GAMBARAN
UMUM
Penulis nyaman menerima setiap
peristiwa yang telah dia alami. Kemudian secara perlahan-lahan dia mulai
bergerak untuk memikirkan masa depannya. Hal ini menandakan, bahwa dia
mempunyai spontanitas yang cukup baik pada dirinya.
Di sisi lain, penulis adalah
orang-orang yang toleran dan mudah mengikuti arahan (penurut). Cuma terkadang,
mudah untuk dimanfaatkan oleh orang lain. Dia agak lambat dalam mengambil
keputusan. Karena, takut berhadapan hal baru. Maunya yang telah jelas-jelas
saja. Cenderung cari aman.
Dalam hal berpikir, penulis adalah
seseorang yang realistis namun kurang akan kreatifitas dan imajinasi. Terkadang
kurang memahami tujuan yang dia inginkan. Cenderung merendahkan diri sendiri
menderita perasaan inferioritas (perasaan bahwa diri tidak berguna dan
berdaya).
Ketika memperoleh tantangan,
dia cenderung memilih tidak mengatasi masalahnya. Akibatnya sedikit mengalami
kebahagiaan hidup. Hal ini lantaran dia sedang mengalami kegalauan dan berusaha
untuk lari dari masalah. Penyebab lainnya, adanya rasa putus asa
menyelimutinya.
Selain realistis, penulis agak
sedikit lambat dalam berpikir. Cenderung berhati-hati dan banyak perhitungan.
Terkadang agak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Butuh waktu lama untuk
memahami suatu permasalahan. Namun dia memiliki pembawaan yang tenang.
INTERAKSI
SOSIAL DAN ORANG LAIN
Pada dasarnya penulis senang
melakukan komunikasi dan cenderung terbuka (mengizinkan orang lain untuk
mengetahui tentang dirinya). Namun, karena harga dirinya
rendah dan adanya ketakutan berhubungan dengan orang lain dalam dirinya,
membuat penulis berusaha untuk mengisolasikan diri.
Dalam hal mengekspresikan
diri, penulis seseorang yang Lebih berfokus pada dirinya. Dia cenderung lebih menyenangi
diri sendiri (introvert). Tidak terlalu suka dengan keramaian. Kondisi
ekstrimnya, dia merasa dirinya tidak penting—harga diri rendah—bisa jadi karena
faktor masa lalu (baik pola asuh dalam rumah tangga atau saat bersosialisasi
semasa kecilnya).
Ketika berinteraksi di tempat
kerja, dia lebih suka bekerja yang aktivitasnya lebih banyak di kantor. Atau back office. Dibandingkan sering terjun
ke lapangan. Ini lantaran dia lebih suka
berada di belakang layar dibandingkan tampil menghadapi publik. Dan keinginan
ini dipengaruhi oleh anggapan kepada diri sendiri bahwa dirinya kecil.
Dalam konteks mengungkapkan
perasaan kepada orang lain. Orang-orang disekitarnya terkadang menganggap dia
susah untuk dimengerti. Lantaran, saat ini penulis mengalami tekanan emosi
(konflik batin). Satu sisi dia ingin mengungkap perasaan nya. Akan tetapi di
sisi lain ada yang menahan di dalam. Sehingga, membuatnya menjadi tertekan
sendiri.
Dan penulis mengharapkan
pengakuan untuk diakui sebagai orang penting. Cenderung memperlihatkan gengsi,
harga dirinya tinggi, dan kepercayaan diri. Terkadang sering membual agar
terlihat bahwa dirinya hebat.
PERENCANAAN
·
Belum bisa membuat perencanaan
yang baik. Hal ini bisa disebabkan karena adanya mental block dalam dirinya
berupa takut salah dan takut gagal.
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
·
Lambat, karena cenderung
sangat hati-hati.
PERILAKU
TERHADAP UANG
·
Tidak pertimbangan dalam
menggunakan uang (cenderung boros). Hal ini bisa jadi karena kurangnya
pengendalian diri dalam diri penulis. Seperti tidak membuat perencanaan yang
baik.
CARA
BERPIKIR
·
Lambat karena ingin detail.
· Analitis; suka menganalisa
sebab dan akibat dari suatu kejadian, kemudian baru bisa mengambil kesimpulannya
(keputusan).
·
Cenderung melihat sisi negatif
setiap peristiwa yang dialami.
·
Mengutamakan logika dan
realistis.
Kurang imajinasi.
MENTAL
BLOCK
1. TAKUT GAGAL
Sangat takut akan kegagalan
sehingga tidak berani mencoba. Dia memaknai kegagalan adalah aib yang harus
dihindari dengan segala cara. Self-esteem atau harga diri yang rendah menjadi
ciri-cirinya. Dan cenderung pesimistis.
Biasanya belief yang melatarbelakanginya:
·
Aku tidak mampu.
·
Aku tidak punya keterampilan cukup.
