Jika Anda bekerja hanya untuk uang, Anda takkan pernah sukses. Tetapi
jika Anda mencintai apa yang Anda kerjakan dan selalu mengutamakan kepentingan
pelanggan, kesuksesan akan berada di tangan Anda
(Ray Kroc – McDonalds)
![]() |
| Pemeran Door to Door |
Berbicara mengenai kegigihan dan kesabaran, saya
teringat dengan sebuah film yang pernah saya saksikan yang berjudul ”Door to door”. Film ini sebenarnya kisah
nyata kehidupan seorang pengidap Cerebral
Palsy. Saraf pipi kanannya bermasalah. Sehingga, ketika berbicara dia agak
susah.
Tangan kanannya tidak berfungsi dengan baik. Dan ketika
berjalan agak sedikit membungkuk. Namun meskipun seperti itu, dia mampu menjadi
top salesman di perusahaan Watkins.
Dia menjadi salesman of the year. Lelaki
itu bernama Bill Porter. Saya sangat merekomendasikan Anda untuk menyaksikan
film ini.
Pesan
Sang Ibu
Film ini bermula seorang lelaki yang mengenakan baju
kemeja berdasi hitam mengenakan jas agak kecokelatan. Dia berdiri di depan
cermin memastikan bajunya rapi. Karena, dia mau mempersiapkan diri untuk
melamar kerja sebagai salesman di
sebuah perusahaan kebutuhan rumah tangga. Lalu ibunya menghampiri
mengingatkannya ”Butuh waktu sedikit lama
bagi orang untuk mengenalmu. Oleh karena itu, bersabarlah dan gigih”. Kata
ibunya.
Kemudian mereka berangkat ke kantor yang dituju.
Setibanya di sana, ibu lelaki cacat ini menunggu anaknya sambil membaca koran
di dalam mobil. Sementara lelaki mengenakan jas cokelat ini melangkah masuk ke
dalam. Setibanya di kantor dia bertemu dengan sang manager.
Sang manager mengemukakan tentang aktifitas para
salesman. ”Membawa tas berat yang isinya
produk yang harus mereka jual. Terkadang bukan hanya satu. Tetapi ada juga yang
membawa dua tas. Mereka berjalan antar satu rumah ke rumah yang lain. Sungguh,
melihat kondisimu, rasanya agak sulit. Dan aku rasa kamu mengerti apa yang aku
katakan. Maafkan aku”. Kata sang manager menolak Bill porter menjadi salesman di perusahaannya.
Kemudian Bill keluar kantor dengan wajah menunduk, perasannya
diselimuti kecewa. Saat dia berdiri di depan pintu kantor Watkins. Dia melihat
dari kejauhan ibunya yang berdiri samping mobil sambil membaca koran.
Garis-garis wajahnya terpancar harapan agar anaknya mendapat pekerjaan. Bill
berhenti melangkahkan kakinya sejenak dan memikirkan sesuatu. Lalu, dia memutar
arah masuk kembali ke kantor menjumpai manager.
Saya
Pantas Jadi Salesman
Skin ini bagi saya sungguh bermakna. Karena,
keputusannya menjumpai kembali sang manager menunjukkan kegigihan dalam dirinya
untuk berhasil. Bukan hanya itu, keahliannya melobi agar pantas menjadi salesman di Watkins, membuktikan bahwa
dia pantas menjadi salesman.
Simak kata-katanya untuk meyakinkan manager. ”Tuan
Hernandez”. Bill menyapa. ”Berikan aku rute terburukmu. Berikan aku area yang
tak seorang salesman pun mau ke sana. Apa ruginya bagimu? Jika aku bisa
menjualnya, kamu menjadi pahlawan”. Dia berkata sambil tangan kiri menyapu pipi
kirinya dengan sapu tangan.
”Tuan Porter”.
Kata sang manager. ”Jujur saja, ini
pekerjaan yang sangat membutuhkan kekuatan fisik. Dan kau ini lumpuh. Aku tidak
bisa melihat bagaimana...” Tuan Hernandez terdiam, lalu mengatakan ”Apa?” karena seorang wanita pegawai Watkins
yang berdiri samping kanannya menginjak kakinya. Sembari membuat isyarat agar
si manager memikirkan kembali. Akhirnya Bill porter diterima menjadi Salesman
hari itu dan membawa sebuah tas yang berisi produk Watkins.
Perjuangan
Baru Dimulai
Ibu Bill mengantar putranya ke rute yang telah
ditentukan menggunakan mobil tuanya. Sampai di tujuan, Bill diturunkan di are
komplek perumahan. Kata-kata Ibu Bill porter, sungguh berkesan bagi saya. Dan
saya menjadikan acuan dalam berjualan. “Jadi
apa yang kamu tunggu? Mengharap pelanggan mendatangimu ke mobil? Ayo mulai
jualan”. Kata ibunya.
Kemudian Bill menyusuri perumahan sambil menenteng tas
berisi produk Watkins di tangan kirinya. Dia berjalan terseok-seok. Tibalah di
rumah pertama. Saat dia hendak mengetuk pintu. Bukannya pemilik rumah yang
menghampiri. Akan tetapi, seekor anjing besar terikat rantai di leher
menggonggonginya dan membuat Bill berlari bersusah payah.
Pengalaman pertama ini tidak menyusutkan semangatnya.
Bill kemudian menghampiri rumah kedua. Seorang pria berbadan besar mengenakan
baju tidur masih dalam keadaan mabuk membuka pintu. Pria ini membanting pintu
begitu Bill mulai mengenalkan dirinya. “Semacam
orang peminta-minta,” kata laki-laki itu kepada perempuan yang berteriak “Siapa itu?!” dari dalam.
Hal ini tidak membuat Bill menyerah. Dia melanjutkan
ke rumah selanjutnya. Di rumah ketiga, ia belum sempat bicara, penghuni malah meninggalkannya. Sebab penghuni rumah memulai pertengkaran
dengan tetangganya lantaran pohon kesayangan tetangganya merusak atap rumah
mereka.
Bersambung Kunci sukses Bill Porter; Sabar dan Gigih 2.
Bagikan
