Dari
Ibnu ‘Abbas, Rasulullah saw bersabda,
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al Hakim)
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al Hakim)
Tidak ada kebetulan
Hari ini
(Selasa, 28 februari 2012). Adalah hari diantara hari-hari luar biasa dan bermakna
bagi saya. Karena, saya mendapat pelajaran langsung tentang mengelola waktu.
Terutama waktu luang menjadi waktu sempit.
Entah sebuah
kebetulan? Tapi, saya termasuk orang-orang seperti Anda yang tidak mempercayai
namanya kebetulan. Karena, setiap waktu terjadi dengan aturan dan
tanda-tandanya masing. Adapun kebutulan, adalah tanda, kalau kita sedang tidak
menyadari peristiwa sekitar kita. Seperti hari ini, secara bersamaan, saya
terdesak oleh deadline, semuanya penting.
Jatuh tempo
Pertama,
saya mendapat telf dari teman, dia mengabari, program pelatihan dengan sebuah
perusahaan besar di kepulauan timur, akan berlangsung pertengahan maret. Oleh
karena itu, saya segera membuat proposal lanjutan. Proposal yang berisi
deskripsi singkat, mengenai pelatihan yang akan kami laksanakan.
Taklama
kemudian, handpone saya berdering kembali. Saya lihat di layar ada pesan baru
masuk. Pengirimnya, PIC project buku sedang saya garap dengan sebuah penerbit
di Bandung. Saya baca isi pesan tersebut “Mas
kapan bab lanjutan dapat kami terima, karena proses edit dan layout sedang kita
jalankan”.
Sungguh,
saya menarik nafas sejenak membaca isi pesan tersebut. Karena secara bersamaan,
kondisinya penting dan mendesak bagi saya. Dalam waktu itu juga, saya mesti
mengirimkan proposal dan naskah tulisan untuk buku pertama saya.
Pentingnya jadwal (rencana)
Kejadian ini
membuat saya merenung sejenak. Saya berusaha memahami, apa maksud dari
peristiwa ini? Karena, saya mempunyai pemikiran. Sebenarnya, setiap peristiwa
yang terjadi, di dalamnya tersirat berjuta makna. Tergantung, apakah saya bisa belajar
dan mengambil hikmahnya? Atau membiarkan hikmah tersebut terbang bersama awan.
Adapun yang
terpikirkan oleh saya. Keterdesakan
waktu ini terjadi karena saya kurang memenej waktu dengan baik. Persisnya
tidak menjadwalkan secara periodik. Seperti saya membuat alarm di BB untuk
jadwal pelatihan, waktu dan tempatnya. Serta siapa PIC program pelatihan
tersebut.
Prioritas itu penting
Selain itu, efek
dari membiarkan waktu berjalan tanpa perencanaan matang. Sayapun menjadi tidak
bisa memilah. Apa saja kegiatan penting tapi tidak mendesak. Hal mendesak namun
penting. Atau kebalikan keduanya. Penting sangat mendesak. Dan tidak penting
juga tidak mendesak sama sekali.
Akhirnya,
dalam waktu itu juga, saya memutuskan untuk mendahulukan naskah buku. Lalu
proposal. Selanjutnya, mengikat makna sehari-hari. Baik itu pembelajaran dari
kejadian yang saya hadapi. Atau, pemikiran-pemikiran terlintas dalam benak saya.
Saya segera menuangkan dengan memilah kata, frasa, hingga membentuk kalimat ke dalam
tulisan.
Peristiwa
ini pula, mengingatkan saya akan pesan Rasulllah tentang waktu. Supaya
mengingat 5 perkara sebelum datang yang lima. Seperti pada penggalan pembukaan
goresan ini.
Ciganjur, Selasa, 28 februari 2012
Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist I 270fe9b7
Bagikan
