Mental Block
Setelah membaca-baca kembali
blog ini (www.kursusnlp.com). Tempat
biasanya saya mencurahkan dan mencoret-coret isi pemikiran saya. Kemudian saya
tuangkan kedalam blog gratis tersebut. Ternyata, dari semenjak bulan maret
hingga september ini, tidak ada penamabahan artikel atau note terbaru. Selain dokumentasi
aktivitas kegiatan saya (training).
Kemudian, saya buka catatan di
ruang private. Folder yang saya isi dengan tulisan-tulisan yang belum selesai
secara tuntas dan belum saya edit. Di situpun, hanya 2 note yang bertambah.
Jari-jemariku tak menari lagi
Selama bulan september ini, hampir
setiap pagi dan malam, saya menantap laptop dan membuka new document di pojok
kiri atas, di bawah bar file layer microsoft word. Setelah lembaran terbuka,
tampilan layar berwarna putih berserta kedap-kedip hitam, terlihat jelas. Saya
hanya menatap saja. Kemudian saya perhatikan jari-jari yang sudah saya
posisikan pada tombol a s d f dan j k l ; serta ibu jari pada spasi. Namun, mereka hanya terdiam tak
bergerak.
Beberapa kali saya coba, tapi
tidak ada huruf terpencet. Kemudian saya bertanya keapda diri sendiri. Apa yang
mendasari saya tidak menulis lagi? Pasti ada sesuatu yang menahan di dalam
sini. Sehingga, jari-jari seperti kurang bersahabat.
Bertanya kepada sang diri
Saya diam sejenak.
Memanfaatkan ilmu yang telah saya pelajari dan saya sharing kan kepada para
peserta. Terdapatlah jawabannya di sana. Ada 2 pemikiran yang belum saya
selaraskan dengan visi menulis.
Tidak bisa tidur
Pertama, ada ego dalam diri saya yang menghindar menulis. Karena
dulu saat sering menulis, hampir tiap malam bergadang. Tidur selalu jam 12
malam keatas, bahkan kadang-kadang jam 2 pagi. Tidur larut malam, tentu
berdampak kurang baik bagi tubuh, di antaranya radang tenggorokan sering
kambuh. Sehingga, ego ini memutuskan untuk mengurangi aktivitas menulis supaya
saya tetap sehat.
Keliru memahami
Kedua, saya memenjarakan kreatifitas menulis, karena
mendapatkan masukan dari seorang sahabat. Sebenarnya, apa yang dia katakan
sungguh benar dan tepat. Tetapi, saya sendiri yang belum bisa menyesuaikan dan
menselaraskannya (keliru memahami). Teman saya itu menginformasikan, menulis
itu secara bisnis sarana marketing diri. Atau istilahnya bisa membangun
persepsi pembaca mengenai diri sipenulis. Sehingga, alangkah lebih baik,
tulisan-tulisan yang di posting adalah hal-hal yang berhubungan dengan bidang
aktivitas kita. Seperti saya sebagai trainer soft skill dan seorang
Mind-Therapist. Maka, saya sebaiknya memposting yang berhubungan dengan
hal-hal/topik kompetensi yang saya kuasai.
Pelepasan emosi
Tetapi, bila saya menuliskan
hal-hal lain, maka secara pengendapan dan pengenalan, pembaca tidak bisa
mengenali keahlian dan spesifikasi kompetensi yang saya miliki. Hal ini,
membuat saya berfikir. Karena secara bisnis, apa yang teman saya sampaikan
tidak terbantahkan lagi. Namun, dalam konteks kreatifitas dan pelepasan emosi, menulis
itu membuat fikiran kita berkerja dan bereproduksi.
Mana mungkin engkau bisa mengharapkan mendapatkan isi baru, sementara
gelasmu masih penuh. Oleh karena itu, kosongkan gelasmu.
#NasehatDiri
Cara mendapatkan ide dengan membagikannya
Selama Mei – September ini,
saya mengamati pemikiran saya. Ide-ide selalu bermunculan. Tetapi yang hadir
itu lagi, lagi dan lagi. Dia datang sejenak, kemudian pergi lagi. Setelah itu
menyapa lagi. Kondisi ini berbeda saat saya sering menuangkan ide secara
menulis bebas. Entah dari mana lahirnya, hampir setiap hari ada saja pemikiran
baru, setelah saya mengeluarkan apa yang telah ada.
Percakapan merubah
keyakinan
(Conversational
belief change) atau percakapan merubah keyakinan. Itu merupakan
sub materi yang saya pelajari di kelas
Master NLP Practitioner. Saya akses kembali kemampuan saya tentang itu,
untuk menyelaraskan penyebab terhentinya kegiatan menulis saya.
Pertama,
perasaan takut tidak bisa tidur karena keasyikan dan larut menulis,
sesungguhnya bisa teratasi dengan ajakan berdamai dengan bagian kreatif itu.
Agar dia berkenan untuk mengizinkan saya istirahat (tidur), dan setelah bangun
dari tidur, kembali melanjutkan kreatifitasnya.
Kedua,
saran teman saya itu sungguh bagus. Sepantasnya saya menerima dan saya
praktekkan. Bukan malah membuat berhenti menulis. Caranya adalah setiap hari
menulis, kemudian membagikannya kepada shahabat saya. Entah tulisan saya itu
berhubungan dengan aktivitas yang saya lakukan sehari-hari (bisnis), atau jauh
dari ruang lingkup itu. Karena, saya tidak hidup dalam dunia yang terisi dengan
bisnis saja, tetapi juga ada aspek lainnya. Keputusan ini, tentu ada resiko
yang harus saya terima. Meskipun begitu, saya masih bisa menyesuaikannya. Yaitu,
hanya memposting tulisan yang berhubungan dengan kompetensi saya kepublik,
seperti milist. Sementara lainnya, cukup di blog kursusnlp.com saja.
Berdamai, hatipun menjadi tenang
Setelah saya mendamaikan pemikiran-pemikiran
yang kurang selaras dengan visi saya. Alhamdulilah, jari-jari
ini dapat kembali memperlihatkan kepada saya, bagaimana indahnya tarian mereka
di atas papan bertombolkan huruf-huruf.
Strategy
Selain itu, sang kreatif hadir
mengabarkan. Agar semangat ini terus bertahan, maka, saya membutuhkan komunitas
yang saling menularkan semangat untuk mengukir makna. Dan strategi itu adalah membentuk
kelompok mastermind
one day one article. Tiada hari tanpa menulis. Sebuah komunitas yang
saling menunjang, memotivasi, mengingatkan, menginspirasi, dan menasehati,
supaya tetap berada pada jalur utama.
Apakah Anda berminat bergabung dalam mastermind one day one article?
Salam kreatifitas…
Rahmadsyah Mind-Therapist
Ciganjur, 22 september 2011
Bagikan
