Liburan ke Pacitan
Liburan panjang (sekolah)
tahun 2011, pada juni lalu. Saya mengisinya bersama istri dan mertua serta adik
ipar, bersilaturahim dengan keluarga istri di Pacitan. Perjalanan menggunakan
bis antar-kota, termasuk provinsi. Perjalanan antara Jakarta – Pacitan
kurang lebih 15-17 jam. Jangan mencoba untuk merasakan dan membayangkan, betapa
jauhnya perjalanan itu.
Kami berangkat dari terminal
Lebak bulus, jam 11.00 dan sampai ke Pacitan jam 03.20 pagi. Dari terminal
Pacitan, melanjutkan lagi perjalanan ke desa Gesingan,Tulakan. Dengan melewati jurang
dan jalan terjal, yang di jaga oleh pepohonan yang tinggi. Dalam mobil yang
menjemput, saya sudah mulai merasakan hawa dingin pegunungan. Sungguh, sangat
dingin. Bahkan, di pagi hari, CO2 yang saya lepaskan sampai memadat, sehingga
terlihat seperti asap, setiap nafas menghembus.
Orderan training
Selain itu, di Pacitan.
Persisnya di tempat kelahiran ibu mertua. Ada hal yang tak dapat saya kuasai,
karena itu diluar kontrol saya. Yaitu, sinyal untuk sim card yang saya gunakan,
tidak berfungsi dengan baik. Di layar HP selalu tertulis, emergency. Sehingga, handphone saya tidak berdering oleh sms atau
telf. Namun, HP istri saya masih berdering, karena menggunakkan
sim card berbeda dengan saya.
Setelah dua hari di rumah
mbah, kami juga bersilaturahim ke rumah saudara yang lain. Dalam perjalanan ke
desa tulakan, sinyal tertangkap kembali oleh sim card saya, maka suara nada
dering sms, berbunyi kembali. Sms yang masuk ”Mas apakah tanggal 9 juli kosong? Kami mau mengundang untuk menjadi
pembicara saat rapat tahunan di Pulau Anyer”. Langsung saya balas, ”insyAllah bisa”. Kemudian saya dapat sms
lanjutan ”Oke, nanti saya kabarin lagi,
setelah saya pastikan tempat untuk pelatihan”.
Rencana Allah
Keesokan harinya, saya
mendapat sms lagi, pada no HP saya yang satu lagi (yang dapat sinyalnya) ”Mas, apakah bisa bila kita undur tanggal 7,
karena kami tidak mendapat hotel untuk tanggal 9?” saya menyatakan tidak
bisa, karena masih dalam perjalanan pulang. ”Mohon maaf, tanggal tersebut saya baru sampai ke Jakarta dari Pacitan,
insyAllah. Semoga kita bisa bersilaturahim di lain waktu”.
Setelah mendapat kabar, acara tanggal
9 tidak jadi ke Anyar, kemudian saya menyampaikan kepada kepada istri tentang
hal tersebut. Dia langsung merespon, ”kalau
memang rezeki tidak kemana kok”. Simple, dan Alhamdulillah saya benar-benar
bisa menerima kondisi itu. Keesokan harinya, sesuatu hal di luar logika
terjadi. Handphone saya berdering, ada sms masuk. ”Mas, apakah tanggal 9 sudah terisi jadwal? Alhamdulillah, kami
mendapatkan tempat untuk pelaksanaan pelatihan dan rapat tahunan”. ”InsyAllah bisa, saya belum ada jadwal”. Saya
membalas sms tersebut.
Kembali ke Jakarta
Tanggal 7 juli, kami kembali
ke Jakarta. Alhamdulillah tiba dengan selamat. Dan tanggal 8 siang, saya
bersama istri berangkat lagi menuju pulau Anyer, ketempat pelaksanaan training.
Saya berangkat dari Pasar rebo dengan bis Armada. Saya tiba di sana Mangrib
dan dijemput di terminal PCI Cilegon. Kemudian shalat bersama di
mesjid raya. Setelah itu makan di salah satu rumah makan dekat mesjid Raya
Cilegon.
Sambil menanti makanan yang
kami pesan, saya bertanya kepada Bapak Abrar, bagaimana ceritanya, kita bisa
mendapatkan Hotel? ”Begini Pak Rahmad.
Tanggal 9 itu rencananya tempat yang mau kita pakai, mau di booking oleh Kementrian
Hukum dan Ham. Tetapi, kemarin saat saya mengabari bapak, saya baru mendapat
kabar dari pihak hotel, kalau pihak kementrian, tidak jadi menggunakan hotel
tersebut. Alhamdulillah rezeki kita”.
Rezeki tidak pernah bertukar
Mendengar cerita Bapak Abrar. Dalam
sini terdengar suara yang halus nan lembut membisikan ”Sungguh rezeki tidak pernah bertukar. Kalau Allah sudah menentukan
(mentakdirkan), tidak ada manusia yang mampu menahannya”. Setelah makan
kami menuju ke hotel, dan istirahat untuk persiapan training esok paginya.
Kejadian yang sama
Pengalaman perubahan jadwal
training, pada bulan yang sama juga terjadi untuk jadwal tanggal 23 Juli.
Seorang shahabat yang berkerja sebagai agen asuransi, berencana mengadakan
Leadership camp untuk teamnya. Kegiatan ini, sudah teragendakan bulan
sebelumnya. Sementara itu, seminggu sebelum hari H. Teman saya meminta maaf,
karena tanggal yang sama, ada kegiatan kantor yang tak boleh dilewatkan oleh
Agen. Sehingga, acara yang seharusnya 23, direschedule kembali.
Bukan keajaiban
Namun, tanggal 20. Saya
mendapat kabar kembali. ”Pak Rahmad,
Alhamdulillah saya mendapat izin dari leader saya, untuk tetap menjalankan
program Leadership camp. Belum ada agendakan?”. Mendengar kabar dari teman
saya ini. Saya hanya terdiam. ”Sungguh ya
Allah, Engkau tidak pernah menyia-nyiakan makhlukMu di bumi. Dan apa-apa yang
telah Engkau tetapkan, tidak ada manusia yang mampu membendungnya”.
Shahabat yang baik, inilah
pengalaman yang saya alami. Bagaimana dengan Anda? Apakah pernah mengalami hal
serupa? Let share it...
Ciganjur, 23 september 2011
Sambung silaturahim @mind_therapist
