Senin, 14 November 2011

God's Healing


Lahaula walaquwata illabillahi
(Addu’a)

Semua atas izin Allah

Seorang pendengar program “terapi musik” setiap minggu malam di radio Sonora, menyampaikan uangkapan terima kasih nya kepada nara sumber Coach Krishnamurti. “Terima kasih sudah membantu menyelesaikan masalah saya”. Dengan penuh bijak nara sumber membalas “Berterima kasihlah kepada Allah, karena ini semua atas kuasa dan izin-Nya”.

Pada program yang lain. Sering terdengar ucapan dari para dermawan yang membantu berupa dana pendidikan beasiswa kepada orang-orang membutuhkannya, “Semua rezeki ini dari Allah, saya hanya perantara saja”. Tatkala berobat karena sakit yang saya alami. Dokter terbiasa mengucapkan, “Semua atas izin Allah, kita hanya berusaha semampu kita”. Kejadian itu semua seolah menjadi tanda-tanda alam. Bahwa, tiada sesuatu terjadi kecuali atas izin Allah.

Pengalaman menghadirkan pemahaman

Sudah tidak bisa kita tolak lagi, asumsi “Pengalaman empiris, menghasilkan teori nyata. Apa yang kita alami, itu kenyataannya”. Artinya, saya dan Anda tidak mungkin benar-benar memahami sesuatu hal, sebelum mengalaminya langsung, iya kan? Seperti anak kecil ingin memahami rasanya manis. Sehebat apapun penjelasan orang tua tentang manisnya gula, satu kecapan di lidah, sudah cukup memadai dan mematikan seribu kata-kata penjelaasan.

Demikian pula yang saya alami, akan hal kata-kata, semua atas izin Allah. Suatu hari saya mendapat kesempatan dari sepasang suami istri yang baru saja mengikuti pelatihan NLP di kantor saya, Mind-Talks Office, kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Setelah selesai training, mereka sharing lebih mendalam, ada kendala yang sedang dialami oleh pasangan tersebut. Bukan kurangnya keharmonisan rumah tangga mereka, tetapi sang istri mengalami psikosomatisSuatu permasalahan yang berdampak kepada fisik, akibat pikiran dan perasaan yang belum selaras”.

Benjolan di kelopak mata kanan

Kemudian, sang istri menyampaikan keluhan yang dialaminya. Mata sebelah kanan terasa sakit. Seperti ada sesuatu menetap di sana. Secara klinis sudah ke beberapa dokter spesialist, dan tes laboratorium. Hasilnya, tidak ada gangguan apapun di matanya. Akan tetapi, sang istri merasakan keberadaannya. Karena, suaminya seorang praktisi pemberdayaan pikiran juga. Beliau menyadari, kalau ini bukan pesoalan fisik, tetapi karena faktor pikiran.

Rupanya, sang istri pernah mengalami keguguran. Efeknya, kejadian itu terus terbayang-bayang pada ingatannya. Inti masalahnya menurut saya, karena belum ikhlasnya diri menerima kenyataan, atas takdir yang telah Allah tentukan. Saya akui, tidak mudah untuk langsung mengatakan ikhlas (menerima tanpa bertanya) atas keputusan Allah. Seperti yang dialami oleh pasangan itu. Anak yang sedang beliau kandung, meninggal dalam rahimnya.

Mengnolkan diri

Setiap sebelum proses terapi berlangsung, saya selalu berusaha untuk menyatu dengan sang klien sebentar saja. Untuk memahami dan merasakan, bagaimana persisnya yang dia alami. Apa sebenarnya inti persoalan? Sebelum saya terhubung (conect to associated), biasanya saya tidak melakukan apapun, kecuali hanya menyimak saja.

Setelah terkoneksi, saya mengdisasosiasi (disassociated) kembali dengan klien. Kemudian, saya baru melakukan proses terapi. Tatkala mau menterapi, saya memikirkan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan sang klien, begitu cepatnya fikiran saya mencari model yang cocok (tehnik terapi) susai sulosi yang diinginkan.

Hanya menjadi perantara

Namun, sang kreatif saya, belum memberi signal apapun. Selanjutnya saya mengnolkan diri saya dengan berdoa di dalam ”Ya Allah, izinkan hamba menjadi perantaraMu membantu makhluk-Mu”. Setelah berdoa, saya menghentikan keinginan untuk menyelesaikan masalah teman saya itu. Dan saya hanya mengikuti kata-kata di dalam diri saya.

SubhanAllah, saya menemukan ide-ide yang belum pernah saya fikirkan sebelumnya. Juga tehnik terapi yang belum pernah saya pelajari. Sehingga, memiliki tehnik kombinasi dari pengalaman tersebut. Alhadulillah, cara tersebut cocok bagi sang istri itu. Dia merasa lebih enakan dari sebelumnya. Karena solusi berupa adanya perubahan perilaku, maka totalitas penyelesaiaan ada pada perubahan perilaku itu sendiri.
"Waktu Anda sangat terbatas. Jangan terperangkap oleh dogma yang membuat Anda hidup di pemikiran orang lain. Jangan biarkan gangguan dari opini orang lain mengalahkan suara hati Anda." STEVE JOBs
Kekuatan pasrah (small difference makes big different)

Setelah selesai terapi, saya bersyukur kepada Allah. Atas semua pengalaman yang saya alami. Kemudian saya menyadari, ada sesuatu perbedaan proses terapi barusan, dengan terapi-terapi yang pernah saya lakukan sebelumnya. Perbedaan mendasar adalah saya tidak merasa lelah sedikitpun. Bahkan, seolah-olah seperti tidak melakukan apapun. Padahal, saya sadari, setiap proses yang kita lakukan, pasti terjadi perubahan energi di dalam diri. Apalagi terapi. Tentu lebih banyak menguras energi.

Saya duduk sejenak menyadari semua proses yang telah saya lakukan, dari sebelum terapi sampai selesai. Kemudian membandingkan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Saya yakin, tentu ada strategi berbeda yang saya lakukan. Aha !, ternyata yang membedakan, saya mengnolkan keinginan untuk membantu.  Dari pengalaman ini saya mengambil kesimpulan, serahkan tujuan kepada Allah, dan sebagai manusia, hanya berupaya melakukan, apa yang bisa saya lakukan (mengikuti firasat di dalam).

Ciganjur, 2 oktober 2011
Mari bersilaturahim @mind_therapist
Bagikan