Mind
and body is connected.
(NLP Presuposition)
Saya
teringat dengan penjelasan dosen mikro teaching saat di IAIN Ar-Raniry tentang
persepsi manusia. Bahwa persepsi seseorang terus berkembang-berkembang dan
berkembang. Selama dia mau terus mengamati. Beliau menganologikan, seperti kita
melihat foto album kenangan bersama teman-teman. Pertama sekali yang kita lihat
dan yang kita cari dari foto tersebut, pasti di mana wajah kita? Sehingga yang
teringat dari foto tersebut adalah diri kita sendiri, sedang berdiri, duduk
atau entah melompat.
Tetapi,
saat kita melajutkan pengamatan kedua, maka kita mulai melihat ada wajah lain
di foto tersebut. Kemudian, kita memperhatikan lagi, otak kita menangkap wajah
lain lagi. Hingga seterusnya, selama kita tidak bosan untuk mengamati. Maka,
kita bisa menyadari keseluruhan isi pada foto tersebut dengan spesifik. Bahkan,
ornamen-ornamen dan pernak pernik yang ada, kita ingat dengan jelas.
Semakin mengamati semakin menyadari
Ternyata
demikian pula dalam hal lain. Otak kita, akan menyadari hal-hal yang sebelumnya
tidak tersadari, selama kita mau terus mengamati. Seperti para atlet terus
melakukan evaluasi dari latihannya. Juga, yang terjadi pada penemu bohlam,
Thomas alva edison.
Hal
itu pula yang saya alami. Semenjak tahun 2007 fokus menekuni tentang kinerja
pikiran dan cara mengoptimalkannya. Terutama untuk penyelesaian masalah yang
berhubungan dengan pikiran dan perasaan. Seperti, trauma, phobia, merasa tidak
dicintai, perasaan dikorbankan, tidak bisa menerima diri sendiri, homoseksual,
perilaku tidak memberdayakan diri, sulit memaafkan, dan hal lainnya.
Hipotesa: sakit fisik karena emosi terpendam
Menariknya,
pengalaman menyelesaikan persoalan diri dan membantu mendapatkan solusi
sebagaimana harapan klien. Membawa saya kehipotesa, bahwa beberapa penyakit
fisik itu sebenarnya efek dari persoalan pikiran dan perasaan yang tak
tertuntaskan. Atau ada emosi yang masih terpendam dan tidak terselaraskan.
Lalu,
saya mencoba mencari jawaban atas penasaran saya di internet dan buku-buku
psikologi milik istri saya. Ternyata, memang ada beberapa kasus permasalahan
fisik seperti alergi, maag, diabetes dan lainnya, disebabkan oleh permasalahan
pikiran. Dalam dunia klinis dikenal dengan istilah Psikosomatis. (Psychosomatic).
Dan
pada saat saya mengikuti kelas Energy and Healing Paradigm pun, ada penjelasan
tentang efek-efek atau permasalahan yang sering muncul akibat dari tidak
selarasnya energi dalam tubuh. Di kelas tersebut menggunakan istilah cakra, dan
setiap cakra berhubungan dengan emosi tertentu. Seperti cakra di area
tenggorokan (saya lupa namanya), erat kaitan dengan iri dan dengki.
Setelah
saya menghubungkan data-data yang saya peroleh dari pembelajaran di kelas,
bahan bacaan, ceramah bengkel hati ustaz Danu, dan pengalaman nyata yang
dihadapi oleh klien yang berkonsultasi dengan saya. Saya menyimpulkan;
Ada
17 macam problem fisik yang mungkin yang terjadi
akibat memendam emosi (psikosomatis),
diantaranya:
1. Alergi, karena penyangkalan akan
kekuatan dan kemampuan diri.
2. Radang sendi, karena perasaan tidak
dicintai, ditolak dan perasaan dikorbankan.
3. Demam, karena perasaan marah yang tidak
mampu diekpresikan.
4. Ginjal, karena kekecewaan, perasaan
gagal, rasa malu yang ditekan.
5. Maag, karena takut, cemas, perasaan
tidak puas pada diri sendiri.
6. Penyakit paru-paru, karena putus asa,
kelelahan emosional, luka batin.
