Selasa, 22 November 2011

Antara Membebani dan Percaya


Perubahan hanya terjadi di alam tindakan.
#NasehatDiri

Berangkat ke Bogor

Tahun 2010, saya mendapat undangan dari teman-teman kuliah Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia di Bogor. Hari itu merupakan pertemuan kedua (arisan alumni) angkatan 2005, setelah lulus 2010. Saya berangkat menggunakan jasa angkutan kereta Jakarta – Bogor dari stasiun Manggarai. Saya berangkat ke Bogor, bersama seorang teman. Dia ada acara di kampus IPB, bertemu dengan teman-teman nya di sana.

Mindset gak-enakan

Dalam perjalanan, kami saling cerita dengan aktifitas masing-masing. Sampai menggunakan konteks ”as if”. Yang saya maksud as if di sini (jika kamu menjadi aku), mencoba melihat suatu persoalan dari pandangan orang lain. Seperti, saya bertanya “Apa yang akan kamu lakukan, bila suatu kondisi kamu butuh istirahat, tetapi ada teman minta bantuanmu”. Saya menanyakan itu, karena dulu saya sulit mengatakan tidak, disebabkan perasaan gak enakan. Saya mendengar komentarnya dan alasan dari keputusanya. “Kalau aku langsung bilang tidak, karena mau istirahat. Aku tidak merasa gak enakan kok Mad, karena aku berfikir, biasanya aku membantu dia kok, Cuma kali ini aku sedang butuh istirahat saja”.

Jangan menolak perubahan hanya karena kita takut kehilangan yang telah kita miliki, karena dengannya kita merendahkan nilai yang bisa kita capai melalui perubahan itu.
#Mario Teguh

Perubahan sudut pandang

Kemudian, kami melanjutkan diskusi hal lainnya, dan saling menambah pendapat. (bukan tukar pendapat ya). Dan di antara dikuskusi itu, yang berkesan bagi saya adalah, tatkala teman saya merubah sudut pandang saya tentang pandangan membebankan orang lain. Karena, sudut pandang itu berpengaruh ke dalam pergaulan saya.

Saya mencertiakan kepada nya. Kalau saya ini tidakenakan untuk memberatkan orang lain, dalam hal meminta bantu atau pertolongan. Sehingga, tanpa sadar menyebabkan saya menjadi sombong, gak peduli akan sekitar, semua menjalani sendiri. Sulit meminta bantuan orang lain. Alasannya, ya itu tadi, tidak mau membebankan orang lain. Adapun yang terjadi, segala sesuatu saya kerjakan dan selesaikan sendiri. Seperti tidak mempunyai teman. Bahkan, dalam hal perasaanpun, saya pendam sendiri.

Tidak beriman seseorang, sampai dia mencintai shahabatnya, seperti dia mencintai dirinya sendiri.

#Al-hadits

Cobalah percaya sama teman

Setelah saya selesai menjelaskan kepadanya, dia menatap saya dan diam. Kemudian ”Mad, kamu tau apa persoalanmu? Kamu bukan tidak mau memberatkan / membani orang lain. Tetapi kamu tidak bisa mempercayai orang lain. Cobalah percaya kepada seorang teman”. Dia menyampaikan dengan nada tegas. Mendengar kalimatnya, di dalam diri saya seperti ada yang sedang runtuh, rontok dan hancur. Yaitu, pemikiran saya tentang tidak mau memberatkan atau membenani orang lain.

Sungguh, kata-kata yang dicuapkan oleh teman saya itu, terus terngiang-ngiang dalam kepala saya. ”Apakah aku tidak mau menganggu, memberatkan atau membani orang lain? Atau, aku ini krisis kepercayaan?” Ternyata saya selama ini sulit percaya sama orang lain. Kemudian saya berterima kasih kepada nya. Karena telah membantu merubah sudut pandang tentang arti, kepercayaan.

Tiba-tiba terdengar suara ”Kepada penumpang kereta ekonomi AC Bogor-Jakarta, sebentar lagi kereta akan sampai ke stasiun terakhir bogor. Harap mempersiapkan diri Anda dan mengecek kembali barang bawaan Anda, supaya tidak ada yang ketinggalan. Berhati-hatilah, jaga bawaan Anda, agar tidak kehilangan dan aman dari kejahatan, Terima kasih”. Pengumuman itu terdengar oleh kami. Artinya, sebentar lagi tiba di stasiun bogor. Setelah kereta berhenti, dari stasiun Bogor, kami menumpangi angkot yang menuju terminal laladon. Selanjutnya, ke tempat acara kami masing-masing.

Ciganjur 10 agustus 2011
Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist


Bagikan