Tahun 2009, kami
menyelenggarakan kelas Aplikasi Neuro-Linguistic
Programming. Pada
kesempatan tersebut, peserta kebanyakan berlatarbelakang pendidikan kedokteran
gigi. Bahkan, beberapa peserta sudah menjadi dokter yang berpraktek pada klinik
nya masing-masing dan rumah sakit swasta di Jakarta.
Peserta-phobia
ketinggian
Seorang peserta, katakan saja bernama Agus. Seorang
mahasiswa tingkat akhir di kedokteran gigi Universitas Trisakti. Tingginya sekitar 160 cm. Badannya
tegap, berkumis tipis, rambutnya belah tengah. Wajahnya agak sedikit oval. Hari
itu, dia menggunakan kaos berkerah, bergaris-garis lurus horizontal hitam dan
hijau.
Pada sesi tehnik terapi menyelaraskan pengalaman kurang
menyenangkan di masa lalu, dia menceritakan, setiap kali berada di tempat yang
tinggi, maka langsung jantungnya berdetak sangat kencang. Perasaan akan
terjatuh menyeleimuti dirinya. Sehingga, kejadian itu membuat dirinya, tidak
mau berada di tempat yang tinggi (takut ketinggian) sampai saat itu.
Tes respon terhadap ketinggian
Setelah dia menceritakan,
kemudian saya menawarkan kepadanya. ”Apakah
Mas Agus mau menyelaraskan perilaku dan perasaan mas Agus saat berada di tempat
ketinggian. Sehingga saat berada di sana, menjadi biasa saja, atau sesuai mas
Agus inginkan, sekarang?”. Sambil menganggukkan kepalanya, mas Agus
menjawab ”Mau”.
Sebelum saya menterapi beliau,
saya mengetes seperti apa respon yang terjadi pada diri mas Agus, bila berada
di tempat yang tinggi. Maka saya ajak dia ke dekat jendela dari lt.3, untuk
melihat ke bawah. Apakah merasa terganggu dengan ketinggian tersebut? Ternyata
itu tidak terlalu bermasalah bagi dirinya. Tetapi, bila lebih tinggi dari itu,
maka keringatan mulai membasahi dahinya. Bola mata bergerak tak
beraturan, tanda sedang berjalannya program dalam dirinya, untuk misi
penyelamatan diri dari bahaya.
Fokus pada tujuan klien (Client
Centre Method)
Kemudian saya menyamakan
tujuan dengan Mas Agus, dengan memastikan outcome
yang ingin dia peroleh. Sehingga, tolak ukur proses terapi tepat sasaran,
alias tercapai dan berhasil menjadi sangat jelas. ”Kondisi seperti apakah yang Mas Agus inginkan saat berada di tempat
yang tinggi, setelah proses terapi ini berjalan, sekarang?” Sambil memikirkan tujuannya, mata mas Agus melirik
kekanan atas, tanda sedang mencari-cari, kondisi seperti apa yang dinginkannya.
”Saya mau, saat berada di tempat yang
tinggi, seperti lantai 4 di mall atau kampus, kondisi saya biasa saja”.
Jawabnya.
Selanjutnya, saya mengajukan
pertanyaan lagi, untuk memahami strategi mas Agus merasa takut berada di tempat
yang tinggi, juga memanfaatkan sumberdaya menyenangkan yang ada pada dirinya. ”Apa yang terjadi pada diri Anda, saat berada
di tempat yang tinggi”. Mas Agus menjawab ”Saya melihat sesuatu yang gelap dan agak kabur. Kemudian terdengar
suara di dalam memerintahkan saya untuk melompat, lompat, dan lompat”. Dia
menjelaskan sambil menggerakan kedua tangannya mengarah tepat di depan wajahnya
dengan bentuk lingkaran.
Memanfaatkan sumberdaya
Gerakkan tangan dan jawabannya
sangat membantu saya. Karena itu merupakan strategi konkrit, bagaimana otaknya
nya menyimpan informasi dan memprosesnya. Sehingga, mempermudah saya memprogram
ulang file rasa takutnya menjadi netral saja. ”Boleh saya tau apa warna kesukaan mas Agus?” Pertanyaan ini untuk memanfaatkan
sumberdaya senang/suka pada diri nya. ”Saya
suka warna hijau”. Jawabnya.
Setelah mendapatkan informasi
yang saya butuhkan; tujuan, strategi,
dan sumberdaya dari mas Agus. Maka, saya mulai melakukan proses terapi
dengan tehnik phobia cure.
