“Di antara
cara mengahargai manusia adalah mengakui dan menyadari, bahwa setiap insan
memiliki keunikannya masing-masing”.
#NasehatDiri
Dalam dunia
teknologi dan perindustrian lainnya. Sangat ramah ditelinga terdengar istilah “product gagal”. Sebutan ini sering saya
dengar tatkala membeli handphone baru. Terkadang diskusi bukan pada forumnya
dengan teman-teman, sambil menikmati secangkir kopi di kontrakan. Mungkin,
bukan hanya saya mendengarnya, tetapi Anda juga. Iyakan?
Akan tetapi,
sungguh sangat disayangkan. Bila kata-kata produk gagal ini diasosiasikan juga
selain untuk alat-alat tehnologi di atas. Seperti, untuk lulusan suatu sekolah
atau perguruan tinggi. Dan amat disayangkan, produk gagal, dilabelkan buat anak-anak
yang berkebutuhan khsusus. Atau pribadi-pribadi mulia, yang terlahir karena ada
kekurangan fisik pada dirinya.
Bukan produk Tuhan yang gagal
“Anak berkebutuhan khusus (ABK) bukan produk
Tuhan yang gagal, karena sang pencipta tidak gagal” demikian ungkap Pak
Ciptono, dalam talk show Kick Andy edisi 3 februari, “Berbagi Tanpa Henti”. Seusai mengucapkan kalimat penuh inspirasi
tersebut, dengan nada yang tenang. Bang Andy F Noya bertanya “Sebenarnya apa yang Anda maksud bukan produk
Tuhan yang gagal?” Bang Andy bertanya dengan suara khasnya, rendah mengalun
nan mendatar.
Pak Ciptono
menjelaskan “Sebenarnya setiap anak
terlahir dengan keistimewaannya masing-masing—setiap dari mereka memiliki
kemampuan dan keahliannya tersendiri—dan semua itu bisa diberdayakan”. Pak
Ciptono memberi contoh salah seorang siswanya yang hanya mampu memasukkan
daging sate ke dalam tusukan. Ada juga yang bisa meraut tusukannya. Oleh sebab
itu, beliau menegaskan “Anak
berkebutuhan khusus tidak perlu dikasihani, yang dibutuhkan adalah memberi
mereka kesempatan”.
Dari Garasi menjadi 3 hektar
Sebelumnya,
bagi Anda yang belum mengenal dan mengetahui kiprah pak Ciptono, seorang yang
mendapat penghargaan Kick Andy Heroes Award peduli pendidikan. Sedikit saja
saya ceritakan kepada Anda siapa sosok beliau ini. Pak Ciptono ini seorang guru
di sekolah luar biasa Wantu
Wirawan Salatiga. Mulai tahun 2002, beliau merintis sendiri sekolah
SLB dengan memanfaatkan ruang balai RW dekat rumahnya. Kemudian pindah ke
garasi rumahnya.
Angkatan
petama, jumlah siswa di SLB Negeri Semarang di bawah asuhan beliau, sebanyak 30
orang siswa dengan 9 guru binaannya. Sekarang, seiring berjalannya waktu,
tempat belajar dari garasi rumah kini berubah menjadi area sekolah seluas 3
hektar. Bantuan dana dari pemerintah daerahpun berdatangan. Demikian juga dari
para donatur lainnya. Sehingga, kini telah mengasuh sebanyak 500 siswa dengan
berbagai macam keunikannya. Tenaga pendidikpun bertambah, dan sebagian di
antaranya telah di angkat menjadi PNS.
Pak Ciptono
mengakui, ketika
tampil di Kick Andy tiga tahun lalu, sekolah luar biasa yang ia rintis dari
garasi rumahnya itu masih dalam tahap pembangunan. Namun setelah tampil di Kick
Andy, banyak terjadi perubahan. “Dampak
setelah tampil di Kick Andy sungguh luar biasa. Banyak masyarakat yang
mengapresiasi. Saya banyak mendapat sumbangan dari masyarakat. Salah
satunya adalah sumbangan tanah dari Gubernur Jawa Tengah, Pak Bibit
Waluyo” kata Ciptono.
Sekolah percontohan dunia
Pada tema “Berbagi tiada henti” Pak Ciptono
menyebutkan, sekolah SLB rintisan beliau, telah menjadi sekolah percontohan.
Bukan hanya untuk SLB, tetapi juga sekolah lainnya seperti RSBI yang ada
berbagai daerah. Bahkan, beberapa negara mengutus utusannya, untuk belajar
konsep sekolah tersebut. Seperti Singapore dan Jerman. Sekolah ini menjadi
percontohan karena berhasil mendidik dan mengembangkan potensi dalam jiwa-jiwa
anak-anak berkebutuhan khusus.
Katakan saja
seperti Kharisma. Bocah yang disandangi dengan sebutan autis ini, mampu
menghafal sebanyak 560 lagu. Keistimewaannya, cukup sekali mendengar, dan
langsung bisa mengingat dan mengulangnya kembali. Oleh sebab itu, Kharisma
mendapat rekor MURI penghafal lagu terbanyak.
Rahasia Pak Ciptono
Bagi saya
pribadi, yang paling mengharukan dan penuh inspirasi. Saat host @kickandyshow
bertanya “Apa rahasia pak Ciptono bisa
mengembangkan sekolah seperti sekarang ini?” Dengan tegas pak Ciptono
menjawab “Keberanian dan dedikasi”.
Kemudian
beliau menambahkan “Hanya keberanian,
uang Rp.500.000 hasil gaji saya sulap garasi jadi tempat belajar, kini sudah
menjadi 3 hektar, lengkap dengan beberapa fasilitas. Dan itu semua berkat
bantuan pihak lain. Namun, keberanian itu menjadi awal sejarahnya. Dan, hanya
dedikasi, bisa mendidik dan
menghargai anak-anak bisa mendapatkan potensi dalam diri mereka”.
Selain itu,
bagi saya, kisah pak Ciptono menjadi ayat-ayat kauniah dari firman Allah
Dan katakanlah, bekerjalah kamu maka
Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin.
Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang Mengetahui yang ghaib dan nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
(QS. At Tawbah: 105)
Karena pak
Ciptono menceritakan, bahwa beliau tidak pernah bermimpi sekolahnya akan
sebesar sekarang. Tetapi, beliau hanya fokus dengan dedikasinya.
Bukan produk gagal
Kembali,
bila kita bercerita tentang produk gagal, maka erat kaitannya dengan hasil atau
output dari sebuah proses. Bukan hanya di dunia industri, tapi berbagai hal.
Termasuk juga dunia penulisan. Dan saya sanggat senang, dengan bingkai makna
Joe Vitale dalam buku nya Hypnotic Writing. “Tidak ada tulisan bagus dan berkualitas, kecuali tulisan yang ditulis
kembali (edit)”.
Artinya, semua
output (hasil) pada dasarnya memiliki
potensi menjadi kualitas terbaik. Tetapi, itu tergantung dari kita sendiri,
apakah mau merenovasi atau mengubahnya kembali, atau membiarkan begitu saja.
Ciganjur,
Sabtu, 4 Februari 2012
Mari Bersilaturahim, follow @mind_therapist
Bagikan
