There is no failure only
feedback.
#Asumsi NLP
Cara pandang
Itulah salah satu pola pikir
yang ditanamkan kepada peserta training
NLP practitioner. Karena, cara menyikapi sebuah kejadian bukan sebagai
kegagalan tetapi hanya sebuah masukan, akan
menciptakan nuansa pembelajaran bagi jiwa, yang akan terus bertumbuh. Seperti
para pemain sepak bola yang telah kian lama berlatih di lapangan hijau bersama
teman-temannya. Perkembangan ketrampilan permainan pemain, baru akan terasah,
setelah mereka bertanding dengan team lain. Bila menang mereka bertumbuh, dan
kalahpun mereka belajar bertumbuh dengan strategi yang baru.
Makna sebuah peristiwa
Sepertinya, hampir semua dari
kita, pernah mengalami pertumbuhan jiwa. Sebuah pemberitahuan dari pengalaman
yang pernah kita lakukan. Sering pengalaman tidak sesuai harapan tersebut,
diberi nama gagal. Akan tetapi, seroang teman menglabelkan kejadian serupa, sebagai
pembelajaran semata. Ada juga, menyebutnya dengan, sukses yang tertunda.
Artinya, bukan tidak sukses, tetapi hanya sedang tertunda saja. Mungkin Anda
sendiri, memiliki makna yang lain terhadap pengalaman sejenis.
Akan tetapi, saya bisa menjamin
dan sangat-sangat yakin. Di antara semua yang saya maksud di atas, terdapat
orang-orang yang tidak pernah mengalami peristiwa gagal. Suatu peristiwa
seperti saya ceritakan di atas. Karena, mereka tidak pernah mengambil tindakan
nyata terhadap keinginannya. Sehingga, sejarahnya, luput dari pengalaman tidak
sesuai dia harapkan. Hidup mengikuti arus saja, seperti air mengalir.
Bagaikan air mengalir
Padahal, arus air selalu
mengikuti hukum, dari tempat tinggi turun ke tempat lebih rendah. Terkecuali
dibantu mesin pompa, maka air bisa mengalir ke atas. Dan, mesin pompa itulah,
ibarat keinginan dalam kehidupan. Seperti pepatah, there is the wish there is the way. Demikian kata mutiara yang saya
baca pada buku tulis (catatan) sinar dunia, saat belajar di sekolah dulu.
Dan, kisah-kisah kehidupan
orang yang memaknai pengalaman belum sesuai harapan, dengan sukses tertunda,
pembelajaran, dan gagal. Dunia telah menyimpan sejarah hidup mereka. Sebut
saja, kisah fenomenal dari pemimpin Amerika, Abraham lincoln. Mungkin kita bisa
mengkatagorikan, kalau dia termasuk orang yang menganggap suatu peristiwa
sebagai sukses yang tertunda.
Sejarah mencatat sepak terjang karirnya.
1. Tahun 1831 : Kebangkrutan dalam usahanya
2.
Tahun 1832 : Kalah dalam pemilihan lokal
3.
Tahun 1833 : Kembali menderita kebangkrutan
4.
Tahun 1835 : Istrinya meninggal dunia
5.
Tahun 1836 : Menderita tekanan mental sedemikian
rupa sehingga hampir saja masuk rumah sakit
6.
Tahun 1837 : Kalah dalam kontes pidato
7.
Tahun 1840 : Gagal dalam pemilihan anggota senat
Amerika Serikat
8.
Tahun 1842 : Menderita kekalahan untuk duduk di
dalam kongres Amerika Serikat
9.
Tahun 1848 : Kalah lagi di kongres Amerika Serikat
10.
Tahun1855 : Gagal lagi di senat Amerika Serikat
11.
Tahun1856 : Kalah dalam pemilihan untuk menduduki
kursi wakil presiden Amerika Serikat
12.
Tahun 1858 : Kalah lagi di senat
13.
Tahun 1860 : Akhirnya berhasil menjadi presiden Amerika Serikat.
Saya mau gagal
Selanjutnya, satu-satu orang yang fenomenal dalam urusan
gagal atau sukses mungkin hanya ada di
Indonesia. Sebab, biasanya, alasan seseorang menjalankan bisnisnya untuk meraih
keuntungan, malahan orang ini ingin berbisnis supaya rugi. Bahkan dengan
terang-terangan dalam setiap wawancara dengan nya, beliau mengatakan, tidak
pernah bercita-cita untuk sukses. Malahan kepingin gagal.
Tetapi, yang menariknya, penjelasan beliau dibalik
keinginannya. “Berbisnis itu sudah pasti
mengalami untung dan rugi. Mau menolak dia, pasti hadir dalam setiap aktifitas
bisnis kita. Demikian juga gagal dan sukses”. Karena menurut beliau,
kesuksesan itu, batu kerikil di puncak bukit kegagalan. Maka, sebenarnya gagal
itu ya sukses. Dan, sosok fenomenal itu pasti Anda mengenalnya, yaitu Om Bob
Sadino.
Bukan gagal tapi
pembelajaran saja
Sementara yang satu nya lagi, yang mengartikan
pengalamannya sebagai pembelajaran adalah, pembaca catatan ini dan penulisnya.
Ya, Anda dan saya. Maafkan bila saya terlalu memaksa memaksukkan Anda sebagai
orang-orang yang terus belajar dari
setiap kejadian yang telah Anda alami. Meski seperti itu, tentu Anda
setuju, saya juga sependapat Anda.
Dan berdasarkan pengalaman pribadi, tatkala kejadian
hanya sebuah masukan, dan pembelajaran hidup. Rasanya, jiwa-jiwa di dalam,
terus bertumbuh, bertumbuh dan bertumbuh.
Ciganjur, Minggu, 29 Januari 2012