Proses terapi phobia
ketinggian (Applying Edit Sub-modality)
Sekarang, boleh mas Agus duduk dengan santai dan rileks. Sambil menyadari
nafas yang masuk dan keluar. Terus nikmati nafas itu, sehingga membuat Anda
menjadi lebih tenang, santai dan rileks, sekarang. Kemudian, bayangkan, Anda
sedang berada di tempat yang paling indah dan sangat Anda suka. Lihat apa yang
terlihat, cahaya, pancaran, warna, dan pemandangannya. Dan, dengarkan apa yang
terdengar, semakin suara-suara itu terdengar semakin menambah kenyamanan pada
diri Anda sekarang. Dan tubuh Andapun meresponnya dengan penuh nikmat dan
kenyamanan saat berada di tempat itu.
Saya memperhatikan efek dari
iduksi pertama ini. Otot-otot di wajahnya mulai menurun. Nafasnya semakin
dalam, dari nafas perut. Tenggerokannya bergerak-gerak menelan cairan yang
hadir di sana. Ini semua merupakan tanda-tanda trance pada diri nya. Setelah itu saya melanjutkan.
Sekarang, dari tempat yang menyenangkan itu, Anda melanjutkan berjalan kesuatu
tempat, dengan membawa sensasi dan suasana emosi yang Anda suka tadi. Sambil melangkah satu demi satu, Anda
bisa menyadari gerakan tersebut. Mata
pun melihat yang terlihat di depan dan sisi kanan dan kiri Anda. Suara-suara
yang berdesirpun, terdengar baik oleh telinga Anda. Sampai Anda tiba di sebuah
tempat. Tempat itu seperti
tempat yang pernah Anda lewati dan berkumpul dengan teman-teman dekat Anda.
Kemudian Anda masuk ke dalam tempat tersebut. Begitu melewati pintu masuk,
hidung Anda langsung mencium sesuatu seperti biasanya Anda berada di tempat
itu. Kemudian, Anda
terus berjalan. Sambil melihat-lihat kekiri, kekanan dan juga ke atas. Saat
melihat ke atas, Anda menyaksikan ada beberapa teman-teman Anda
melambai-lambaikan tangan, dan mengajak Anda untuk naik ke atas sana. Dan
Andapun mencari lift, lalu menuju ke atas sana.
Saya terus menyadari setiap
kata-kata yang saya ucapkan, dan pengaruh yang terjadi pada diri mas Agus. Dan
saat saya sebuatkan kata ”atas”
matanya menyipit hingga alisnya beradu ke tengah. Juga mengerutkan dahinya,
seperti berusaha menghindari imajinasi tersebut. Kemudian,saya langsung
melanjutkan...
Sesampainya di lantai tempat teman-teman yang Anda suka berada, Anda
melihat sesuatu yang berbeda. Dari
lantai yang tinggi itu, Anda melihat semua dindingnya berwarna hijau. Anda
melihat ke atas juga sama. Bahkan Anda penasaran, sehingga mencoba melihat ke
bawah. Ternyata, warna hijau di bawahnya jauh lebih indah dari kiri dan kanan. Sampai
Anda mendengar kata-kata dalam diri Anda ”Oh, betapa indahnya suasana di bawah
bila saya lihat dari atas. Sungguh sangat-sangat cantik. Dan saya sangat
menyukainya”.
Kemudian ada pengunjung berdiri di samping Anda, mereka juga mengatakan
”Wah, dari ketingian lihat kebawah itu sangat indah ya. Ternyata tempat yang
tinggi itu menyenangkan”. Setelah itu, beberapa teman Anda mendekati Anda, dan
menyapa ”Gus, dari sini terlihat menyenangkan, iyakan? Sungguh tempat yang
tinggi itu sangat-sangat menyenangkan”. (Sugesti ini
beberapa kali saya ulang dan variasikan dengan penuh penekanan).
Setelah induksi ini, saya
melihat pergerakan bola mata yang sangat cepat kiri ke kanan. Dan bulu matanya
bersuaha untuk berkedip-kedip sangat cepat sekali. Saya membiarkan beliau
sejenak sambil melanjutkan ”Terus nikmati
pengalaman itu, dan, ambil keputusan berdasarkan apa yang Anda lihat, yang Anda
dengar, dan apa yang Anda rasa menyenangkan, sekarang”. Saya diam menunggu,
sampai bola dan bulu matanya kembali seperti alamiahnya. Selanjutnya...