7. Sakit punggung, karena ketakutan akan
uang, merasa terbebani.
8. Sakit pinggang, karena rasa tidak dicintai,
butuh kasih sayang.
9. Jantung, karena rasa kesepian, merasa
tidak berharga, takut gagal dan marah.
10. Kanker, karena kebencian terpendam atau
makan hati yang menahun.
11. Diabetes, karena keras kepala, tidak
mau disalahkan.
12. Glaukoma, karena tekanan dari masa lalu
dan tidak mampu memaafkan.
13. Jerawat, karena tidak menerima diri
sendiri, tidak suka pada diri sendiri.
14. Pegal-pegal, karena ingin dicintai dan
disayangi, butuh dipeluk dan kebersamaan.
15. Obesitas,
karena takut, ingin dilindungi, kemarahan terpendam, tidak mau memaafkan.
16. Mata minus, karena takut akan masa
depan.
17. Mata plus, karena tidak mampu memaafkan
masa lalu.
Mohon mengingat
Saya
memohon kepada Anda, supaya menyikapi informasi ini dengan bijak. Bahwa 17
macam gangguan fisik di atas, bukanlah hasil penelitian ilmiah, melainkan
kesimpulan saya berdasarkan perbandingan informasi pengalaman diskusi dengan
orang-orang yang berkonsultasi tentang permasalahan emosi mereka, dan efek fisik
yang mereka hadapi. Juga diskusi dengan para praktisi holistik healing yang
saya kenal.
Jadi
bila Anda membantah atau tidak percaya, sah-sah saja. Karena, tujuan saya
menuliskan ini, ingin berbagi cerita. Bila Anda mengalami terus berulang-ulang
salah satu dari 17 permasalahan di atas. Mudah-mudahan memudahkan Anda mencari
solusi nya.
Ciri psikosomatis
Mungkin
Anda bertanya, bagaimana cara mengetahui bahwa masalah yang Anda hadapi
sekarang karena faktor memendam emosi? Cara nya sangat gampang. Pertama konsultasi dengan dokter, dan
bila perlu cek laboratorium. Bila menurut dokter dan hasil lab Anda baik-baik saja, tetapi Anda merasa
bermasalah, itu mungkin ada yang tidak selaras dengan emosi Anda. Seperti
kasus yang pernah saya tangani, sudah berobat kebeberapa dokter, dan cek lab
beberapa kali, hasil nya baik-baik saja. Tetapi beliau merasa diri nya sakit.
Cara
yang kedua, setelah Anda mendapat
treatmen medis, tetapi kemudian penyakit Anda balik lagi berulang-ulang. Itu
bisa jadi ada emosi yang tidak selaras (psikosomatis). Karena, emosi yang
terpendam itu, menjadi pemicu kambuh lagi penyakit Anda. Jadi selesaikan
pemicunya.
Cara mengatasinya
Untuk
menyelesaikannya, Anda bisa melakukan dengan 2 cara. Pertama jujurlah kepada diri Anda sendiri, apa emosi yang Anda
pendam? Kemudian selesaikan. Tapi, bila Anda belum tau caranya. Maka, bisa
menempuh cara kedua. Yaitu,
konsultasikan kepada yang memahaminya. Dan yang paling penting adalah kepada
orang yang Anda percaya dan yakin, bisa menjadi wasilah untuk penyelesaian
masalah Anda.
Kembali
dengan cerita dosen micro teaching di atas. Beliau melanjutkan, itulah
pentingnya melakukan pengulangan saat mengajar. Bisa dengan bertanya kepada
peserta ajar setiap memulai kelas, menyampaikan kesimpulan di akhir sesi, atau meminta
mereka membuat rangkuman pribadi, berdasarkan pengamatannya sendiri dari yang
kita ajarkan. Sehingga, keseluruhan materi, tersadari dengan jelas oleh mereka.
(siswa mendapatkan keseluruhan persepsi materi yang kita ajarkan).
Ciganjur, Minggu, 25 Desember 2011
Ikuti Workshop KOMUNIKASIH, 28 januari 2012
Mari
bersilaturahim, follow @mind_therapist
Dapatkan
e-book “Explore Your Potentials”
Gratis, Klik download
Bagikan
