Tradisi Meugang
Waktu saya masih berusia 7-12
tahun. Sehari sebelum memasuki hari raya Idul Adha. Saya sangat menyukai hari
tersebut. Bukan hanya saya, tetapi, teman-teman sepermainan yang seumuran
dengan saya, juga menikmatinya. Karena, di Aceh ada budaya pemotongan hewan,
sapi atau kerbau. Tradisi ini di sebut hari ”Meugang”.
Hampir seluruh wilayah Aceh
melaksanakan tradisi ini. Saya tidak tau apa maksud dan tujuan
nya. Tetapi ini sudah berlaku hingga sekarang. Saya pernah mendengar, tradisi
meugang ini, sebagai cara masyarakat Aceh mengungkapkan kebahagiaannya menyambut
hari agung Idul Adha. Karena memang, pada hari itu, hampir semua rumah ada
masakan khas Aceh, yang isi nya dari daging. Bila tidak mampu sapi, kerbau,
maka para orang tua akan mengusahakan ayam.
Selain itu, saya pernah juga
mendengar, meugang adalah momen bagi
masyarakat untuk menikmati daging. Sampai ada istilah ”Si thon dua goe, tapajoh sie lemo atau kebeu”. (Minimal, setahun
dua kali, bisa menyantap daging sapi atau kerbau). Karena, biasanya makanan
sehari-hari pedamping nasi adalah ikan, sayur mayur, atau telur.
Persepsi makan daging
Dulu ada persepsi, makan
daging itu hanya orang tertentu saja (Saya tidak tau sekarang). Makanya,
setiap ada syukuran, hajatan, atau ada tamu yang silaturahim. Si empu hajatan,
pasti berusaha menghidangkan daging. Sebagai tanda memuliakan tamu. Karena,
daging memiliki makna khusus. Makanya, saya sangat senang, bila mendapat kabar,
teman almarhum bapak saya, akan bersilaturahim ke rumah. Karena itu pertanda,
saatnya makan daging.
Sekarang, setelah saya mencoba
memahami. Saya mengerti. Ternyata meugang
bukan hanya itu. Tetapi tradisi itu membuat seluruh masyarakat Aceh untuk bisa berqurban sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Seperti salah satu dari 4 hikmah atau makna berqurban.
4 hikmah dan pembelajaran melalui Qurban.
Pertama, Qurban mengajarkan menepati janji
Sebagaimana telah kita ketahui
bersama, kisah Nabi Ibrahim ’alaihi salam. Beliau seorang rasul yang Allah
berikan ujian di awal-awal pernikahannya, tanpa ada tanda-tanda kehamilan pada
istrinya. Tetapi, kondisi itu sedikitpun tidak menggoyahkan kemimanan dan
keta’atan beliau kepada Allah. Sampai, untuk membuktikan ketaqwaannya, Nabi
Ibrahim pernah berucap dalam tangisnya. ”Seandainya
aku memiliki seorang anak, dan Allah memintaku menyerahkan kepada Nya, akan aku
serahkan sebagai tanda keimanan ku”.
Nabi Ibrahim mengucapkan itu,
saat Allah belum mengkaruniai seorang anak kepadanya. Tiada suatupun yang
mustahil bagi Allah. Singkat cerita, Allah meniupkan ruh dalam janin istri Nabi
Ibrahim. Dan lahirlah seorang putra yang diberi nama Ismail. Namun, setelah
Ismail lahir, Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk menjalankan
misinya. Maka, beliau meninggalkan istri dan anak kesayangan yang
berpuluh tahun dinantikannya. Itu semua karena Allah lebih utama bagi beliau.
Setelah Ismail berusia 9
tahun, baru Nabi Ibarahim pulang kembali dari misinya. Beliau memeluk istri dan
bertanya ”Mana anak kita Ismail?”.
Sambil menunjukkan keseorang anak, Siti Hajar memberitahukan ”Itu Ismail”. Nabi Ibarhim sangat senang.
