Senin, 14 Januari 2013

Cara Membentuk Loyalitas



Tatkala seseorang telah loyal. Maka pekerjaan bukan lagi tugas, bukan pula kewajiban. Tetapi persembahan. 

#Kesadaran

Loyal, 1 diantara 7 prinsip Bushido

Topik Hangat; Motivasi & Loyalitas
Anda harus loyal dalam menjalankan tugas, kerjakan dengan benar, dan berikan yang terbaik untuk perusahaan.” Mungkin kalimat tersebut sangat sering terdengar dari pimpinan Anda. Namun, apakah loyalitas bisa diciptakan?

Semenjak saya memutuskan bergerak di dunia pelatihan dan pengembangan diri—tahun 2007 hingga sekarang—saya semakin banyak bertemu dan berinteraksi dengan pemilik usaha, kepala cabang, dan para profesional di bidang human resources development (HRD). 

Bermacam ragam perihal saya alami. Baik membantu memberikan pelatihan maupun berdiskusi dengan pihak berwenang, dalam rangka meningkatkan produktifitas timnya.

Hal paling sering menjadi perbincangan kami adalah, motivasi dan loyalitas pekerja. Dan ketika kami membahas loyalitas, maka gap pemahaman di sana. Gap ini bagaikan uang Rp.50.000,-. Bagi mereka yang memiliki pendapatan di atas 10 juta perbulan. Tentu tidaklah terlalu bernilai. Namun, bagi mereka yang mempunyai uang 700 ribu perbulan. Maka 50 ribu sangatlah bernilai. 

Beda orang, beda makna
Demikian pula dengan loyalitas. Biasanya, interpretasi antara manajemen dan pemilik usaha, berbeda dengan mereka yang membantu para manajemen (pemilik usaha) untuk mewujudkan visi mereka (karyawan). 

Dan tentunya, pihak management yang saya maksud di sini, akan berbeda lagi pandangannya mengenai loyalitas, ketika saya bertemu dengan orang tidak sama namun menjabat dan mempunyai wewenang serupa dalam suatu organisasi.

Sebut saja, shahabat saya ini bernama Yusuf. Dia kepala cabang sebuah perusahaan bergerak di bidang jasa. Suatu ketika kami janjian bertemu di restoran cepat saji Botani Square Bogor. Kami berbincang-bincang tentang pendidikan anaknya. Kota Bogor yang tidak lagi sedingin dulu kini mulai panas serta jarang hujan. Sampai dengan pengembangan diri karyawan di kantornya. 

Aku heran dengan anak muda jaman sekarang. Loyalitas kepada perusahaan rendah sekali”. Katanya. Lalu saya menimpali, Maksudnya rendah seperti apa Bro, dan loyalitas menurutmu sendiri seperti apa?”. Saya mengklarifikasi maksud pernyataannya.

Gini lho Bro”. Dia mulai menjelaskan sambil menyandarkan punggungnya di sofa restoran cepat saji itu dan meletakkan kaki kanan di atas kaki kirinya. ”Bagiku loyalitas itu tidak hanya bekerja sesuai tugas yang diembankan kepadaku berdasarkan gaji yang aku terima. Namun, lebih dari itu”. Dia berkata.

Kemudian saya melanjutkan bertanya, ”Maksudnya lebih dari itu?”. ”Ya, contohnya, jika suatu ketika aku bekerja lebih dari waktu yang ditentukan, tidak menjadi masalah bagiku. Dan aku tidak membandingkannya dengan nilai tambahan uang yang akan aku peroleh. Karena itu tanggung jawabku”. Dia menegaskan.

Sementara itu, di lain waktu saya pernah mendengar curhat seorang teman. Sebut saja namanya Sayuti. Dia bekerja sebagai staff IT di sebuah perusahaan bergerak di bidang keuangan. Dia menjelaskan kepada saya makna loyalitas saat saya mengajukan pertanyaan apa itu loyalitas baginya?

Susah Mad untuk menjadi loyal di tempat kerjaku sekarang. Meskipun aku sudah melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin dan siap untuk lembur. Namun karena aku tidak menjalankan keinginan pimpinanku (manager), tetap saja aku dianggap tidak loyal. Dia menjawab.

Kembali ke makna loyalitas. Inilah yang saya maksud, loyalitas di mata karyawan berbeda dengan pimpinannya. Meskipun shahabat saya Yusuf menjabat sebagai kepala cabang. Kalau kita mengamati kembali, makna loyalitas baginya hampir sama dengan teman saya sebagai karyawan staff IT, Sayuti.
 
Dan lebih menarik lagi, pimpinan Sayuti, baru menganggapnya loyal, jika dia mau mengikuti kemauan pimpinannya. Dan ini membuktikan, beda orang, maka akan membedakan lagi makna loyal. Meskipun jabatannya sama.

Apakah Loyalitas Bisa Diciptakan?
Lantas, pertanyaan selanjutnya. Apakah loyalitas bisa diciptakan? Menurut Mariko A. Yashihara, Managing Director, PT. JAC Indonesia, ada 3 hal yang menyebabkan karyawan bisa loyal. 

Pertama, kenyamanan kerja. Selain dari suasana dan budaya kerja, termasuk didalamnya peningkatan gaji, bonus dan tunjangan. Kedua, kesuksesan senior. Karena, kesuksesan jenjang karier para pendahulu (senior) sangat menentukan semangat para junior. 

Dan yang ketiga, transparan. Jika perusahaan kurang terbuka mensosialisasi pada ranah yang bisa dikonsumsi oleh karyawan menyangkut keuangan perusahaan. Hal ini justru membuat karyawan menjadi was-was, dan ini berdampak kepada loyalitas mereka.

Ironisnya, meskipun perusahaan telah menjaga dengan baik kenyamanan kerja, kejelasan karir dan transparan. Namun, masih tetap saja loyalitas itu tidak terbentuk. Apa penyebabnya?

Menurut saya loyalitas itu tidak bisa diminta atau dibentuk. Mengapa? Karena, saat kita berbicara loyalitas, sebenarnya sedang membahas tentang value. Value adalah sesuatu yang dianggap penting dan bermakna bagi seseorang. Oleh sebab itulah, mengapa ada orang yang tanpa dibayar lebih, namun mau bekerja optimal? Namun ada juga sebaliknya.

Jadi, loyalitas itu tidak akan pernah bisa diminta, diciptakan atau dibentuk oleh pimpinan atau perusahaan. Melainkan, karyawan sendiri itulah memutuskan dirinya untuk menjadi loyal. Yaitu, dengan cara menyadari hirarki value nya dalam bekerja. 

Ciganjur, 27 September 2012

Ikuti Workshop "Explore Your Potentials With NLP" tentang cara merumuskan Visi Hidup, menemukan Passion dan mengoptimalkan Potensi Diri. Minggu, 17 Februari 2013, @Hotel Syahida Inn Komplek Pasca UIN Jakarta. Hubungi 0878.7603.7227 Sekarang.
 




Bagikan