Selasa, 08 November 2011

Bisakah Hidup Tanpa Resiko? (Bukan Asuransi)



Hidup ini selalu dipenuhi oleh resiko dari setiap yang kita lakukan. Dan, setiap efek yang terjadi akibat perbuatan kita, maka kita harus mempertangungjawabkannya.

#Putri Lala

Resiko ada di mana-mana

Sudah kita tau bersama, selama kita hidup di dunia ini, resiko selalu membayang-bayangi kehidupan kita. Seringpula kita membaca dan mendengar, dari buku atau pembicara, bahwa apapun aktivitas kita, ada resikonya. Bahkan, diampun memiliki resiko. Adapun resiko yang pasti anda hadapi sekarang. Terjedanya waktu aktivitas yang sedang Anda kerjakan, karena membaca cerita saya ini. Kemungkinan yang lain, Anda memperoleh pembelajaran, sama seperti saya.

Belajar Multiple Intelligences

Bulan agustus 2010 yang lalu. Saya mendapat kesempatan mengikuti pelatihan Multiple Intelligences selama 4 hari, bersama Bapak Munif Chatib dan Iswoyo. Selama training, saya mempelajari tentang sejarah, konsep, dan aplikasi dari Multiple Intelligences System. Sebenarnya sudah lama saya ingin mengikuti kelas ini. Alhamdulillah, di Agustus lalu terwujudkan.

Selain menjelaskan tentang sejarah hadirnya Multiple Intelligence, Pak Munif juga menceritakan pengalaman beliau selama hampir 10 tahun menerapkan MI di sekolah-sekolah, di mana beliau menjadi konsultan di sana. Diantara pengalaman itu, beliau menceritakan tentang “Putri Lala dan resiko”.

Kisah Putri Lala

Pak Munif menceritakan tentang putri Lala, saat membahas, pentingnya bagi guru mencatat seluruh aktivitas siswa. Baik prestasi, maupun dalam hal pelanggaran aturan, yang dilakukan siswa. Sesuai dengan kesepatakan antara siswa dengan sekolah. Seperti “Jono terlambat masuk kelas, membuang sampah bukan pada tempatnya, tidak shalat jamaah dan hal lain sesuai aturan yang ada”.

Putri Lala seorang siswi di sekolah penerapan MI, di Sukabumi. Putri Lala termasuk katagori pembelajar kinesthetic. Aktivitas yang tidak pernah dia tinggalkan adalah bermain basket. Dia menjadi bintang di sekolah, karena keahlian nya ini. Namun, di sisi lain, Lala sudah beberapa kali termasuk dalam buku catatan pelanggaran.

Sekolah mengluarkan Lala

Sampai satu momen, Lala melakukan sesuatu yang tak dapat lagi dimaklumi oleh pihak sekolah. Sehingga, Lala menghadapi resiko berupa, harus melanjutkan pendidikan dan pembelajaran di sekolah lain. Kejadiannya, saat sedang berada di LAB komputer. Lala melepaskan bola scroling dari mouse, kemudian melemparkan bola tersebut, hingga mengenai layar monitor. Lemparan tersebut memecahkan 3 unit layar monitor.

Setelah peristiwa itu, Kepala sekolah memanggil Lala, dan menyampaikan sebuah keputusan kepadanya. Bahwa, mulai hari itu, Lala tidak bisa lagi belajar di sekolah bersama guru dan teman-temannya. Karena, perbuatan dan perliku yang telah dia lakukan. Sambil menunjukkan daftar pelanggaran yang pernah dia kerjakan, tercatat sebanyak 144. Dari pelanggaran akhlak, sampai aturan sekolah.

Pembelajaran bagi Lala

Sebagai orang tua, mungkin Anda dan saya akan merespon juga sama seperti orang tua Lala. Sedih dan sulit menerima. Namun, apapun itu, merupakan resiko dari perilakunya. Kepala sekolah menyampaikan kepada orang tua Lala ”Hari ini putri kita Lala belajar ilmu berharga dalam hidupnya, kehidupan penuh dengan resiko (efek yang akan terjadi) dari setiap perbuatan dan tindakan. Dan Lala harus mempertanggungjawabkannya”.

Tanggung jawab

Munif Chatib, Konsultan MI
Sementara itu, sering dalam setiap sesi terapi, dan sharing teman-teman. Saya menemukan pola. Sebenarnya beberapa di antara mereka, tidak meiliki persoalan yang rumit. Seperti keluhan bingung memutuskan (sulit mengabil keputusan). Tetapi, inti masalah sebenarnya, ketidaksiapan untuk menerima resiko, akibat yang ditimbulkan oleh pilihan-pilihan yang akan mereka putuskan. Sehingga, terus menghindar-menghindar dan menghindar. Padahal, apapun keputusannya, resiko itu selalu ada. Oleh karena itu, saya sering mengajak, ”Putuskan sekarang, karena apapun keputusanmu, ada konsekwensinya. Dan, setelah memutuskan, maka bertangunggjawab atas keputusanmu itu”.

Undangan Wisuda kelas 3

Meskipun dia sudah tidak tercatat sebagai siswa aktif sekolah tersebut. Tetapi, setiap sore, Lala tetap bermain basket bersama teman-temannya. Sampai kelulusan tiba. Dan, saat acara perpisahan. Putri Lala dan keluarganya mendapat surat undangan wisuda kelas 3. Mereka menghadiri acara tersebut. Tanpa sepengetahuan, Lala mendapat kesempatan untuk menyampaikan pesan dan kesan pada moment tersebut.

Nasehat Putri Lala

Suasana haru nan menyentuh, saat Lala berbicara di depan hadapan dewan guru, siswa kelas 1-2 juga para orang tua. Terutama para guru dan orang tua Lala. Karena Lala menyampaikan kebahagiaannya pernah bersekolah di tempat itu. Meskipun dia tidak sampai lulus di sana. Tetapi, ada momen yang menjadi turning point (perubahan) bagi kehidupan Lala. Dia berpesan kepada adik-adiknya, agar tidak berperilaku seperti dia. Karena resikonya adalah harus bersekolah di tempat lain seperti dirinya.

Adik-adik, jangan ikuti yang telah saya lakukan, itu ada resikonya. Hidup ini selalu dipenuhi oleh resiko dari setiap yang kita lakukan. Setiap efek yang terjadi akibat perbuatan kita, maka kita harus mempertangungjawabkannya”.

Diantara hadirin, ada yang menesteskan air mata. Air mata keharuan, atas pembelajaran hidup, yang Lala wasiatkan buat adik-adik kelasnya. Para dewan guru mempunyai kebanggaan tersendiri kepada Putri Lala. Dan yang paling bangga adalah orang tua Lala. Karena, putri mereka memiliki jiwa yang kuat, dan mengambil hikmah atas peristiwa yang pernah dia alami.

Ciganjur, Sabtu, 29 Oktober 2011

Mari bersilaturahim @mind_therapist

Bagikan