Perubahan hanya terjadi di alam tindakan.
#NasehatDiri
Berangkat ke Bogor
Tahun 2010,
saya mendapat undangan dari teman-teman kuliah Sekolah Tinggi Ekonomi Islam
Tazkia di Bogor. Hari itu merupakan pertemuan kedua (arisan alumni) angkatan
2005, setelah lulus 2010. Saya berangkat menggunakan jasa angkutan kereta
Jakarta – Bogor dari stasiun Manggarai. Saya berangkat ke Bogor, bersama
seorang teman. Dia ada acara di kampus IPB, bertemu dengan teman-teman nya di
sana.
Mindset gak-enakan
Dalam
perjalanan, kami saling cerita dengan aktifitas masing-masing. Sampai
menggunakan konteks ”as if”. Yang
saya maksud as if di sini (jika kamu
menjadi aku), mencoba melihat suatu persoalan dari pandangan orang lain.
Seperti, saya bertanya “Apa yang akan
kamu lakukan, bila suatu kondisi kamu butuh istirahat, tetapi ada teman minta
bantuanmu”. Saya menanyakan itu, karena dulu saya sulit mengatakan tidak,
disebabkan perasaan gak enakan. Saya mendengar komentarnya dan alasan dari
keputusanya. “Kalau aku langsung bilang
tidak, karena mau istirahat. Aku tidak merasa gak enakan kok Mad, karena aku
berfikir, biasanya aku membantu dia kok, Cuma kali ini aku sedang butuh
istirahat saja”.
Jangan menolak perubahan hanya karena kita
takut kehilangan yang telah kita miliki,
karena dengannya kita merendahkan nilai yang bisa kita capai melalui perubahan
itu.
#Mario Teguh
Perubahan sudut pandang
Kemudian, kami
melanjutkan diskusi hal lainnya, dan saling menambah pendapat. (bukan tukar
pendapat ya). Dan di antara dikuskusi itu, yang berkesan bagi saya adalah,
tatkala teman saya merubah sudut pandang saya tentang pandangan membebankan
orang lain. Karena, sudut pandang itu berpengaruh ke dalam pergaulan saya.
Saya mencertiakan kepada nya. Kalau saya ini tidakenakan untuk memberatkan orang lain, dalam
hal meminta bantu atau pertolongan. Sehingga, tanpa sadar menyebabkan saya
menjadi sombong, gak peduli akan sekitar, semua menjalani sendiri. Sulit
meminta bantuan orang lain. Alasannya, ya itu tadi, tidak mau membebankan orang lain. Adapun yang terjadi, segala
sesuatu saya kerjakan dan selesaikan sendiri. Seperti tidak mempunyai teman.
Bahkan, dalam hal perasaanpun, saya pendam sendiri.
Tidak beriman
seseorang, sampai dia mencintai shahabatnya, seperti dia mencintai dirinya
sendiri.
#Al-hadits
Cobalah percaya sama teman
Setelah saya
selesai menjelaskan kepadanya, dia menatap saya dan diam. Kemudian ”Mad, kamu tau apa persoalanmu? Kamu bukan
tidak mau memberatkan / membani orang lain. Tetapi kamu tidak bisa mempercayai orang lain. Cobalah percaya
kepada seorang teman”. Dia menyampaikan dengan nada tegas. Mendengar
kalimatnya, di dalam diri saya seperti ada yang sedang runtuh, rontok dan
hancur. Yaitu, pemikiran saya tentang tidak mau memberatkan atau membenani orang
lain.
Sungguh,
kata-kata yang dicuapkan oleh teman saya itu, terus terngiang-ngiang dalam
kepala saya. ”Apakah aku tidak mau
menganggu, memberatkan atau membani orang lain? Atau, aku ini krisis kepercayaan?” Ternyata saya selama ini sulit percaya sama orang lain. Kemudian saya
berterima kasih kepada nya. Karena telah membantu merubah sudut pandang tentang
arti, kepercayaan.
Tiba-tiba
terdengar suara ”Kepada penumpang kereta
ekonomi AC Bogor-Jakarta, sebentar lagi kereta akan sampai ke stasiun terakhir
bogor. Harap mempersiapkan diri Anda dan mengecek kembali barang bawaan Anda,
supaya tidak ada yang ketinggalan. Berhati-hatilah, jaga bawaan Anda, agar
tidak kehilangan dan aman dari kejahatan, Terima kasih”. Pengumuman itu
terdengar oleh kami. Artinya, sebentar lagi tiba di stasiun bogor. Setelah
kereta berhenti, dari stasiun Bogor, kami menumpangi angkot yang menuju
terminal laladon. Selanjutnya, ke tempat acara kami masing-masing.
Ciganjur 10
agustus 2011
Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist
