Sabtu, 06 Oktober 2012

Contoh Analisa Tulisan Tangan



GAMBARAN UMUM
Penulis nyaman menerima setiap peristiwa yang telah dia alami. Kemudian secara perlahan-lahan dia mulai bergerak untuk memikirkan masa depannya. Hal ini menandakan, bahwa dia mempunyai spontanitas yang cukup baik pada dirinya.

Selanjutnya, penulis terkadang nampak bersemangat, tertawa, tetapi kemudian tiada hujan tiada angin, tiba-tiba loyo dan berdiri tegak. Bahkan seketika bisa menangis tersedu-sedu. Hal ini dikarenakan dia sedang mengalami kegelisahan mendalam dan emosi tidak stabil. Kacau secara mental akibat pengendalian diri yang buruk.

Di sisi lain, penulis adalah orang-orang yang toleran dan mudah mengikuti arahan (penurut). Cuma terkadang, mudah untuk dimanfaatkan oleh orang lain. Dia agak lambat dalam mengambil keputusan. Karena, takut berhadapan hal baru. Maunya yang telah jelas-jelas saja. Cenderung cari aman.

Dalam hal berpikir, penulis adalah seseorang yang realistis namun kurang akan kreatifitas dan imajinasi. Terkadang kurang memahami tujuan yang dia inginkan. Cenderung merendahkan diri sendiri menderita perasaan inferioritas (perasaan bahwa diri tidak berguna dan berdaya).

Ketika memperoleh tantangan, dia cenderung memilih tidak mengatasi masalahnya. Akibatnya sedikit mengalami kebahagiaan hidup. Hal ini lantaran dia sedang mengalami kegalauan dan berusaha untuk lari dari masalah. Penyebab lainnya, adanya rasa putus asa menyelimutinya.

Selain realistis, penulis agak sedikit lambat dalam berpikir. Cenderung berhati-hati dan banyak perhitungan. Terkadang agak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Butuh waktu lama untuk memahami suatu permasalahan. Namun dia memiliki pembawaan yang tenang.

INTERAKSI SOSIAL DAN ORANG LAIN
Pada dasarnya penulis senang melakukan komunikasi dan cenderung terbuka (mengizinkan orang lain untuk mengetahui tentang dirinya). Namun, karena harga dirinya rendah dan adanya ketakutan berhubungan dengan orang lain dalam dirinya, membuat penulis berusaha untuk mengisolasikan diri.

Dalam hal mengekspresikan diri, penulis seseorang yang Lebih berfokus pada dirinya. Dia cenderung lebih menyenangi diri sendiri (introvert). Tidak terlalu suka dengan keramaian. Kondisi ekstrimnya, dia merasa dirinya tidak penting—harga diri rendah—bisa jadi karena faktor masa lalu (baik pola asuh dalam rumah tangga atau saat bersosialisasi semasa kecilnya).

Ketika berinteraksi di tempat kerja, dia lebih suka bekerja yang aktivitasnya lebih banyak di kantor. Atau back office. Dibandingkan sering terjun ke lapangan. Ini lantaran dia  lebih suka berada di belakang layar dibandingkan tampil menghadapi publik. Dan keinginan ini dipengaruhi oleh anggapan kepada diri sendiri bahwa dirinya kecil.

Dalam konteks mengungkapkan perasaan kepada orang lain. Orang-orang disekitarnya terkadang menganggap dia susah untuk dimengerti. Lantaran, saat ini penulis mengalami tekanan emosi (konflik batin). Satu sisi dia ingin mengungkap perasaan nya. Akan tetapi di sisi lain ada yang menahan di dalam. Sehingga, membuatnya menjadi tertekan sendiri.

Dan penulis mengharapkan pengakuan untuk diakui sebagai orang penting. Cenderung memperlihatkan gengsi, harga dirinya tinggi, dan kepercayaan diri. Terkadang sering membual agar terlihat bahwa dirinya hebat.

PERENCANAAN
·         Belum bisa membuat perencanaan yang baik. Hal ini bisa disebabkan karena adanya mental block dalam dirinya berupa takut salah dan takut gagal.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
·         Lambat, karena cenderung sangat hati-hati.

PERILAKU TERHADAP UANG
·         Tidak pertimbangan dalam menggunakan uang (cenderung boros). Hal ini bisa jadi karena kurangnya pengendalian diri dalam diri penulis. Seperti tidak membuat perencanaan yang baik.

CARA BERPIKIR
·         Lambat karena ingin detail.
·    Analitis; suka menganalisa sebab dan akibat dari suatu kejadian, kemudian baru bisa mengambil kesimpulannya (keputusan).
·         Cenderung melihat sisi negatif setiap peristiwa yang dialami.
·         Mengutamakan logika dan realistis.
    Kurang imajinasi.

MENTAL BLOCK
1.      TAKUT GAGAL
Sangat takut akan kegagalan sehingga tidak berani mencoba. Dia memaknai kegagalan adalah aib yang harus dihindari dengan segala cara. Self-esteem atau harga diri yang rendah menjadi ciri-cirinya. Dan cenderung pesimistis.