Dan hari-hari setelahnya, mengisi waktu dengan anaknya yang lucu itu. Tiba-tiba
suatu malam beliau bermimpi, suatu perintah untuk mengqurbankan anak
kesayangannya Ibrahim. Sebagaimana beliau pernah berjanji ”Seandainya aku memiliki seorang anak, dan Allah memintaku menyerahkan
kepada Nya, akan aku serahkan sebagai tanda keimanan ku”. Singkat cerita,
Nabi Ibrahimpun melaksanakan perintah tersebut.
Kedua, mengqurbankan cinta kepada makhluk
Juga telah kita ketahui
bersama. Dalam sejarah tertulis, saat Nabi Ibrahim melaksanakan perintah
menyembelih Ismail, anaknya tercinta. Ternyata Allah menggantikannya dengan
seekor hewan qurban. Kemudian, Nabi Ibrahim bersujud sambil menangis. (Ada yang
menjelaskan. Peristiwa itu, Allah ingin mengajarkan langsung kepada Nabi
Ibrahim ”Sesungguhnya Allah tidak
menginginkan Nabi Ibrahim menqurbankan anaknya. Melainkan, mengqurbankan cinta kepada makhluk, anak, istri,
atasan, guru, dan siapapun. Dan pembelajaran itu, juga kepada kita sampai
sekarang”.
Ketiga, mengqurbankan sifat kehewanan
Jumaat, 4 november yang lalu.
Di mesjid Al-Syifa, kuthbah jumaat disampaikan oleh ust. Zainuddin. Beliau
menyampaikan. Diantara maksud perintah qurban itu berupa onta, sapi, atau
kambing. Sebenarnya itu pembelajaran bagi kita, agar saat berqurban, sekaligus
bisa mengqurbankan sifat kehewanan
pada diri kita. Seperti sifat hewan jantan kawin dengan sembarang betina. Maka,
qurban itu mengajarkan supaya sifat suka menganggu rumah tangga orang lain,
tidak ada lagi pada diri kita. Dan sifat-sifat kebinatangan lainnya.
Keempat, berqurban yang terbaik sesuai
kemampuan
Kisah qurban lainnya. Biasanya
sering diceritakan tentang kehidupan Qabil dan Habil. Kisah ummat
pertama hidup di dunia ini, sungguh sangat menakjubkan. Peristiwa itu terjadi,
tatkala Qabil berseteru tidak mau menikahi Lubuda yang di jodohkan dengan nya. Lantaran
dia mau menikahi adiknya sendiri, Iqlima, yang dijodohkan dengan Habil. Maka,
Nabi Ibrahim memberikan perintah berqurban kepada keduanya. Qurban yang akan
diterima, maka berhak menikahi Iqlima.
Habil seorang peternak. Maka,
beliau berusaha memberikan yang terbaik sesuai kemmapuannya. Maka, Habil
menyerahkan hewan terbaik yang dimilikinya,
sesuai kemampuan beliau. Sementara Qabil, ahli pertanian. Beliau tidak
memberikan gandum terbaik yang dimilikinya. Tetapi, gandum yang kecil dan mutu
kurang baik. Setelah qurban diletakkan di atas sebuah bukit yang disyaratkan.
Ternyata, hewan qurban milik Habil yang diterima oleh Allah. Sementara Gandum
kecil tak bermutu, masih tetap berada di sana.
Indahnya tradisi meugang di Aceh
Kembali dengan cerita meugang di Aceh. Saya memahami, tradisi
itu sebenarnya, supaya masyarakat Aceh bisa berQurban pada idul Adha. Bila
tidak mampu mengqurbankan sapi, atau kambing. Maka orang-orang, akan berusaha
semaksimal mungkin sesuai kemampuannya.
Biasanya akan membeli daging di pasar 1 kg. Atau yang terendah, berupa ayam yang
akan disembelih. Namun, apabila ada yang tidak mampu untuk berqurban dan
meugang. Maka, tetangga sebelahnya, akan mengirimkan separuh daging yang
dimilikinya atau semangkok masakan Aceh yang sudah siap saji. Supaya, hari itu,
semua rakyat Aceh, bisa menikmati daging.
Sungguh indahkan? Selamat hari
raya Idul Adha.
Ciganjur, Minggu, 6 November
2011
Mari bersilaturahim dengan
saya @mind_therapist
Tele-Therapy & Coaching,
Mau?
Bagikan