·
Apa pun yang aku lakukan selalu berakhir jelek.
·
Kalau aku berhasil pasti kegagalan sedang menantiku.
·
Kebahagiaan selalu akan diikuti dengan kegagalan.
·
Akut tidak layak berhasil.
·
Aku tidak layak mendapatkan kebahagiaan.
·
Hidup itu susah.
·
Hidupku memang ditakdirkan susah.
·
Susah dan gagal itu memang bagian dari kehidupanku.
·
Banyak orang tidak menyukaiku.
·
Aku tidak berharga.
·
Aku tidak penting.
·
Bisa berjalan saja sudah bagus.
·
Memikirkan hal-hal yang baik itu berbahaya.
·
Berpikir yang muluk-muluk itu bisa menimbulkan kekecewaan.
·
Hidup sulit itu terhormat.
·
Aku dianggap berharga saat bisa menunjukkan betapa sulitnya hidupku.
·
Orang-orang selalu mengambil keuntungan dariku.
·
Tidak ada yang bisa aku lakukan untuk memperbaiki kehidupanku.
·
Orang lain pasti lebih hebat dariku.
·
Aku tidak selevel dengan orang-orang itu.
·
Tantangan adalah mengerikan.
·
Tanggung jawab itu mengerikan.
·
Orang lainlah yang harus membantu aku untuk bangkit.
·
Orang lain yang bertanggung jawab atas kesulitan yang aku hadapi.
·
Aku seperti ini gara-gara orang-orang tidak mendukungku.
2. TAKUT DITOLAK DAN DINILAI
SALAH
Dalam diri penulis adanya rasa
tidak aman dan upaya pertahanan diri yang berlebihan. Karena takut kecewa serta
merasa tidak setara dengan sekelilingnya. Selain ragu-ragu juga menuntut
dirinya berlebihan, bahkan juga kepada orang lain. Seperti ada keinginan yang
berlebihan untuk dihargai dan mendapatkan persetujuan dari orang lain. Hidupnya
cenderung terombang-ambing dan sering merasa lelah (secara emosi). Dan ini juga
pertanda ada perasaan harga diri yang kurang baik.
Biasanya belief yang melatarbelakanginya:
·
Ibu lebih menyayangi adik karena dia lebih pintar.
·
Aku memang bodoh, jadi logis kalau ibu lebih suka sama adik.
·
Wajahku memang buruk, beda dengan kakak, makanya ayah lebih bangga
dengan kakak.
·
Aku memang tidak punya apa pun untuk dibanggakan.
·
Percuma aku mencoba, toh nanti ditolak juga.
·
Ibu bilang aku ini anak sial, memang benar begitu.
·
Aku tidak berarti, apa pun yang aku lakukan selalu tidak menarik bagi
orang lain.
·
Aku tidak berharga, teman-teman selalu menolakku.
·
Setiap aku berbicara, orang lain jarang memperhatikanku.
·
Aku selalu ditinggalkan.
·
Aku selalu dikhianati.
·
Orang lain selalu melupakan aku.
·
Ke mana pun aku pergi orang lain selalu menolakku.
·
Aku selalu tidak diinginkan di mana pun aku berada.
·
Orang lain selalu lebih mampu dan lebih baik, seperti ibuku
membandingkanku dengan anak tetangga (teman-temanku).
·
Aku memang layak ditinggalkan.
SELF-ESTEEM
Cenderung melihat dirinya
rendah, murah, tidak layak, dan tidak berdaya. Dia selalu mencoba untuk
mengalah dan lebih memberikan kesempatan kepada orang lain, tidak pernah
percaya bahwa ada orang lain yang peduli dengan dirinya. Takut apabila ada
orang yang mendekatinya (misalnya mau menjalin hubungan). Kecenderungan menjaga
jarak dengan orang lain. Selalu mencoba menguji orang yang mendekatinya.
Menutup diri, posesif, pencemburu, culas, narsis, dan merasa tidak mungkin
diterima oleh orang lain.
Biasanya belief yang melatarbelakanginya:
·
Aku jelek.
·
Aku tidak berharga.
·
Aku tidak layak untuk dicintai.
·
Aku selalu melakukan kesalahan.
·
Apa pun yang aku lakukan pasti tidak sesuai dengan harapan orang.
·
Sangat memalukan kalau orang lain tahu kelemahanku (kekuranganku).
·
Selalu ada yang salah dengan diriku.
·
Orang hanya akan menerimaku kalau mereka tidak tahu siapa aku
sebenarnya.
·
Tidak seorang pun peduli dengan diriku.
·
Aku sendirian di dunia ini.
·
Aku tidak baik.
·
Aku ini memang payah.
·
Tidak ada satu pun yang bisa dibanggakan dari diriku.
·
Aku tidak punya apa-apa.
·
Orang lain pasti lebih baik dariku.
·
Aku memang layak dikritik karena memang aku tidak mampu.
Bagikan