Biasanya belief yang melatarbelakanginya:
·         Aku tidak mampu.
·         Aku tidak punya keterampilan cukup.
·         Apa pun yang aku lakukan selalu berakhir jelek.
·         Kalau aku berhasil pasti kegagalan sedang menantiku.
·         Kebahagiaan selalu akan diikuti dengan kegagalan.
·         Akut tidak layak berhasil.
·         Aku tidak layak mendapatkan kebahagiaan.
·         Hidup itu susah.
·         Hidupku memang ditakdirkan susah.
·         Susah dan gagal itu memang bagian dari kehidupanku.
·         Banyak orang tidak menyukaiku.
·         Aku tidak berharga.
·         Aku tidak penting.
·         Bisa berjalan saja sudah bagus.
·         Memikirkan hal-hal yang baik itu berbahaya.
·         Berpikir yang muluk-muluk itu bisa menimbulkan kekecewaan.
·         Hidup sulit itu terhormat.
·         Aku dianggap berharga saat bisa menunjukkan betapa sulitnya hidupku.
·         Orang-orang selalu mengambil keuntungan dariku.
·         Tidak ada yang bisa aku lakukan untuk memperbaiki kehidupanku.
·         Orang lain pasti lebih hebat dariku.
·         Aku tidak selevel dengan orang-orang itu.
·         Tantangan adalah mengerikan.
·         Tanggung jawab itu mengerikan.
·         Orang lainlah yang harus membantu aku untuk bangkit.
·         Orang lain yang bertanggung jawab atas kesulitan yang aku hadapi.
·         Aku seperti ini gara-gara orang-orang tidak mendukungku.

2.      TAKUT DITOLAK DAN DINILAI SALAH
Dalam diri penulis adanya rasa tidak aman dan upaya pertahanan diri yang berlebihan. Karena takut kecewa serta merasa tidak setara dengan sekelilingnya. Selain ragu-ragu juga menuntut dirinya berlebihan, bahkan juga kepada orang lain. Seperti ada keinginan yang berlebihan untuk dihargai dan mendapatkan persetujuan dari orang lain. Hidupnya cenderung terombang-ambing dan sering merasa lelah (secara emosi). Dan ini juga pertanda ada perasaan harga diri yang kurang baik.

Biasanya belief yang melatarbelakanginya:
·         Ibu lebih menyayangi adik karena dia lebih pintar.
·         Aku memang bodoh, jadi logis kalau ibu lebih suka sama adik.
·         Wajahku memang buruk, beda dengan kakak, makanya ayah lebih bangga dengan kakak.
·         Aku memang tidak punya apa pun untuk dibanggakan.
·         Percuma aku mencoba, toh nanti ditolak juga.
·         Ibu bilang aku ini anak sial, memang benar begitu.
·         Aku tidak berarti, apa pun yang aku lakukan selalu tidak menarik bagi orang lain.
·         Aku tidak berharga, teman-teman selalu menolakku.
·         Setiap aku berbicara, orang lain jarang memperhatikanku.
·         Aku selalu ditinggalkan.
·         Aku selalu dikhianati.
·         Orang lain selalu melupakan aku.
·         Ke mana pun aku pergi orang lain selalu menolakku.
·         Aku selalu tidak diinginkan di mana pun aku berada.
·         Orang lain selalu lebih mampu dan lebih baik, seperti ibuku membandingkanku dengan anak tetangga (teman-temanku).
·         Aku memang layak ditinggalkan.

SELF-ESTEEM
Cenderung melihat dirinya rendah, murah, tidak layak, dan tidak berdaya. Dia selalu mencoba untuk mengalah dan lebih memberikan kesempatan kepada orang lain, tidak pernah percaya bahwa ada orang lain yang peduli dengan dirinya. Takut apabila ada orang yang mendekatinya (misalnya mau menjalin hubungan). Kecenderungan menjaga jarak dengan orang lain. Selalu mencoba menguji orang yang mendekatinya. Menutup diri, posesif, pencemburu, culas, narsis, dan merasa tidak mungkin diterima oleh orang lain.

Biasanya belief yang melatarbelakanginya:
·         Aku jelek.
·         Aku tidak berharga.
·         Aku tidak layak untuk dicintai.
·         Aku selalu melakukan kesalahan.
·         Apa pun yang aku lakukan pasti tidak sesuai dengan harapan orang.
·         Sangat memalukan kalau orang lain tahu kelemahanku (kekuranganku).
·         Selalu ada yang salah dengan diriku.
·         Orang hanya akan menerimaku kalau mereka tidak tahu siapa aku sebenarnya.
·         Tidak seorang pun peduli dengan diriku.
·         Aku sendirian di dunia ini.
·         Aku tidak baik.
·         Aku ini memang payah.
·         Tidak ada satu pun yang bisa dibanggakan dari diriku.
·         Aku tidak punya apa-apa.
·         Orang lain pasti lebih baik dariku.
·         Aku memang layak dikritik karena memang aku tidak mampu.
Bagikan