Sambil Anda mengingat dan menyimpan kesimpulan yang sudah Anda putuskan. Bahwa berada di tempat yang tinggi menyenangkan
dan seperti Anda pikirkan. Bahkan, sel-sel
terkecil pada saraf-saraf Anda merespon, sehingga tubuh Andapun menyiyakannya. Kemudian
Anda berjalan kembali ketempat yang Anda suka. Perlahan-lahan Anda meninggalkan
tempat itu, menuju ketempat pertama yang Anda suka, dengan membawa pengalaman
dan pemahaman yang sangat memberdayakan bagi diri Anda, sekarang.
Anda menyadari setiap langkah menuju tempat itu, mata Anda bisa melihat
dengan jelas sesuatu yang terlihat, pengdengar sangat jelas mendengar, hingga
suara hembusan angin yang halus. Juga, bisa merasakan desiran angin mengenai
tubuh Anda. Dan, sesampainya di tempat itu, Anda menyadari setiap nafas yang
keluar dan masuk lewat hidung Anda. Sehingga, setiap tarikan nafas itu, Anda
dapat mencium aroma dalam ruangan ini. Dan, saat Anda menghembuskan nafas Anda,
membuat Anda menyadari setiap pergerakan pada tubuh Anda. Perut membesar
mengecil saat bernafas, gerakan kecil jari-jari Anda. Juga, semakin Anda
bernafas semakin membuat Anda menyadari akan diri Anda. Sehingga, kapanpun Anda
menginginkan untuk membuka mata Anda, Anda bisa melakukannya sekarang, sesuka
Anda.
Test kesadaran
Beberapa saat kemudian, mas
Agus mengedip-ngedipkan matanya. Sampai terbuka lebar. Lalu, memutar wajahnya
ke kanan atas dan ke kiri atas, menyesuaikan lehernya. Setelah itu, saya
bertanya sambil menunjukkan tiga jari saya, telunjuk, tengah dan manis. ”Ini berapa mas Agus?” Dia menggerakkan
bibirnya ke kanan dan ke kiri 2 cm, dengan seyum itu dia menjawab ”Tiga”.
Untuk memastikan bahwa proses
tadi berhasil, saya meminta mas Agus untuk membayangkan bila sedang berada di
tempat yang tinggi lantai 4 ke atas. Dia berusaha membayangkan, melihat ke atas,
kebawah sambil mengedip-ngedipkan matanya. Lalu
mengatakan ”Kok bisa?”. ”Apa nya yang kok bisa mas Agus?” saya
mengkalrifikasi. ”Aneh, saya kok tidak
ada perasaan takut, yang ada senang”.
Kalibrasi dan
T.O.T.E (Test Operate Test Exit)
Saya tersenyum dan pura-pura
tidak percaya ”Ah yang benar mas? Supaya
memastikan, coba mas naik ke lantai 4, ya. Kemudian lihat kebawah. Apakah tidak
seperti dulu, atau seperti yang mas Agus bayangkan sekarang?”. Kemudian,
mas Agus naik ke atas ke lantai 4, dan ditemani oleh 3 temannya, peserta
pelatihan Aplikasi Neuro-Linguistic
Programming.
Saya tidak ikut naik ke atas,
tapi hanya menunggu di ruangan training, bersama rekan trainer dan peserta
lainnya. Dua menit kemudian, mas Agus turun dengan teman-temannya. Dia hanya
geleng-geleng kepala antara percaya dan tidak. Kemudian mengabari saya dan
peserta yang lain. “Saya tidak merasa
takut, yang ada perasaan senang saat saya melihat ke bawah”. Langsung
saja, teman-teman peserta yang lain, memberikan selamat kepada mas Agus. Saya
juga.
Setelah mempraktekkan kepada
mas Agus, cara mengubah pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan, menjadi
sesuai yang diharapkan. Selanjutnya saya memperjelas kepada peserta kapan dan
di mana titik perubahan terjadi. Dengan mengajak mas Agus untuk menceritakan
pengalaman yang dia alami. Setelah itu Peserta tertantang untuk melakukan nya
juga, sesama mereka. Dan, Alhamdulillah, sampai selesai training, suasana
menyenangkan terus menghiasi setiap ruang kelas tersebut. Pada akhir kelas saya
menitip pesan ”Bila ada teman yang phobia boleh menghubungi saya di 081511448147,
insyAllah saya siap membantu mengatasinya”.
Ciganjur, 11 Agustus 2011
Mari bersilaturahim @mind_therapist
Bagikan
