Kamis, 10 November 2011

Antara Membatasi Ilmu dan Terbatasnya Rezeki

E-Book Unlock Your Potential
Letakkan sesuatu pada tempatnya.
Dan sebaik-baiknya amalan adalah pertengahan.

#Mafudhot

Tips mengenali potensi dalam diri

Pada bulan oktober yang sudah berlalu. Saya memposting informasi berupa penawaran gratis kepada teman-teman di wall facebook saya. Isi nya,
Shahabat, Inginkah Anda saya beritahukan cara, di mana setelah Anda mengetahui cara tersebut, Anda menjadi memahami dan menyadari, akan potensi, ketrampilan, pengetahuan dan pemahaman dalam diri Anda?

Bagi Anda yang mau, silahkan mengirimkan email ke
rahmadnlp@gmail.com, atau inbox ke saya sekarang jawabannya. Ini sangat rahasia. Oleh karenanya, hanya orang-orang yang benar-benar ingin mengetahui akan saya beritahukan caranya. Sungguh, caranya sangat-sangat gampang dan mudah. Saya mempraktekan terus hingga sekarang...
Ayo buruan, informasi ini terbatas saya beritahukan hanya untuk 100 orang saja. Semoga Anda termasuk yang beruntung mendapat kan info ini ya? Rahasia ini, tidak saya tuliskan di wall, hanya saya beritahukan bagi Anda yang menjawab (menginbox) saya, SEKARANG !!!
Beberapa saat kemudian, ada sekitar 11 orang teman saya, merasa membutuhkan  cara yang saya lakukan, supaya benar-benar memahami dan mengetahui potensi dalam diri. Saya sudah mempraktekkannya, dan itu effektif. Maka, saya memberanikan diri membagikannya. (Walau saya sadari, itu belum tentu cocok bagi mereka).

Jangan membatasi ilmu

Namun, ada juga dua orang teman saya, mereka merespon bukan lewat inbox, tetapi memberikan komentar pada status tersebut.

Yogi Andriyas: Kok terbatas 100 orang aja ya..berbagi ilmu yang dibatasi..mengiklankan.

Bakrie Every: Betul, jangan membatasi diri untuk memberi ilmu kepada orang lain, jika tidak mau dibatasi rizkinya oleh Allah

Sungguh saya sangat senang dengan balasan komentar dari kedua shahabat saya tersebut. Karena, kepedulian dan mindset berbagi pada diri mereka yang sangat luar biasa. Apalagi pemikiran saudara Bakrie, bahwa ada hubungan yang selaras antara membatasi membagi ilmu, dengan terbatasnya rezeki dari Allah. Lalu saya membalas dengan kalimat #NasehatDiri, sesuai dengan konteks (alasan) saya membatasi hanya kepada 100 orang saja. Bahkan, kata-kata yang saya susun itupun hadir, muncul secara tiba-tiba, karena respon mas Yogi. Kalimat #NasehatDiri tersebut...

Strategi berbagi dan memberi

Sementara itu, saya yakin Anda mengetahui, saya juga. Ada nasehat bijak yang sering kita dengarkan atau membacanya. ”Jangan memberi beras, tetapi berikan sawah(ladang) dan cara bercocok tanam. Yang maknanya kira-kira, Bila saya memberi bantuan beras untuk membantu mereka yang lapar makan. Maka, saya telah menyelamatkan mereka dari kelaparan selama sebulan. Tapi, bila saya meminjamkan sawah atau ladang, bibit, dan cara bercocok tanam untuk mereka. Maka, saya telah menyelamatkan mereka dari kelaparan selama satu tahun lebih.

Ini berarti, ketika kita berniat baik membantu orang lainpun, membutuhkan strategi yang tepat, supaya bantuan tersebut menjadi produktif bukan konsumtif. Maksudnya, bila kita memiliki cara yang tepat dalam membantu, maka akan menghasilkan output yang produktif. Sehingga, rantai perputaran kelaparanpun terutus. Diantara strategi tersebut, membantu kepada yang benar-benar membutuhkan.

Siapa yang membutuhkan?

Kalau saya memperhatikan anjuran dalam pembagian zakat, maka aturannya sudah sangat jelas di sana, siapa yang berhak menerima, supaya tidak salah alamat. (Apalagi dapat alamat palsu ya...he..he.. )

"Sesungguhnya, Zakat untuk orang-orang Fakir; Miskin, Amil, Muallaf, Riqab, Gharimin, Fisabilillah dan Ibnissabil. Adalah kewajiban yang ditentukan Allah, dan Allah maha mengetahui lagi bijaksana." -
At-Taubah: 60

Sebagaimana ungkapan, the right man at the right place. Kalau mahfudhot Arab, Tha kulli syaiin fi makanihi, orang kita Indonesia memperjelas, letakkan sesuatu pada tempatnya. Sehingga, bila tidak demikian, berbagai macam bisa terjadi. Boleh terjadi kehancuran, bisa juga kemubaziran. Sebagaimana kita ketahui, mubazir itukan penuh dengan kesia-siaan.

Oleh karena itulah, saya membalas komentar kedua orang teman saya di atas, sebagai respon terhadap komentar “jangan membatasi ilmu” dengan ;

”Jangan menuangkan air kedalam gelas yang penuh, jangan menawarkan makan, kepada orang yang kenyang”.
#NasehatDiri.

E-Book cara mengetahui potensi diri

Oh ya, Syukur Alhamdulillah, tips cara mengetahui potensi diri. Kini, saya sedang menuliskannya dalam format e-book. Setelah menimbang kembali. Saya memutuskan mengupload nya di blog saya. Jadi, siapa yang merasa membutuhkan bisa mendownloadnya sendiri, di sana.

Ciganjur, 19 oktober 2011

Mari bersilturahim @mind_therapist
Bagikan