Senin, 10 Oktober 2011

Mengapa Saya Berhenti Menulis?

Mental Block
Setelah membaca-baca kembali blog ini (www.kursusnlp.com). Tempat biasanya saya mencurahkan dan mencoret-coret isi pemikiran saya. Kemudian saya tuangkan kedalam blog gratis tersebut. Ternyata, dari semenjak bulan maret hingga september ini, tidak ada penamabahan artikel atau note terbaru. Selain dokumentasi aktivitas kegiatan saya (training).

Kemudian, saya buka catatan di ruang private. Folder yang saya isi dengan tulisan-tulisan yang belum selesai secara tuntas dan belum saya edit. Di situpun, hanya 2 note yang bertambah.

Jari-jemariku tak menari lagi
Selama bulan september ini, hampir setiap pagi dan malam, saya menantap laptop dan membuka new document di pojok kiri atas, di bawah bar file layer microsoft word. Setelah lembaran terbuka, tampilan layar berwarna putih berserta kedap-kedip hitam, terlihat jelas. Saya hanya menatap saja. Kemudian saya perhatikan jari-jari yang sudah saya posisikan pada tombol a s d f dan j k l ; serta ibu jari pada spasi. Namun, mereka hanya terdiam tak bergerak.

Beberapa kali saya coba, tapi tidak ada huruf terpencet. Kemudian saya bertanya keapda diri sendiri. Apa yang mendasari saya tidak menulis lagi? Pasti ada sesuatu yang menahan di dalam sini. Sehingga, jari-jari seperti kurang bersahabat.

Bertanya kepada sang diri
Saya diam sejenak. Memanfaatkan ilmu yang telah saya pelajari dan saya sharing kan kepada para peserta. Terdapatlah jawabannya di sana. Ada 2 pemikiran yang belum saya selaraskan dengan visi menulis.

Tidak bisa tidur
Pertama, ada ego dalam diri saya yang menghindar menulis. Karena dulu saat sering menulis, hampir tiap malam bergadang. Tidur selalu jam 12 malam keatas, bahkan kadang-kadang jam 2 pagi. Tidur larut malam, tentu berdampak kurang baik bagi tubuh, di antaranya radang tenggorokan sering kambuh. Sehingga, ego ini memutuskan untuk mengurangi aktivitas menulis supaya saya tetap sehat.

Keliru memahami
Kedua, saya memenjarakan kreatifitas menulis, karena mendapatkan masukan dari seorang sahabat. Sebenarnya, apa yang dia katakan sungguh benar dan tepat. Tetapi, saya sendiri yang belum bisa menyesuaikan dan menselaraskannya (keliru memahami). Teman saya itu menginformasikan, menulis itu secara bisnis sarana marketing diri. Atau istilahnya bisa membangun persepsi pembaca mengenai diri sipenulis. Sehingga, alangkah lebih baik, tulisan-tulisan yang di posting adalah hal-hal yang berhubungan dengan bidang aktivitas kita. Seperti saya sebagai trainer soft skill dan seorang Mind-Therapist. Maka, saya sebaiknya memposting yang berhubungan dengan hal-hal/topik kompetensi yang saya kuasai.

Pelepasan emosi
Tetapi, bila saya menuliskan hal-hal lain, maka secara pengendapan dan pengenalan, pembaca tidak bisa mengenali keahlian dan spesifikasi kompetensi yang saya miliki. Hal ini, membuat saya berfikir. Karena secara bisnis, apa yang teman saya sampaikan tidak terbantahkan lagi. Namun, dalam konteks kreatifitas dan pelepasan emosi, menulis itu membuat fikiran kita berkerja dan bereproduksi.

Mana mungkin engkau bisa mengharapkan mendapatkan isi baru, sementara gelasmu masih penuh. Oleh karena itu, kosongkan gelasmu. 
#NasehatDiri

Cara mendapatkan ide dengan membagikannya
Selama Mei – September ini, saya mengamati pemikiran saya. Ide-ide selalu bermunculan. Tetapi yang hadir itu lagi, lagi dan lagi. Dia datang sejenak, kemudian pergi lagi. Setelah itu menyapa lagi. Kondisi ini berbeda saat saya sering menuangkan ide secara menulis bebas. Entah dari mana lahirnya, hampir setiap hari ada saja pemikiran baru, setelah saya mengeluarkan apa yang telah ada.

Percakapan merubah keyakinan
(Conversational belief change) atau percakapan merubah keyakinan. Itu merupakan sub materi yang saya pelajari di kelas Master NLP Practitioner. Saya akses kembali kemampuan saya tentang itu, untuk menyelaraskan penyebab terhentinya kegiatan menulis saya.

Pertama, perasaan takut tidak bisa tidur karena keasyikan dan larut menulis, sesungguhnya bisa teratasi dengan ajakan berdamai dengan bagian kreatif itu. Agar dia berkenan untuk mengizinkan saya istirahat (tidur), dan setelah bangun dari tidur, kembali melanjutkan kreatifitasnya.

Kedua, saran teman saya itu sungguh bagus. Sepantasnya saya menerima dan saya praktekkan. Bukan malah membuat berhenti menulis. Caranya adalah setiap hari menulis, kemudian membagikannya kepada shahabat saya. Entah tulisan saya itu berhubungan dengan aktivitas yang saya lakukan sehari-hari (bisnis), atau jauh dari ruang lingkup itu. Karena, saya tidak hidup dalam dunia yang terisi dengan bisnis saja, tetapi juga ada aspek lainnya. Keputusan ini, tentu ada resiko yang harus saya terima. Meskipun begitu, saya masih bisa menyesuaikannya. Yaitu, hanya memposting tulisan yang berhubungan dengan kompetensi saya kepublik, seperti milist. Sementara lainnya, cukup di blog kursusnlp.com saja.

Berdamai, hatipun menjadi tenang
Setelah saya mendamaikan pemikiran-pemikiran yang kurang selaras dengan visi saya. Alhamdulilah, jari-jari ini dapat kembali memperlihatkan kepada saya, bagaimana indahnya tarian mereka di atas papan bertombolkan huruf-huruf.

Strategy
Selain itu, sang kreatif hadir mengabarkan. Agar semangat ini terus bertahan, maka, saya membutuhkan komunitas yang saling menularkan semangat untuk mengukir makna. Dan strategi itu adalah membentuk kelompok mastermind one day one article. Tiada hari tanpa menulis. Sebuah komunitas yang saling menunjang, memotivasi, mengingatkan, menginspirasi, dan menasehati, supaya tetap berada pada jalur utama.

Apakah Anda berminat bergabung dalam mastermind one day one article?

Salam kreatifitas…

Rahmadsyah Mind-Therapist
Ciganjur, 22 september 2011
Bagikan