. Akhir kami berpisah dan melakukan aktifitas lain masing-masing.

Ciganjur, Kamis 15 Maret 2012
Mari bersialturahim, follow @mind_therapist I 270fe9b7
Bagikan