Dream team saya pernah pecah
karena kekuarangan uang. Dan Dream Team saya pernah pecah juga karena kebanyakan
uang. Semuanya butuh kebijaksanaan dalam diri.
#Ippho Right Santosa
Siapa yang tidak mau sukses?
Rasanya, hampir semua orang
ingin sukses, betulkan?
Apapun status, kondisi dan
keberadaan seseorang saat ini. Menjadi sukses tetap tertulis dalam harapan dan
doanya. Saya termasuk juga di dalamnya. Apakah Anda juga?
Sukses dan resiko
Ngomong-ngomong tentang sukses.
Saya teringat dengan postingan Coach Tjia di milist NLP yang saya ikuti. Yang
intinya. Beliau mewarning kepada siapa saja yang sedang mengejar cita-citanya
menjadi sukses. Warningnya lebih bersifat anjuran waspada. Supaya, setiap
pelaksanaan dan aktifitas dalam rangka mewujudkan cita-cata, selalu dalam
kondisi penuh kesadaran. Menyadari bahwa, apapun tindakan kita, ada konsekwensi
yang harus kita pertangungjawabkan.
Dan tahukah Anda, apa
konsewensi yang akan Anda tanggung ketika menjadi sukses nanti? Silahkan Anda
mengira-ngira dan menebaknya. Karena, saya sendiri tidak tau apa yang akan
terjadi kepada diri saya kelak. Tetapi, saya punya prinsip. Bahwa belajar
kehidupan bukan pada pengalaman pribadi saya saja. Namun pengalaman hidup orang
lain adalah ibrah bagi saya juga.
Oleh sebab itu, saya menduga
dan mengira-ngira. Mungkin, resiko yang akan saya tangung atau saya hadapi,
ketika saya sudah berdiri di titik kesuksesan menurut pemikiran saya (standar
dan pengertian). Tidak jauh seperti Kevin, putra Adie Ms dan Memes. Bukan
bermaksud menceritakan keluarga orang lain. Karena saya termasuk tipe lelaki
yang tidak suka rumah tangga saya dicampuri oleh orang luar. Tetapi, justru
saya mau belajar dari cerita ini.
Belajar dari kesuksesan Kevin Viera
Sebelum melambung dengan
kesibukannya bersama Viera. Adie Ms menceritakan, pertemuan antara dia dengan
anaknya, lebih sering terjadi secara face
to face. Karena dalam kamus Adie Ms, pertemuan langsung tak bisa
tergantikan oleh media apapun.
“Handphone, e-mail, Skype, Twitter, atau Facebook tidak
ada yang bisa menggantikan kenikmatan, manfaat, dan kenangan pertemuan
langsung. Saya tidak pernah punya kenangan berkomunikasi dengan seseorang
melalui e-mail, telepon atau internet, sekuat saat berkomunikasi langsung,
menanggapi ekspresi wajah masing-masing. Intinya, komunikasi langsung, face to
face tidak bisa tergantikan bahkan dengan teknologi canggih pun. Nilainya
beda,” tegas pendiri
Twilite Orchestra ini.
Tetapi lain cerita, setelah
Kevin bersama Vieranya harus memiliki kesibukan yang sangat padat. Pertemuan
rutin seperti dulu, sudah mulai berkurang. Tetapi, Adie mensiasati, apapun
kondisinya, tetap berusaha mempunyai waktu bertemu dengan anaknya.
“Memang
sih sekarang karena kesibukan Kevin, mau tidak mau waktu mengobrol jadi jauh
berkurang. Tapi yang utama, saya berusaha memfasilitasi dia dengan waktu yang
saya miliki untuk berkomunikasi. Kami sering mengobrol tengah malam saat seisi
rumah sudah lelap,” papar pria pemilik
nama lengkap Addie Mulyadi Sumaatmaja ini.
Waktu bersama keluarga berkurang
Dan
kevinpun menceritakan kesibukannya bersama Viera. Satu hari, Vierra bisa
manggung tiga kali di tempat yang berbeda. Belum lagi pembuatan video klip dan
lain-lain. Kevin sempat berujar, rasanya seperti tidak tinggal serumah dengan
orangtuanya.
“Iya nih, saking sibuknya. Tinggal
serumah jadi seperti tidak serumah. Biasanya aku cuma punya waktu satu jam
sehari untuk bertemu mereka. Itu pun tengah malam. Makanya pasti ada hal-hal
yang hilang. Seperti momen makan malam. Biasanya kami makan malam bersama
sekeluarga sambil bercanda, ngobrol. Sering kangen saat-saat seperti itu.”
Petikan-petikan wawancara yang
saya dapatkan dari Tabloid Bintang
di atas. Memberi gambaran bagi saya. Setidaknya, ada hal yang harus saya
persiapkan pada diri saya dalam menyikapi dan menjalani titik kesuksesan saya.
Yaitu, waktu yang hanya berputar dua kali 12 jam dalam sehari. Tidak akan bisa
saya isi lagi seperti kehidupan saya sekarang.
Saya pernah mengalami
Shalat Shubuh, dan maqrib bisa
berjamaah dengan istri, karena saya banyak beraktifitas di rumah. Kegiatan di
pagi hari, sibuk mengajak jari-jemari saya menari di atas keyboard (menulis). Semua
kondisi ini bisa saya alami dengan penuh sukacita. Tapi, saya tidak bisa
membayangkan, jika pengalaman seperti pada bulan juni 2011 yang lalu terulang
lagi dalam hidup saya. Hampir setiap hari saya mendapat kesempatan untuk
menjadi pembicara di berbagai tempat. Perusahaan, sekolah, kampus dan
pengajian.
Satu sisi saya sangat
mensyukuri. Karena itulah bentuk dari doa-doa yang telah Allah ijabahkan.
Namun, di sisi lain. Saya merasa hidup saya ada yang hilang. Berangkat pagi
setelah shubuh dan pulang malam setelah isya. Bertemu istri badan sudah lelah.
Inginnya langsung menutup kelopak mata, supaya keesokan harinya bisa segar
bugar. Momen itu, banyak menguras waktu saya dengan orang lain, dibanding
dengan keluarga.
Butuh bertanggung jawab
Dari kondisi ini, saya
menyadari. Bahwa, setiap kondisi memliki suka dan duka pada kondisinya
masing-masing. Seperti kata Ippho santosa. "Dream team saya pernah pecah karena
kekuarangan uang. Dan Dream Team saya pernah pecah juga karena kebanyakan uang.
Semuanya butuh kebijaksanaan dalam diri".
Oleh karena itu, mari kita
menyadari setiap konsekwensi dari perilaku kita. Kemudian, kita bertangungjawab
sepenuhnya untuk hal itu.
Ciganjur, Selasa 24 Januari
2012
Note: Terima kasih kepada Adie Ms dan Kevin, penjelasan kepada Tabloid
Bintang, memberi pelajaran berharga bagi saya.